Makin Mengindonesia Melalui Pengalaman dan Menulis

Saya senang mengamati perbedaan suku sejak kecil. Kesenangan saya itu kelak membuat saya makin mencintai Indonesia dan bangga menjadi orang Indonesia.

Kedua orang tua saya berbeda suku. Meski sama-sama orang Sulawesi dan konon nenek moyang dari suku ibu saya berasal dari suku ayah saya, bahasa mereka berbeda jauh. Tidak sepenuhnya berbeda sih. Ada beberapa kosa katanya yang sama.

Ayah saya bersuku Bugis (Sulawesi Selatan), ibu saya bersuku Gorontalo (letaknya di sebelah utara pulau Sulawesi, dulu merupakan bagian dari provinsi Sulawesi Utara). Di rumah, kami berbahasa Indonesia. Gaya bertutur mereka dalam berbahasa Indonesia pun berbeda karena pengaruh bawaan dialek bahasa daerah masing-masing.

Saya dan adik-adik saya, punya gaya bertutur yang berbeda pula karena kami lahir dan besar di Makassar. Oya, sebagai catatan, Makassar dan Bugis itu berbeda lho, mereka dua suku yang punya bahasa dan adat/budaya sendiri tapi masih serumpun. Ada daerah-daerah di Sulawesi Selatan yang penduduknya bersuku Bugis, ada pula daerah-daerah yang penduduknya bersuku Makassar, selain suku Toraja dan Mandar.


Sumber: Akun Cinta Indonesia di Twitter (@IndonesiaOke)
https://pbs.twimg.com/profile_images/1105598761/indonesia.png
Saya dan kedua adik saya sehari-harinya berkomunikasi dengan kawan-kawan kami menggunakan bahasa Indonesia dialek Makassar. Ini menjadikan dialek kami agak berbeda (sedikit) dengan dialek kedua orang tua kami. Karena bahasa di Sulawesi Selatan berbeda-beda dan kota Makassar didiami oleh banyak perantau dari berbagai daerah, bahasa sehari-hari penduduk Makassar adalah bahasa Indonesia dialek Makassar, contohnya:
  • Biasa ji (biasa saja)
  • Jangan mi (jangan)
  • Ambil mi (ambil saja)
  • Makan mi (mari dimakan)
  • Kau mo pale (kalau begitu, kau sajalah)
  • Edede kenapa mi (aih, kenapakah?)
  • Tawwa, hebatnya (wah, hebatnya)
  • Kodong, kenapa ki’ (kasihan, anda kenapa?)
  • Terima nah, ini untuk kita’  (terima ya, ini untuk anda)
  • Bagi rata, ini kan punya ta’ ! (bagi rata, ini kan punya kita!)
Saat tiba acara kumpul-kumpul dengan keluarga besar Ayah atau Ibu, saya senang sekali. Mereka berbicara dalam bahasa daerah atau dalam bahasa Indonesia dialek daerah mereka. Saya suka berada di antara orang-orang yang gaya bertuturnya berbeda dengan saya itu. Hal yang menyenangkan bagi saya, merasakan menjadi bagian dari 3 daerah: Bugis, Gorontalo, dan Makassar. Hal yang menyenangkan bagi saya ini kelak membawa saya makin mencintai Indonesia, semakin menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri saya.

Ya, nasionalisme! Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme berarti (1) paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; (2) kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; (3) semangat kebangsaan.

Merasa mempunyai identitas sebagai bagian dari Bugis, Gorontalo, dan Makassar membuat saya menjadi bagian dari Indonesia. Kemudian kehidupan merantau di awal pernikahan membawa saya kepada berbagai pengalaman yang memperlihatkan berbagai kekayaan Indonesia melalui perbedaan suku di seluruh wilayah, lengkap dengan perbedaan, persamaan, dan hubungan antarsuku di dalamnya, hal ini makin menambah nasionalisme saya. Keragaman kita semua ternyata merupakan unsur-unsur pembangun Indonesia. Tak ada Indonesia tanpa keragaman yang melekat pada diri warganya.

Roda kehidupan sejak 3 tahun terakhir membawa saya kepada pengalaman lain. Contohnya, aktivitas menulis membawa saya kepada persahabatan dengan banyak blogger dan penulis dari beragam suku di dunia maya. Hal ini memungkinkan saya mempelajari Indonesia dari tulisan-tulisan mereka tentang daerah masing-masing. Sungguh, ini membuat saya makin bangga menjadi orang Indonesia. Selain pengalaman langsung, melalui menulis, Indonesia makin berkibar dan menggelora di dalam dada saya

Bila Kawan bertanya, apa buktinya, mari saya tunjukkan: di blog ini ada kategori (label) Celebesiana. Di situ ada banyak kisah tentang daerah saya. Bukti tentang kebanggaan saya sebagai bagian dari Indonesia, salah satunya saya wujudkan mengenai tulisan. Supaya makin banyak orang yang tahu tentang kami, di Indonesia "bagian sini" dan supaya saya makin mengenal asal-usul saya.

Baru-baru ini di tulisan yang berjudul Yang Berbahagia di Bulan Juni, di situ saya menceritakan tentang kecintaan saya pada Indonesia. Itu bukti juga, bahwa bukan hanya karena ikut lomba maka saya menuliskan tentang nasionalisme saya.

Nah, bagaimana denganmu, Kawan? Bagaimana menunjukkan nasionalismemu?

Makassar, 2 Juli 2014






Share :

20 Komentar di "Makin Mengindonesia Melalui Pengalaman dan Menulis"

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
    Dicatat sebagai peserta
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, terima kasih Pakdhe.

      Salam hangat dari Makassar.

      Delete
  2. good luck ya mbak, tetap cinta Indonesia ya

    ReplyDelete
  3. Meski aku gak bisa bahasa daerah dan berdarah campur-campur, tapi tetap cinta Indonesia, hehehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena percampuran itulah maka Indi makin cinta Indonesia :)

      Delete
  4. Indonesia memsng kaya ragam bahasa ya mak..aku seneng kl denger bahasa n logat daerah..semua punya ciri khasnys masing2.
    Goodluck ngontesnya mak ^-^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mbak, saya jug senang :)
      Sukses jga buat Mak Muna :)

      Delete
  5. Bangga kita menjadi warga negara Indonesia...kalau saya menyukai seni budaya Indonesia mak...sedikit khawatir dengan masuknya dance dari luar..maka kita harus jaga warisan leluhur bangsa....

    http://liswanti627.blogspot.com/2014/07/cintaku-untuk-seni-budaya-dan-orang.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya Mak, dance2 itu menggeser posisi tari tradisional

      Delete
  6. wow bahkan di satu kota pun ada berbagai suku... indonesia emang keren! :)

    ReplyDelete
  7. aku juga lahir dari suku yang gado-gado mba, ada bugisnya, ada asduranya, kental juga dayaknya hahaha...kalu ditanya suku jadi bingung enaknya ngaku orang Indonesia ajalah:)

    ReplyDelete
  8. campuran bugis-gorontalo membuat rasa nasionalisme semakin kuat ya mbak.... dan memang semestinya kita semua harus bangga menjadi orang Indonesia...selamat berlomba...semoga menjadi salah satu yang terbaik...
    salam dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan

    ReplyDelete
  9. keberagaman yang ada itulah yang memberikan ciri khas sebagai bangsa Indonesia, dan itu harus tetap dipertahankan...dalam perbedaan ada kesatuan dan kedamaian....
    maaf baru bisa berkunjung kembali, selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin,

    ReplyDelete
  10. Semoga sukses ya mbak kontesnya :)

    Aku sering nulis postingan dalam bahasa Jawa mbak, menyenangkan sekalian sebagai pengobat rindu sama tanah air :)

    ReplyDelete
  11. Semakin cinta Indonesia. Sukses ngontesnya ya Jeng, melalui tulisan semakin kenal Indonesia. Salam

    ReplyDelete
  12. Belajar dialek makasar nih saya...

    ReplyDelete
  13. Aku juga suka deh mak kalau ada dilingkungan yang beragam suku, suka pengen ikutan belajar bahasa daerahnya, meski dikit2 :D menyenangkan!

    ReplyDelete
  14. saya juga suka observasi seperti ini mak mugniar...menyenangkan melihat keragaman yang membuat Indonesia menjadi Indah! SUkses GAnya maak..cheers..

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^