Makassar SEAScreen Academy: ASEAN dalam Bingkai Film

Hari ini ada e-mail baru di inbox saya, tentang sebuah kegiatan bertajuk Makassar South East Asian Screen Academy (Makassar SEAScreen Academy) yang akan diselenggarakan pada tanggal 4 – 8 Oktober 2013.

Menarik sekali isi e-mail yang dikirimkan BaKTI tersebut. Berikut ini kutipan tentang Makassar SEAScreen Academy:

Selama lima hari, 18 sineas muda dari berbagai kota di Indonesia Timur yang diseleksi dari total 32 aplikasi yang diterima, akan mengikuti lokakarya dengan enam pengajar yang merupakan pembuat film dari Asia Tenggara, dengan reputasi internasional. Keenamnya adalah Liao Jie Kai (Singapura), Pimpaka Towira (Thailand), Ho Yuhang (Malaysia), Teddy Soeriaatmadja, Upi, dan Kamila Andini. Ketiga yang disebut terakhir berasal dari Indonesia. Kegiatan SEAScreen Academy akan berpusat di Rumah Budaya Rumata’ Artspace.



Selain itu, penggemar dan pemerhati dunia film juga akan disuguhi satu hari penuh inspirasi melalui kegiatan Makassar SEAScreen Forum pada 6 Oktober 2013, bertempat di de Luna Resto & Cafe, Makassar. Panitia menyediakan tempat untuk 300 orang dalam diskusi, presentasi dan perbincangan seputar dunia film dan berbagai aspeknya dalam forum yang terbuka untuk umum itu.
 Selain para pengajar SEAScreen Academy, Mira Lesmana, Lukman Sardi, Nicholas Saputra, Adinia Wirasti, Musfar Yasin, M Aan Mansyur, dan bahkan Riri Riza sendiri akan terlibat baik sebagai pembicara maupun pengarah sesi diskusi. Mereka yang berminat untuk hadir dapat mendaftarkan dirinya secara gratis melalui situs http://makassarscreen.com.
Maka bergegaslah saya mencari tahu di web yang disebutkan. Sayangnya, begitu sampai di tab PENDAFTARAN, tiket (gratis) untuk tanggal 6 itu sudah habis. Kemudian saya menjelajahi sebentar web tersebut dan mendapatkan hal-hal menarik di sana.

Makassar SEAScreen Academy merupakan kegiatan yang digagas oleh Rumata’ Artspace sebagai bagian dari usaha untuk memajukan kegiatan seni dan budaya di Indonesia bagian Timur, diawali dari Makassar. Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah Kota Makassar, Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, Ford Foundation, BaKTI, dan Yayasan Kalla.

Makassar SEAscreen Academy diharapkan menjadi forum tahunan yang mengundang secara selektif para pembuat film berbakat dari Asia Tenggara dan Indonesia Timur. Makassar SEAscreen diharapkan akan memberikan sebuah sumbangan bagi kemajuan film Indonesia: menampilkan Indonesia yang multikultural.

Pogram Makassar SEAscreen Academy disajikan dalam 4 topik:  
Memproduksi dan Memasarkan Film-film Berbiaya Rendah, Menuju Film (Daerah) Indonesia, Aktor dan Keaktoran dalam Film, dan Penulisan Skenario Film Indonesia. Detil dari keempat topik tersebut, dapat dilihat di http://makassarscreen.com/id/forum-2/program/

Bertindak sebagai kepala sekolah Makassar SEAscreen Academy adalah Mira Lesmana. Peran penting Mira adalah turut membidani aspek kurikulum dalam pelatihan film Indonesia Timur ini.

Bahwa semua produksi film dan bioskop yang dominan berada di Jakarta, terkait dengan bagaimana kondisi perfilman di Indonesia hari ini, Mira berpendapat:

Pusat dari perfilman Indonesia menjadi “Jakarta”. Artinya, hampir seluruh filmmaker yang membuat film Indonesia berada di Jakarta. Perkembangan fasilitas untuk produksi film juga menjadi terpusat di Jakarta, baik fasilitas tehnis, fasilitas lokasi hingga fasilitas pendidikan. Dominasi ini kemudian berdampak pada film yang muncul di bioskop.
Cerita yang muncul banyak bercerita tentang kehidupan orang Jakarta, termasuk penggunaan bahasa. Indonesia yang beragam menjadi terasa sempit dan kecil bila dilihat dari film film Indonesia. Dampak yang lebih disayangkan adalah bagaimana kemudian penonton film Indonesia di luar Jakarta beridentifikasi dengan film film Indonesia yang beredar ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa “gaya hidup Jakarta” dalam film Indonesia menjadi inspirasi bagi gaya hidup (terutama) anak anak muda Indonesia. 
Untuk anak anak muda di luar Jakarta yang memiliki aspirasi menjadi pembuat film pun, tidak jarang cerita yang kemudian muncul mengacu pada film-f ilm yang pernah mereka lihat ini. Kondisi ini teramat sangat perlu diintervensi oleh gerakan pembuat film (atau calon pembuat film) dari luar Jakarta untuk menampilkan cerita cerita tentang kehidupan disekitar mereka yang mengacu pada realita lingkungannya sendiri, sehingga Indonesia yang beragam bisa kembali muncul dalam film film Indonesia kelak.
Saat ini, Mira bersama Riri Riza, sedang dalam proses pasca produksi film terbaru mereka yang berjudul SOKOLA RIMBA. Film ini terinspirasi oleh buku dengan judul yang sama, ditulis oleh Butet Manurung, bercerita tentang kehidupan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat marjinal di hutan bukit duabelas, Jambi yang dikenal dengan nama suku Anak Dalam atau Orang Rimba.

Mira juga sedang dalam proses persiapan shooting film genre silat yang akan mengambil lokasi di Sumba Timur.

Kegiatan Makassar SEAScreen Academy dan Forum diharapkan dapat memberi kesempatan belajar bagi para pembuat maupun penggemar film di Makassar dan sekitarnya, sekaligus juga dapat menjadi sebuah platform kerjasama antar negara-negara Asia Tenggara untuk kemajuan dunia perfilman.

Makassar, 3 Oktober 2013


Disarikan dari web site http://makassarscreen.com/. Di-posting di blog ini dalam rangka menyebarluaskan kegiatan positif anak negeri. Di antara banyak carut-marut, kita harus optimis, masih ada putera negeri ini yang antusias melakukan hal-hal positif dan bermanfaat. Salut buat Riri Riza, Mira Lesmana, dan segenap pendukung Makassar SEAScreen Academy, semoga kegiatannya lancar dan sukses dan menjadi salah satu perekat bangsa-bangsa ASEAN.


Share :

15 Komentar di "Makassar SEAScreen Academy: ASEAN dalam Bingkai Film"

  1. Aaah kereen yaa... heuheu, harus begitu memang salah satu usaha untuk pemerataan kemajuan di seluruh Indonesia. Indonesia bagian timur kan emg jarang tersentuh. Semoga dampak positif yg ingin dicapat bisa sukses, dan dampak negatifnya bisa ditekan.

    mengapa indonesia bagian timur alamnya indah? itu karena belum banyak terjamah, tdk ada eksploitasi. dgn adanya event macam ini, biasanya akan banyak kunjungan.. semoga bs sama2 menjaga alam :) aamiin *panjang konetarku*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang baca komennya mak ... iya .. semoga mendatangkan manfaat yang lebih besar ya mak. Makasih ^__^

      Delete
  2. Replies
    1. Seru mbak ... sayang sudah sold out tiketnya

      Delete
  3. sy asli makssar tp sayang ada dijogja. mudahan acaranya sukses...

    ReplyDelete
  4. Mantaplah...
    Semoga bisa bikin sineas kita makin bagus bikin filmnya. Jangan melulu cerita hantu ngesot

    ReplyDelete
  5. Masyaallah... Makasih bu infonya, moga-moga bisa hadir... amien

    ReplyDelete
  6. semoga eksploitasi dalam bentuk film akan menyajikan karya yang hebat dan natural seperti keadaan yang sebenarnya...

    saya juga sering kurang setuju ketika film ftv mengambil adegan di wilayah gunung bromo, tapi logat dan gaya bicaranya medok jakarta'an dan juga jauh dari keetnikan wilayah bromo yang didominasi suku tengger

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, saya juga tidak suka dengan film aneh seperti itu ... gambarnya ngambil di mana, yang katanya orang sana tapi logat ibukota. Seharusnya lebih mengeksplorasi alam setempat atau minimal pakai bahasa Indonesia yang umum saja ya

      Delete
  7. Kereeeeeen... Kapan yah bisa ke Makasar, jemput saya Mbak ke Pekanbaru hihihi... :D

    ReplyDelete
  8. Mudah-mudahan ada di daerah lain juga, Aceh? #eh :D

    ReplyDelete
  9. woooow....saya pengen banget bisa ikutan...seruu pastinya ya mba...pengen ke makassar...

    ReplyDelete
  10. muantep banget acaranya, mencerdaskan anak bangsa :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^