Nangkring Bareng Kompasiana – BKKBN: Blogger Diharapkan Berpartisipasi dalam Program KB

Ini tahun ketiga saya bergabung dengan Kompasiana. Ketiga kalinya pula saya mengikuti acara Kompasiana di Makassar. Tahu, akan banyak pengetahuan yang saya dapatkan ditambah rasa penasaran hendak mengikuti kompetisi live tweet, saya bersemangat menghadiri Kompasiana Nangkring Bareng BKKBN di Café Pisa, jalan Botolempangan, Makassar pada tanggal 9 Oktober 2013.

Saya tiba di lokasi acara saat jarum jam menuju angka 4. Seharusnya sudah terlambat, melihat jadwal yang diberikan (pukul 14.30). Maklum, emak-emak rempong, saya harus mengurus berbagai hal dulu sebelum berangkat.

Pffh. Untung belum dimulai. Saya memilih tempat yang nyaman. Leluasa melihat screen yang menayangkan film pendek bertema KB.

Pemutaran film dokumenter
Sedikit Gambaran Tentang Kompleksnya Problematika Kependudukan

Pernikahan dini. Bukan cintanya yang terlarang. Hanya waktu saja belum tepat … adalah penggalan lagu yang dijadikan sound track iklan layanan masyarakat BKKBN. Saya mencoba menyimak paparan dalam screen di dinding Pisa Café.

Sesekali terdengar alunan lagu Pernikahan Dini. Walau tak lengkap, saya bisa mengerti sedikit lalu menuliskan sebagiannya sebagai berikut:
Angka kelahiran bayi di Indonesia saat ini adalah 3 - 4 juta bayi/tahun. Dengan jumlah penduduk saat ini, Indonesia memiliki berbagai problematika, seperti:
  • Jumlah penduduk yg besar tdk sebanding dengan kualitas SDM
  • Data kependudukan belum tertata
  • Persebaran dan mobilitas penduduk belum merata
  • Sulitnya mencari penampungan sampah
  • Rendahnya kualitas penduduk
Ke depannya diharapkan angka harapan hidup meningkat, kemiskinan menurun.
BKKBN mengadakan Akselerasi Program KB, di antaranya:
  • Pembinaan peserta KB & Peningkatan advokasi
  • Pembinaan dan peningkatan kesertaan berKB
  • Pembinaan remaja melalui generasi berencana
  • Harmonisasi program dan penganggaran dalam bidang KB dan kesehatan
  • Penguatan kapasitas kelembagaan KB kabupaten dan kota
Goodie bags yang dibagikan berisi barang-barang keren. Selain baju kaos dan tumbler, ada pula sebuah majalah Jurnal Keluarga, berisi informasi kependudukan dan KB. Dalam majalah Jurnal Keluarga ada materi tentang PBNU & BKKBN Mengamini UU Perkawinan Direvisi.

Juga ada sebuah fact sheet berjudul Kependudukan dan Dampaknya dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional yang berisi probematika kependudukan di Indonesia. Ada satu hal yang membuat saya tercengang membacanya dalam fact sheet ini, yaitu bahwa Indonesia peringkat 124 dari 187 negara dalam kualitas penduduknya, berada di bawah rata-rata negara ASEAN!

Kualitas penduduk diindikasikan dalam angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur berdasarkan variabel pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ini sangat memprihatinkan mengingat sebenarnya dalam jumlahnya, Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Ini menempatkan Indonesia di posisi keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Selain itu, saya mendapatkan sebuah buku catatan (notes) dari Kompas.Com dan sebuah buku yang membuat saya terpesona karena kontennya yang begitu sarat pengetahuan. Buku yang diterbitkan oleh BKKBN ini berjudul Kumpulan Materi Dasar Promosi. Secara garis besar, buku ini memuat 3 topik: Menyiapkan Ibu Sehat Melahirkan Bayi Sehat, KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran, dan Menyiapkan Anak Balita yang Sehat dan Berkualitas.


Kependudukan: Dari Kemacetan Hingga Vasektomi

Sambil menunggu Prof. dr.H.Fasli Jalal, Sp.G.K., Ph.D., kepala BKKBN pusat yang menjadi nara sumber utama di acara Nangkring Bareng ini, hadirin mendengarkan paparan yang disampaikan oleh dua nara sumber pendamping: Pak Tamsil Taher dari harian Tribun Makassar Pak Akbar Faizal, nara sumber tetap BKKBN, mantan anggota DPR yang selalu mengkritisi masalah kependudukan.

Pak Akbar Faizal yang aktif menulis di blognya di http://www.akbarfaizal.com/ dan memiliki akun twitter @akbarfaizal68 ini mengatakan bahwa kemacetan (lalu-lintas) berbanding lurus dengan ketidakmampuan kita mengelola (problematika) kependudukan kita. Negara kita sebenarnya memiliki banyak sekali persoalan dalam hal kependudukan.

Pak Akbar pernah menyuarakan pemerintah agar menganggarkan APBN lebih besar untuk Indonesia timur. Kualitas SDM di wilayah timur Indonesia, sementara harga barang juga lebih mahal (padahal daya beli kurang). Harga satu sak semen misalnya, di Papua bisa mencapai 1,5 juta rupiah.

Sebagai wartawan yang selalu membutuhkan data dalam pekerjaan jurnalistiknya, pak Tamsil Taher menyorot soal data yang dimiliki BKKBN. Mengenai data kependudukan, susah mendapat data yang valid. Di BKKBN hanya ada data pasangan usia subur. Data mengenai urban bagaimana? Pemerintah kita seolah"absen" tepat pada saat para urban masuk ke Makassar.

Pak Akbar kemudian meminta BKKBN agar bisa memaksa partai-partai politik untuk benar-benar memahami masalah ini agar mereka aware dan menjadikan kebijakan politiknya berpihak kepada penyelesaian permasalahan karena ancaman terjadinya ledakan penduduk adalah masalah besar negeri ini. Di samping itu, Indonesia bukanlah bangsa yang produktif tetapi merupakan bangsa KONSUMERISME.

Menurut pak Akbar, pertumbuhan penduduk mempengaruhi karakter penduduk. Salah satu ancaman terhadap kualitas penduduk adalah televisi . Efeknya amat merusak. Masih ada orang yang malu bila anaknya belum segera menikah padaha itu salah. Pak Akbar mengajak agar kita berinisiatif dengan menyelamatkan para muda usia supaya lebih produktif (dulu) baru menikah. Sebeum berpamitan, pak Akbar menitipkan alamat e-mail dan akun media sosialnya bila masih ada kompasianer yang ingin bertanya kepadanya.

Selanjutnya giliran Prof. dr.H.Fasli Jalal,Sp.GK,Ph.D, kepala BKKBN memaparkan Problematika Kependudukan di hadapan para Kompasianer.

Sekarang penduduk bumi berjumlah 7,3 milyar. Dengan jumlah ini, membutuhkan "1,5" bumi (bukan lagi 1 bumi) agar kita semua hidup nyaman, tak berdesak-desakan padahal itu tak mungkin karena belum ada benda langit yang bisa ditempati hidup oleh manusia. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan jika manusia meniru gaya hidup warga Amerika, bumi ini hanya dapat memfasilitasi 2 milyar orang (yang lainnya bagaimana?).

Isi goodie bags, keren kan? ^__^
Masalah penduduk adalah masalah kesejahteraan masyarakat. Inflasi di zaman orba 1400%. Waktu itu Soeharto memprogramkan KB, pengentasan kemiskinan, dan lain-lain dan berhasil. Namun dalam 10 tahun terakhir perhatian kepada kependudukan menurun. Diam-diam selama 10 tahun rata-rata jumlah anak tiap ibu adalah 2,6 anak.

Jika dibiarkan terus seperti ini laju pertumbuhan penduduk per tahun bisa menjadi 1,49% padahal pada tahun 2007 sudah mencapai 1,47 %. Dengan laju pertumbuhan seperti ini, bisa-bisa pada tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia mencapai 390 juta sementara wilayah yang bisa didiami semakin lama semakin sempit karena pulau-pulau sudah banyak yang tenggelam. Kalau kita semua ikut mendukung gerakan KB, kita bisa mengurangi pertumbuhan penduduk, pada tahun 2050 menjadi 330 juta.

Menjadi salah satu masalah, visi kependudukan tidak mudah dilihat dalam visi 5 tahun karena baru bisa dilihat dalam jangka waktu 25 tahun. Makanya mengenai kependudukan ini tidak masuk dalam janji kampanye pemilukada tingkat dua (walikota/bupati). Akibatnya orang-orang yang berkarir dalam bidang KB pindah ke bidang lain sehingga petugas KB yang dulu melayani di desa-desa sekarang berkurang.

Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah. Bangun generasi berkualitas. Mari memperhatikan permasalahan penduduk, melahirkan generasi berkualitas melalui keluarga yg manageable.

Sasaran program kependudukan saat ini adalah setiap keluarga menjadi keluarga sejahtera dengan memberikan perhatian seoptimal mungkin kepada 45 juta PUS (pasangan usia subur).

BKKBN mengajak duta-duta GENRE (generasi berencana)-nya agar senantiasa bermanfaat dengan rutin menjangkau teman-temannya. BKKBN berusaha memperbanyak siswa/mahasiswa yang paham tentang KB, mereka bisa menjadi "pendidik sebaya" karena remaja biasanya lebih percaya sebayanya.

Remaja lebih nyaman mengeluarkan uneg-unegnya kepada temannya sendiri. Dengan demikian, diharapkan bila misalnya ada remaja yang bermasalah dalam hal hubungan dengan lawan jenis atau penyalahgunaan narkoba misalnya, duta GENRE-lah yang mendekati dan mendampinginya dalam menyelesaikan masalah.

Amat diharapkan, guru-guru harus paham dengan konsep GENRE supaya bisa bekerjasama, saling bahu membahu. Pak Fasli baru saja mengadakan pertemuan dengan ratusan duta GENRE. Dari awalnya yang dididik oleh BKKBN hanya sejumlah 150 orang remaja, tak disangka yang datang sampai 750 orang. Ini menunjukkan antusiasme masyarakat yang mulai membesar pada program BKKBN. Pak Fasli menyampaikan harapannya kepada para Kompasianer supaya para blogger juga turut memberi pencerahan tentang konseling/GENRE kepada masyarakat.

Konon Cina pernah memaksakan hanya boleh 1 anak dalam 1 keluarga sehingga akhirnya ada penekanan yang signifikan terhadap laju pertambahan penduduk. Dengan etos kerja tinggi yang dimiliki bangsa Cina tinggi, didukung eksplorasi alam yang bagus diperoleh peningkatan kualitas penduduk yang tinggi.

Di India, walau 40% masyarakatnya buta huruf namun sekolah-sekolah terbaik di antaranya dalam bidang informatika dan kedokteran ada di India. Nigeria bisa-bisa menyalip Amerika Serikat dalam hal jumlah penduduk. Kalau Indonesia tidak hati-hati, bisa-bisa posisinya naik di peringkat ketiga. Program kependudukan adalah program jangka panjang untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saya berkesempatan turut bertanya pada sesi pertanyaan. Melihat buku Kumpulan Materi Dasar Promosi yang isinya begitu “ideal” saya mempertanyakan seberapa jauh program BKKBN menjangkau masyarakat menengah ke bawah agar informasi di buku itu sampai kepada mereka.

Terkait kemampuan dan kemauan belajar banyak ibu yang masih minim, kalau boleh “sok tahu”, saya melihat masalah kependudukan adalah masalah yang harus diselesaikan banyak pihak. Seperti bidang Pemberdayaan Perempuan dan Pendidikan. Masih banyak yang perlu ditingkatkan pada kaum Hawa mengenai kesadaran memperkaya diri dalam wawasan berkeluarga (sebenarnya bagi kaum Adam juga sih). Bagi sebagian orang, berkeluarga adalah seperti para pendahulu mereka berkeluarga.

Dalam bidang pendidikan di negara kita juga, masih terlalu menitikberatkan kecerdasan pada beberapa bidang saja seperti matematika dan bahasa. Padahal dalam sebuah studi dikatakan bahwa kecerdasan emosional lebih memegang peranan penting dalam kesuksesan seseorang ketimbang kecerdasan matematika dan bahasa. Bagaimana BKKBN menetapkan solusi tentang ini?

Pak Fasli menjawab pertanyaan saya dengan rinci. BKKBN memiliki program Bina Kader Balita dan Bina Keluarga Remaja. Bina Kader Balita khusus menjangkau mereka yang memiliki anak balita sementara Bina Keluarga Remaja menjangkau mereka yang memiliki anak usia remaja, memberikan penyuluhan yang sesuai dalam menghadapi anak-anak dalam rentang usia tersebut.

Kader BKKBN diusahakan akan menjangkau keluarga Indonesia dalam semua lapisan masyarakat dan sekolah-sekolah. BKKBN mengusahakan “program terpadu” yang menggandeng Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Agama, dan BNN. Jenjang pendidikan formal akan dimasuki, mulai dari tingkat SMP. “Ini mudah diucapkan tapi tidak gampang dilakukan tapi pasti diusahakan,” tandas pak Fasli.

Kepada penanya yang menanyakan program KB pada laki-laki: VASEKTOMI, Pak Fasli menjelaskan bahwa telah mendapatkan rujukan dari ulama bahwa vasektomi untuk membentuk generasi yang berkualitas hukumnya halal. Harus dipahami tujuan berkeluarga adalah untuk melahirkan masyarakat yang berkualitas.

"Persiapan Remaja untuk Menikah", salah satu bab di
buku Kumpuan Materi Dasar Promosi
Rezeki di Kuis dan Live Tweet

Setelah penjelasan pak Fasli ditutup dengan sesi foto bersama, Kompasiana memberikan kuis berhadiah gadget keren kepada satu orang kompasianer yang beruntung. MC memberikan tugas kompasianer untuk memberikan tag line bagi BKKBN. Terpilih 5 orang termasuk saya untuk diberi kuis berikutnya. Saya memberikan tag line: “membangun keluarga berkualitas untuk masa depan yang lebih baik”. Sayangnya saya kalah cepat mengangkat tangan ketika diberikan sebuah pertanyaan lagi oleh MC.

Alhamdulilah, seperti yang dikatakan MC, “Rezeki nggak ke mana, Bu.” Saya mendapatkan rezeki melalui salah satu dari rentetan kultwit saya yang memenangkan kompetisi live tweet. Tweet itu berbunyi: “Kalau kita semua ikut dlm gerakan KB, kita bs mengurangi pertumbuhan penduduk, thn 2050 mnjd 330 jt #nangkringbkkbn @kompasiana

Alhamdulillah ... dapat rezeki ^__^
Yup, kita semua sebaiknya ikut serta. Bukan sebagai akseptor KB tapi ikut mengupayakan terbentuknya generasi baru yang lebih berkualitas. Setiap individu, bahkan para remaja dan mahasiswa bisa meningkatkan kualitasnya agar menjadi orangtua yang berkualitas kelak. Para blogger pun bisa “ikut menyukseskan program KB” melalui tulisan-tulisan di blognya.

Acara Nangkring Bareng Kompasiana – BKKBN hari itu ditutup bertepatan dengan waktu maghrib. Para kompasianer dipersilakan makan malam dulu sebelum pulang. Terimakasih kepada Kompasiana, BKKBN, pak Fasli Jalal, pak Tamsil Taher, pak Akbar Faizal, dan Pisa Café atas acara yang amat menarik ini. Sampai jumpa lagi tahun depan di Makassar.

Makassar, 10 Oktober 2013







Share :

20 Komentar di "Nangkring Bareng Kompasiana – BKKBN: Blogger Diharapkan Berpartisipasi dalam Program KB"

  1. Selamat atas hadiahnya..

    kalau di kampung saya, orang-orang tua selalu berpesan.. banyak anaak banyakl rezeki.. hehe.

    eh, kalau saya mampir ke Makassar lagi, bolehkah singgah di tempat kita? =_=

    ReplyDelete
  2. Sekrang malah sedang ngetren nikah mudah, remaja yang masih umur belasan aja sudah ngebet nikah trus bisa cepet punya anak, sepertinya penyuluhan tentang usia menikah harus digalakkan lagi -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup .. penyuluhannya tentu ttg kesiapan mental. Kalo mo nikah mah nikah saja asal benar2 sudah siap dengan segala resikonya ya ^^

      Delete
  3. Goodie Bagnya keren ...
    Hadiahnya pun keren ...

    Bersyukur ... ini buah dari ketekunan dan rajinnya Bu Mugniar ...
    Ini yang saya kagumi dari Bu Mugniar ... Tekun ...

    Salam saya Bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya hanya berusaha menjadi blogger yang baik om Nh :)
      Terimakasih sudah membaca

      Delete
  4. Wiiih selamat ya Mak.. :) KB yaa, eum.. iya untuk Keluarga berencana, dan aku lebih suka pake 'sarung', nggak nyaman aja ada sesuatu atau obat yg dimasukan ke badan gitu :D *curhat malahan*
    Aku suka tulisannya mak, reportase yang ngalirr, nggak bosen bacanyaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih dah membaca Mak ..

      Tapi duuh itu kata KB sebenarnya maknanya bukan hanya ke alat kontrasepsi atau terkesan pemaksaan harus punya 2 anak saja lho ... luaaaas, ribet, dan kompleks sekali masalah kependudukan ini dampaknya pun besar. JAdi kalo kita gak setuju dengan kontrasepsi (yah saya pun gak nyaman dengan itu, terus terang hehehe) atau slogan 2 anak cukup, ada cara lain yang bisa dilakukan ... dengan menuliskan hal2 bermanfaat ttg membangun keluarga berkualitas ... seperti itu sebenarnya .

      Ada satu program unik yaitu konseling thd anak2 yang bermasalah oleh teman sebaya mereka yang sudah dididik oleh BKKBN. Masalahnya misalnya perilaku seks bebas, narkoba, dll ... jadi masalah kependudukan yang butuh peran kita itu untuk menyebarluaskan mengenai apa saja yang bermanfaat ttg itu ada banyak sekali ... bisa juga masalah pendidikan dll .. gitu lhoo

      *aih panjang sekali ya*

      Delete
    2. wah,ada konselornya juga??/eru tuh mbk,,,sayakangen kalo lagi ngonseling anak2 SMP/A ^^

      Delete
    3. Iya mbak Hanna ... itu yang tak banyak orang tahu. Dan menangani masaah remaja, bukan semata hal 2 anak cukup saja :)

      Delete
  5. Anakku 5, mbak Niar... Kayaknya 5 berkualitas lebih baik dari pada 2 berkualitas. Uppss.... *pendapat pribadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kan mbak Niken "keluarga berencana" juga ^__^

      Delete
  6. menyimak hehehe.....blogger makassar keren2 ya mbk,mbk niar kenal sama Uleng Tepu?Reni Purnama g?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah masa sih mbak Hanna? *kembangkempis*
      Aiih belum kenal *maluuu*
      Kompasianer ya? *malah mbak Hanna yang kenal duluan*

      Delete
  7. asik sekali tu, aku belum pernah punya kesempatan bisa mengikuti forum kopdar sesesama blogger.bangsa Indonesia bangsa KONSUMERISME, betul sekali tu ! termasuk saya ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah saya sudah berkesempatan beberapa kali mas ... memang menyenangkan .. ^__^

      Delete
  8. itu VASEKTOMI untk laki2 halal dalam buku apa yaa? kebetulan saya lagi menyusun tentang iklan kb.
    mohon balasannya

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^