Urgensi E-Learning untuk Indonesia yang Lebih Baik

Di sekolah dasar sulung saya Affiq dulu ada komputer tapi tidak pernah diperuntukkan bagi siswa-siswa. Hanya satu komputer yang sering sekali dipakai, untuk keperluan administrasi sekolah saja.

Di sekolah Affiq yang sekarang (setingkat SMP), ada mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tapi selama semester ganjil di kelas VII sampai selesai ujian semester ini, ia tak pernah praktik komputer. Soal ujiannya berupa teori.

Athifah, putri kedua saya yang masih duduk di bangku kelas 1 sekolah mempelajari TIK di sekolahnya, tapi tak ada praktik. Hanya teori. Untungnya seperti Affiq, Athifah sudah akrab dengan komputer jadi belajarnya tidak sambil mengkhayal. Mengajarinya teori tidak begitu susah. Kasihan teman-temannya yang tidak kenal komputer.

Belajar menembus sekat wilayah
Sumber gambar: e-lerning-pjj.aptikom.biz 
Di era globalisasi begini sayang sebenarnya kalau anak-anak sekolah belum familiar dengan komputer. Makassar merupakan kota terbesar di Indonesia timur yang sudah berkembang pesat menyamai kota-kota besar di pulau Jawa. Seharusnya di kota ini kebanyakan anak-anaknya sudah terbiasa menggunakan komputer. Sayangnya tak demikian. Banyak anak yang hanya familiar dengan game komputer di warnet-warnet atau familiar dengan gadget hanya sekadar untuk bermain game dan mengulik-ngulik media sosial.

Kalau di tingkat perguruan tinggi, penggunaan komputer di kota ini sudah familiar. Untuk kelas-kelas yang pernah diajar oleh suami saya, ia membiasakan menggunakan facebook untuk berhubungan dengan para mahasiswanya, utamanya yang berhubungan dengan tugas. Seperti model e-learning.

E-learning untuk percepatan peningkatan kualitas SDM menuju AFTA

E-learning (sistem pembelajaran elektronik) adalah cara moderat dalam proses belajar-mengajar menggunakan teknologi elektronik internet. Ini merupakan bentuk keniscayaan dari perkembangan TIK. E-learning memungkinkan guru dan murid tak perlu bertemu di dunia nyata, cukup melalu ranah virtual. Kelebihan sistem ini: jadwal dan target waktu pembelajaran dapat dipersingkat, begitu pun biaya pembelajaran bisa lebih dihemat.

Lebih dari 1000 institusi di 50 negara menggunakan e-learning. Tanpa batasan jarak dan waktu, siapa pun kini lebih dimungkinkan untuk belajar apa saja, dari mana saja. Mereka yang hendak berkompetisi dalam era AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 mendatang, mempunyai peluang lebih luas untuk memperkaya kompetensi dirinya dengan lebih mudah.

Seperti kita ketahui, pada masa AFTA nanti, arus barang dan jasa bebas diperdagangkan antar negara-negara ASEAN tanpa dikenai tarif dan bea masuk. Tenaga kerja bangsa kita akan menghadapi persaingan bursa kerja dengan orang-orang dari dalam negeri dan dari negara-negara ASEAN. E-learning bisa menjadi solusi untuk menambah kemampuan SDM.

Bersaing dengan orang-orang senegara saja tidak mudah, apalagi bila harus
bersaing dengan orang-orang dari negara ASEAN lainnya.
Sumber gambar: AFTA-en.aectourismthai.com

Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan e-learning

Seorang kawan yang menjadi dosen ilmu kependidikan di sebuah kampus di Makassar, juga menggunakan e-learning dalam proses belajar-mengajarnya. “Learning Management System” namanya. Dengan menggunakan e-learning, ia mengaku tugas-tugasnya terbantu dan akses ke berbagai buku dan jurnal dari berbagai belahan dunia menjadi lebih terbuka. Hanya saja ia ekstra kerja keras untuk mentransfer ilmu yang diperolehnya dari internet kepada para mahasiswanya karena asalnya berbahasa asing. Ini contoh proses e-learning, di mana dosen lebih siap ketimbang mahasiswa.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila hendak menjalankan E-learning, yaitu

1. Kesiapan guru

Selain harus memiliki kemampuan mengajar yang komunikatif, guru harus benar-benar menguasai bahan ajar dan perangkat teknologi yang dipergunakan. Guru sebaiknya memiliki kemampuan standar dalam mengatasi trouble yang mungkin terjadi selama proses e-learning berlangsung.

2. Kesiapan siswa

Seberapa besar motivasi siswa dalam menerapkan e-learning merupakan kunci pertama. Selain itu perlu dipertimbangkan masak-masak, apakah akses internet mudah didapatkan siswa.

Begitu pun kemampuan siswa dalam menjalankan “internet sehat” sebaiknya sudah optimal sehingga siswa tak menyambi membuka situs-situs yang tak cocok untuk usia mereka. Memang ada semacam sistem proteksi konten dewasa, tetapi itu bukanlah jaminan semua situs bisa diblokir. Integritas siswa dalam berinternet merupakan kunci kedua.

Selain itu, siswa tentu saja harus memiliki kemampuan standar dalam mengoperasikan segala perangat yang dibutuhkan. Karena e-learning memang menuntut kemandirian siswa dalam hal ini.

3. Kesiapan infra struktur

Tak ada gunanya bila baik guru maupun siswa siap tetapi infra struktur tak mendukung. Kesiapan perangkat komputer beserta jaringannya amat menentukan dalam hal ini.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) memiliki program untuk memperluas jangkauan sistem telekomunikasi, baik suara maupun data. Begitu pun para operator telekomunikasi, melalui Corporate Social Responsibility/CSR-nya, berperan dalam mendukung terlaksananya e-learning.

Peran operator telekomunikasi dalam pelaksanaan e-learning

XL merupakan salah satu perusahaan yang memiliki komitmen tinggi dalam mendukung pendidikan TIK dan e-learning di Indonesia.

Ada beberapa upaya XL yang patut diacungi jempol dalam terlaksananya tanggung jawab social perusahaan yang berfokus pada bidang pendidikan berbasis komputer dan internet di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, yaitu:

1. Kerjasama XL – ICT Watch untuk “Internet Sehat”

Pada tahun 2010, XL bekerjasama dengan ICT Watch (Indonesian Comunication Technology) Watch, sebuah lembaga non profit yang fokus pada dunia teknologi di Indonesia dalam hal sosialisasi penggunaan internet sehat dengan cara menyisir 2000 sekolah menengah atas. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan menggiatkan penggunaan internet aman, nyaman dan bermanfaat bagi individu, keluarga dan dunia pendidikan

2. Komputer untuk Sekolah Interaktif (KuSi)

XL membantu memudahkan masyarakat kurang mampu untuk dapat ikut serta memakai dan memanfaatkan teknologi komputer dan internet. Program ini merupakan program terintegrasi dan berkelanjutan selama 5 tahun (sejak tahun 2009), berupa pemberian donasi komputer dan akses internet untuk sekolah serta pelatihan komputer dan internet.

Agar tepat sasaran, XL mengevaluasi secara komprehensif pemanfaatan donasi oleh sekolah-sekolah penerima KuSi. Diberikan pelatihan intensif kepada para guru dilakukan. Juga  pendampingan untuk memastikan apakah materi pelatihan bisa benar-benar diterapkan oleh para guru dalam proses belajar-mengajarnya.

3. Free wifi dan sistem informasi terpadu (Sifoster) untuk sekolah

Pada bulan 14 Juni 2012 di hotel Clarion, PT XL Axiata Tbk (XL) menyarahkan secara simbolik free wifi dan Sifoster kepada 240 sekolah setingkat SMP dan SMA binaan XL.

Sifoster merupakan sistem yang dirancang untuk memberikan informasi kepada siswa SMP dan SMA beserta orangtuanya mengenai segala hal yang berkaitan dengan belajar-mengajar seperti nilai siswa, presensi siswa, pembayaran biaya pendidikan, poin pelanggaran, dan bimbingan karir berbasiskan Short Messaging Services (SMS). Sejak tahun 2011 Sifoster telah diaplikasikan di 80 sekolah di Makassar.
 
GM Finance & Management Service PT XL Axiata Tbk North Region Awaluddin
menjelaskan program Corporate Social Responsibility (CSR) XL
di Hotel Clarion Makassar,
Sumber gambar:
http://rakyatsulsel.com/xl-rembet-sekolah-dengan-internet-dan-sifoster.html
4. Wifi gratis di 2.500 sekolah

XL memperkenalkan layanan XL Edusolutions untuk pasar anak muda. Layanan ini berupa penyediaan kartu multifungsi dan Internet Wifi gratis berkecepatan hingga 1 MBps. Penerimanya 500 sekolah dan kampus yang telah menjadi mitra XL serta telah bergabung dalam program XL School dan Campus Community.

Dengan menargetkan 2500 sekolah, program ini bersifat gratis. Biaya yang dikeluarkan pelanggan hanya untuk untuk membeli kartu perdana XL. Melalui Edusolutions ini, informasi dari sekolah dan kampus bisa secara cepat diakses siswa dan orangtuanya. Wujudnya berupa kartu multifungsi (3 in 1 card) yang berfungsi sebagai kartu presensi, kartu ATM, dan kartu pelajar.

E-learning untuk urgensi pendidikan Indonesia raya

Sebuah kegiatan IIDN Makassar dan LeMInA bersama anak-anak pemulung
di TPA Tamangapa Antang. Andai anak-anak ini bisa menikmati e-learning ...
Sumber gambar: http://mugniarm.blogspot.com
Anak jalanan. Sayang sekali bila mereka terpaksa putus sekolah :(
Sumber gambar: Anak jalanan-www.kpai.go.id
Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) pada tahun 2007 mendata sekurang-kurangnya 2.000 anak perhari terpaksa berhenti sekolah karena berbagai alasan.

Saat ini dilansir ada lebih dari 11,7 juta anak usia sekolah di tanah air yang buta aksara dan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun yang terancam putus sekolah. Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, tingginya angka putus sekolah berkaitan erat dengan kasus buta aksara. Mereka yang putus sekolah kebanyakan dari kalangan tak mampu. Biaya sekolah yang makin mahal membuat mereka tak bisa bersekolah lagi dan memilih bekerja mencari uang.

Dengan wilayah yang terbentang sepanjang 3.977 mil di antara samudera Hindia dan samudera Pasifik, luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Faktanya, wilayah Indonesia belum sepenuhnya semua terjangkau oleh pendidikan yang layak karena berbagai alasan pula.

Sebenarnya menjadi amat beralasan bila e-learning diterapkan sebagai solusi pemerataan pendidikan. Namun tak bisa dipungkiri, banyak hal yang perlu dipertimbangkan menyangkut kesiapan diterapkannya e-learning, contohnya pada 3 poin kesiapan yang tercantum di atas. Selain itu, pada saat ini sumber daya manusia yang cakap dan dukungan dana dalam menjamin keberlangsungan proses e-learning pun belum memadai.

Namun kita perlu optimis karena kementerian Kominfo bekerjasama dengan pihak swasta terus berusaha dengan keras dalam membangun infra struktur telekomunikasi. Termasuk koneksi pedesaan, untuk menghubungkan desa-desa terpencil di berbagai kecamatan melalui internet. Harapan saya, dukungan regulasi bisa diupayakan dan pemerintah melakukan terobosan agar internet bisa menjadi pilihan pemerataan pendidikan bagi generasi muda bangsa ini.

Semoga suatu saat nanti Indonesia punya program e-learning untuk warganya
Sumber gambar: e-learnlogo-e-learn-esecurity.cdacnoida.in

E-learning untuk Indonesia yang lebih baik

Masalah kependudukan akan bertambah terus di negeri ini bila jumlah mereka yang putus sekolah bertambah. Untuk mereka yang tak punya bekal pendidikan, hidup di zaman nanti yang penuh dengan tantangan dan ancaman yang makin bervariasi, pasti bakal mendatangkan kesulitan yang hebat. Pemerintah harus mengantisipasinya sejak sekarang, salah satu caranya dengan memanfaatkan e-learning, untuk Indonesia yang lebih baik.

Bersyukur banyak perusahaan besar seperti XL Axiata yang bergerak melalui program CSR-nya. Masyarakat Indonesia perlu mendukungnya dengan mengobarkan semangat belajar yang tinggi dan menjaga infra struktur yang telah dibangun/disediakan dengan membantu dalam merawatnya dan tidak merusaknya. E-learning untuk Indonesia yang lebih baik, kenapa tidak?

Makassar, 17 Desember 2013


Referensi:
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik
  • http://12059mfhn.blogspot.com/2013/06/laporan-observasi-e-learning-pada-man-1.html
  • https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/09102012-76.pdf
  • http://www.lingkar.or.id/kus-2012/
  • http://www.merdeka.com/tekno/xl-ict-watch-sosialisasikan-internet-sehat-ke-sekolah.html
  • http://rakyatsulsel.com/xl-rembet-sekolah-dengan-internet-dan-sifoster.html
  • http://tekno.kompas.com/read/2012/04/10/11045799/xl.sediakan.internet
  • http://www.antaranews.com/berita/303870/e-learning-untuk-jangkau-pelosok-hingga-tapal-batas
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia
  • http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2013/10/24/58003/tingginya_jumlah_anak_putus_sekolah/


Share :

19 Komentar di "Urgensi E-Learning untuk Indonesia yang Lebih Baik"

  1. Semoga sukses ngontesnya, Mak.

    Saya mulai mengenal e-learning semenjak kuliah di UT. Karena memang basis pendidikannya menggunakan internet.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya .. UT memang menggunakan e-learning ya mbak. MAkasih sudah berkunjung :)

      Delete
  2. emang ada baiknya anak2 juga melek teknologi mesti juga harus di pantau... beruntungnya affiq dan athifah punya Ibu seperti tante ini hehe..

    wow mantap amat tuh program CSR XL....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beruntungnya karena ada lepi kaka, kalo tidak ada lepi walaupun ibunya saya ya percuma hihihi

      Delete
  3. oh ada juga operator yang peduli ama kebutuhan e-learning, kereen

    ReplyDelete
  4. e-learning is a must!
    Indonesia dgn berbagai kondisi dan permasalahannya, e-learning tidak hanya sebagai "alat" untuk membantu mencerdaskan anak2 bangsa, namun juga memicu anak-anak untuk aktif belajar atas inisiatifnya sendiri dgn berbagai kemudahan & kreatifitas yg bisa dituangkan dalam modul/materi e-learning :)

    ReplyDelete
  5. sayangnya yg ada baru e-learning belum sampai taraf e-education :)

    ReplyDelete
  6. e learning itu perlu mak,,bagus untuk negara ini,,tp seperinya perlu dana besar baik untk sosialisasi maupun penerapan di lapangan dn dukungan besar dr provider2 yg peduli,,krn sepertinya banyak yg belum siap,,atau malah belum paham apa itu e learning dn bgaimana penerapannya,,

    ReplyDelete
  7. nasibnya kayak aku dulu waktu SMP --" komputer sih sudah bisa, karena punya di rumah. tapi internet yang ga bisa. baru bisa pas SMA diajarin temen. untung sekamar sama temen yang sudah bisa. jadi kan ga malu2 amat di kelas. hehe

    ReplyDelete
  8. kontes lagi.. semoga menang kak. d jaman sekarang di mudahkan sekali untuk belajar, internet menyediakan rupa2 ilmu.

    ReplyDelete
  9. lengkap banget, bun. di sini udah ada e learning jg, tp buat yang sma. sd belum tau sekolah mana aja yang ada

    ReplyDelete
  10. Seharusnya tidak hanya XL saja yang memiliki program seperti ini, tapi semua penyedia layanan yang lainnya. Terobosan ini sangat menarik sekali dengan program yang diberikan di sekolah-sekolah, meskipun belum mencakup keseluruhan sekolah ayng ada di Indonesia, tapi ini sudah menjadi angin segar untuk pemerataan melek TI pada anak-anak yang tidak beruntung memiliki jaringan internet di rumahnya

    ReplyDelete
  11. program yg sangat bagus, demi kemajuan anak bangsa di era kmajuan TI skarang ini

    smoga sukses

    ReplyDelete
  12. ulasan mengena e-lerningnya lengkpa banget mbak. Semoga sukses ya

    ReplyDelete
  13. Elearning memang bagus min ...

    Follow blog saya ya
    http://infoejaman.blogspot.com/

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^