Perempuan, Mari Saling Melengkapi

Posting-an ini merupakan rewrite dari status Facebook tanggal 11 Maret 2014. Diawali dengan status yang dibuat oleh Jihan Davincka. Sebuah status yang panjangnya minta ampun tapi kerennya juga minta ampun J. Sebuah status yang mengatakan ia membuat tulisan ini untuk mbak Arin dan saya. Wow, saya merasa tersanjung (plak! merasa tersanjung koq baru posting sekarang ya he he he)

***

Terimakasih banyak Jihan Davincka. Saya sangat sepakat dengan tulisan Jihan. Kita-kita para perempuan harusnya saling melengkapi, bukan saling menghujat.

Dulu, secara tidak sadar saya pernah ada di posisi mencela karena alasan membela diri. Terlalu menyakitkan dihujat hanya karena memilih tidak bekerja (sementara saya seorang sarjana teknik). Apalagi hujatan itu berkali-kali bahkan sering di depan hidung
saya langsung, oleh orang dekat (untungnya bukan oleh suami, suami sangat mendukung apapun yang saya lakukan bahkan dia sering dituduh orang-orang telah melarang saya berkarir).


Sumber: www.fotosearch.com
Saya juga berkali-kali dihujat juga oleh teman/keluarga yang wanita karir. Membuat saya merasa pingin sekali menguasai ilmu menghilang (tapi tidak tahu mau belajar di mana). Dan membuat saya parno sama semua wanita karir di dunia ini (takut bakal dihujat juga oleh mereka). Hujatan itu membuat saya jatuh ke titik nadir kepercayaan diri saya, membuat saya minder luar biasa.

Menulis dan bergabung dengan banyak komunitas di dunia maya termasuk Kumpulan Emak2 Blogger tercinta membuat saya menata ulang semua pandangan saya. Tentang dunia, tentang diri saya sendiri, termasuk tentang para perempuan. Sampai saya tiba di titik yang sama dengan titik tempat Jihan memandang saat menuliskan tulisan ini.

Semua orang mempunyai pilihan, juga punya alasan kuat untuk memilih. Dan semua orang bertanggung jawab atas pilihannya. Bukan hak kita untuk mencela. Jauh lebih baik untuk saling melengkapi, saling mendukung. Bukankah kelak anak-anak perempuan kita atau menantu
-menantu perempuan kita akan punya pilihan sendiri-sendiri? Mereka kelak akan mencari caranya sendiri untuk bertanggung jawab dan merasa nyaman dengan kehidupannya. Saat itu, mudah-mudahan kita sudah punya wawasan yang bijak untuk mengarahkan mereka.

Btw Jihan, terimakasih. Terharu sekali membacanya. Saya belajar banyak dari KEB, dari tulisan
-tulisan bahkan status-status emak-emak sesama pecinta menulis, juga dari tulisan-tulisan Jihan.

Yuk .. sesama perempuan mari saling melengkapi dan berhenti saling menghujat.

Catatan:

Buat sesama perempuan Indonesia, silakan baca tulisan inspiratif dari Jihan Davincka yang saya share ini:


Ini dua buku solo Jihan

(Oya saya kutipkan sebagian kecil di bawah ini ya …)

Florence Nightingale, “The Lady with The Lamp”, menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mengabdi di dunia medis. Florence, salah satu tokoh peletak dasar dalam ilmu keperawatan modern .

Minggu lalu saya tuntas membaca biografinya. Another buku ‘gratisan’ dari perpustakaan kota nih hihihihi .

Ternyata, Florence lahir dari keluarga sangat berada. Di masa itu, Eropa nyaris tidak mengenal kalangan menengah. Seringnya ya 2 golongan saja. Kalau enggak tajir mampus, berarti super miskin.

Florence dibesarkan dalam rumah besar, memiliki pelayan-pelayan, sering menghadiri pesta-pesta dansa ala bangsawan, keliling eropa pun pernah dijalaninya bersama keluarga besarnya. Lengkap dengan pelayan-pelayan yang setia mengiringi perjalanan mereka dalam sebuah karavan yang sangat besar.

Di masa remaja, Florence sudah merasa tersentuh dengan kehidupan golongan bawah yang sering disaksikannya sendiri. Hatinya sudah memberontak. Namun, seolah hidup dalam 2 dunia, Florence pun menikmati hura-hura abege ala kalangan ningrat di masa itu .

Untuk beberapa lama Florence sempat melupakan janji sucinya yang dituliskannya dalam buku harian di usia belasan dulu. Untuk mengabdikan hidupnya pada kemanusiaan. Larut dalam kesenangan dan pesta-pesta yang kerap dihadirinya.

Menjelang dewasa, Florence kembali gelisah. Dengan mata kepalanya sendiri dia sedih mendapati kenyataan bahwa saat itu pun bahkan agama seolah ‘melegalkan’ takdir bahwa memang Tuhan menginginkan sebagian orang untuk hidup sebegitu miskinnya.

Perempuan-perempuan dari golongan berada hidup dalam kemewahan luar bisa, memakai baju-baju rajutan yang bagus yang mungkin dijahit semalaman oleh perempuan-perempuan miskin. Yang mungkin harus mengorbankan waktu tidur malam mereka demi menyelesaikan gaun-gaun megah tersebut.

Florence merasa bosan dengan hidupnya yang hanya menghabiskan waktu dengan pesta, atau duduk-duduk di depan perapian hampir sepanjang hari. Mengobrol hal-hal yang tidak penting dengan sesama teman-teman bangsawannya.

Saat itu, perempuan dari keluarga kaya tidak boleh bekerja. Yang boleh bekerja hanyalah perempuan-perempuan dari kalangan bawah saja. Niat Florence untuk bekerja membuat syok ibu dan kakak perempuannya.

Florence nekat bekerja (secara sukarela) di sebuah rumah sakit. Kondisi rumah sakit di masa-masa tersebut sangat mengenaskan. Kotor, jorok dan sangat ramai. Florence sangat tertekan diantara tekanan batinnya sendiri dan penolakan orang tuanya atas niatnya untuk mengabdi bagi masyarakat.

Psst, buku yang dibacanya ini bukan bahasa Indonesia lho. Keren kan? Ini baru sebagian kecil lho, sebagian besarnya lebih keren lagi. Silakan klik di sini untuk membaca kelanjutannya J

Makassar, 2 April 2014






Share :

15 Komentar di "Perempuan, Mari Saling Melengkapi"

  1. Emak2 blogger yg hebat :),
    Tulisannya slalu berkualitas..
    Perempuan juga punya hak untuk memilih, pilihan yang semestinya dihargai, saling melengkapi menambah energi positif, semangat n sukses sllu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emak2 blogger banyak yang hebat, Pak :)
      Yup, benar sekali :)

      Delete
  2. Bukunya mbak jihan keren emang

    ReplyDelete
  3. saling melengkapi untuk saling menginspirasii ^_^
    mancaaap :)

    ReplyDelete
  4. setuju mari kita saling melengkapi dan berhenti menghujat
    btw, aku baru BW ke blog mak jihan
    tulisannya emang keren
    mak niar juga keren tulisannya

    ReplyDelete
  5. betul, perempuan harus saling melengkapi, bukan menghujat. Setiap perempuan punya pilihannya sendiri, dan kita sebagai perempuan harus menghormati pilihan permepuan yg lain.

    ReplyDelete
  6. Penasaran sama statusnya, apaan sih? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di link tulisannya JIhan ada tuh mbak ... di salah satu gambar :)

      Delete
  7. kerennn!! setuju banget mba Mugniar, kita harus saling melengkapi bukan saling menghujat, engga ada untungnya kan? mba Jihan LOVE you always! memang sangat menyentuh tulisannya mba JIhan, wahh berasa jadi perempuan paling beruntung sedunia kenl sma emaksbloger tuhh!

    ReplyDelete
  8. saya juga pernah baca statusnya Mba Jihan tentang masalah ini (kalau tidak salah). malah postingan di blognya juga saya sikat. Bun :)
    tak ada gunanya memang untuk saling menghujat pilihan orang lain hanya karena merasa pilihan kita yang benar. :))

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^