Maka Apa yang Kita Pikirkan, Itulah yang Terjadi

Maka Apa yang Kita Pikirkan, Itulah yang Terjadi - Pernah dengar tentang self-fulfiling prophecy atau “ramalan yang dipenuhi sendiri”? Atau barangkali pernah mengalaminya?

Konon manusia suka sekali mendefinisikan, memberikan penilaian atas apa yang dialami atau diperhatikannya. Lihat saja kasus AQJ. Bukan hanya orang awam yang mencoba menilainya di mana-mana, media pun melakukannya. Kita pun mungkin pernah menilai diri kita tak akan sanggup melakukan sesuatu, akibatnya kita benar-benar tak bisa melakukannya padahal belum mencobanya secara maksimal.

Apa yang dipikirkan itu yang terjadi

Atau dalam diri anak seorang kerabat dari suami saya yang dicap bodoh oleh nyaris semua orang dalam keluarganya padahal awalnya ia hanya mengidap disleksia (sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis). Padahal disleksia tidak berpengaruh terhadap kecerdasan seseorang. Akibatnya anak tersebut juga percaya bahwa dirinya bodoh, dan sepertinya akan berlangsung seumur hidupnya (hm … saya pun sedang menilai ya).

Self fulfiling prophecy memang bisa berdampak fatal. Dalam ilmu ekonomi yang serupa ini dikenal dengan istilah: “ekspektasi rasional”. Ekspektasi mempengaruhi perilaku seluruh partisipan dalam perekonomian dan memilih dampak yang besar pada seluruh aktivitas perekonomian.

Contohnya: bila ekspektasi rasional mengatakan rupiah akan didevaluasi maka masyarakat segera bergegas menukarkan rupiahnya ke dalam mata uang asing. Akibatnya terjadi penarikan uang dalam skala besar sehingga pemerintah dipaksa melakukan devaluasi sungguhan.

Contoh lainnya adalah sebuah istilah pada bidang medis. “Placebo effect” adalah perlakuan medis yang tak berisi zat medis. Misalnya pil gula dan suntikan garam, dapat “menyembuhkan” karena faktor sugesti yang muncul dalam diri pemakai. Satu-satunya “unsur aktif” dari perlakuan ini adalah kekuatan harapan positif pasien yang didukung oleh interaksi dengan terapis. Placebo berhasil mengurangi gejala-gejala fisik dan secara dramatis mendatangkan kesembuhan pada penyakit yang sebenarnya secara medis belum ditemukan obatnya.

Beberapa orang mengalami gejala psikosomatik (gejala penyakit yang ditimbulkan oleh faktor psikologis) karena keadaan emosi tertentu. Dari yang hanya disebabkan oleh kondisi psikis, penderitanya percaya ia memiliki penyakit itu dan mengobatinya secara medis. Misalnya saja tekanan jiwa yang diderita seseorang menyebabkan jantungnya berdegup kencang. Bila berulang kali terjadi, ia merasakan seperti terkena serangan jantung.

Bila diperiksa secara medis, ia memang mengalami gangguan pada jantungnya. Maka obat-obat medis menjadi solusinya padahal orang lain yang mengalami kondisi yang sama dengannya bisa mengatasi “penyakit jantung”-nya dengan mengatasi akar masalahnya tanpa obat medis sama sekali.

Saya pernah mengatakan hal ini kepada guru saya, “Setiap harinya saya sering kelelahan luar biasa. Saya takut kalau nantinya saya jatuh sakit.”
“Jangan berpikir begitu. Itu suara hatimu. Kamu akan benar-benar jatuh sakit karenanya,” pesan guru saya.

***

Secara tidak langsung, hal-hal tersebut di atas membuat kita mempersangkakan sesuatu kepada Allah, melalui suara hati kita. Padahal Allah telah menegaskan dalam sebuah hadits qudsi: Dari sahabat Annas bin Malik ra., Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Allah ta’ala berfirman, ‘Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku; dan Aku bersamanya jika ia memanggil-Ku (berdo’a kepada-Ku).’” (HR. Ahmad)

“Anda Pasti Bisa Jika Anda Berpikir Bisa” adalah judul buku yang pernah saya lihat yang memotivasi orang untuk berpikir positif. Psikologi Citra Diri adalah sebuah buku psikologi yang pernah saya baca bertahun silam, berisi pesan bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan, bila berpikir bisa maka bisalah kita, begitu pun sebaliknya bila berpikir tak bisa maka tak bisalah kita. “Beautiful Mind Power” adalah salah satu metode motivasi untuk menerapkan kekuatan berpikir positif. Semua motivator dan buku-buku motivasi mengajarkan hal ini. Semua seminar yang diadakan perusahaan-perusahaan MLM menyampaikan hal ini.

Semuanya bermuara kepada hadits qudsi di atas, yaitu: 
Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku”. Jika prasangka kita baik kepada Allah maka baik pula hasilnya, jika prasangka kita buruk maka buruk pula hasilnya.

Tentu saja bila berprasangka baik maka segala langkah-langkah menuju kebaikan harus dilaksanakan terlebih dulu sebelum mengandalkan “kekuatan pikiran”. Maka takdir baik akan menghampiri.

Ini tersirat dalam sebuah hadits qudsi: Dari Syuraih, ia berkata, Aku mendengar seorang laki-laki dari sahabat Nabi saw. Berkata, Nabi bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, berdirilah (menghadap) kepada-Ku maka Aku berjalan kepadamu; dan berjalanlah kepada-Ku, maka Aku berlari kepadamu.’” (H.R. Ahmad). Allah sendiri yang menyatakan bahwa Ia menyambut hamba-Nya dengan amat cepat. Maka, tinggal kita saja yang meyakininya.

Makassar 5 Oktober 2013

Referensi:

  • Ahmad Thoha Faz. 2007. Titik Ba: Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Mizan. Bandung.
  • Al-Imam Abi Al-Hasan Nuruddin Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy. 2000. Tarjamah Pilihan Hadits Qudsi yang Shahih. Drs. M. Thalib. Cetakan ketiga. Gema Risalah Press. Bandung.


Share :

35 Komentar di "Maka Apa yang Kita Pikirkan, Itulah yang Terjadi"

  1. Allah sesuai prasangka hamba-Nya..

    Semoga kita selalu berpikiran baik setiap hari..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga selalu jadi orang2 yang berpikiran positif ^__^

      Delete
  2. mari belajar berfikir positif | jadi teringat untaian kata
    pikiranmu itulah yang akan mempengaruhi tingkah lakumu
    tingkah lakumulah yang akan membentuk kepribadianmu
    kepribadianmu itulah yang akan membentuk nasibmu
    jadi pemikiranmu itulah yang sesungguhnya membentuk nasibmu
    Allohu 'alam

    ReplyDelete
  3. Positif thinking membuat optimis. Selalu berprasangka baik pada Alloh akan membuat hidup kita tenang karena yakin bahwa Alloh tak pernah tertukar dalam memilihkan peran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali mbak. Allah tak pernah salah ...

      Delete
  4. wohoo, lagi sehati kita kayaknya mbak, pas banget saya lagi mikirin tentang ini, positif thinking emang salah satu yang terpenting dan berpengaruh dalam hidup ini karena efeknya sangat luas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm .... kita mesti ketemu suatu saat nih mbak Rin :)

      Delete
  5. secara tidak disengaja meramal diri kita sendiri melalui pikiran kita.

    Mantab. ^^

    ReplyDelete
  6. selalu berkhusnudzzon kepada Allah....hihihi,adem baca ini.apalagi yg psikosomatik,berasa lagi kuliah psikologi klinis hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya pernah baca buku ttg psikosomatik mbak .. ternyata bisa ya .. dari yang hanya masalah psikis/emosi menjadi sakit betulan :)

      Delete
  7. iya ya...secara tidak sadar kita sering mendatangkan nasib buruk kita sendiri dengan prasangka2 yg negatif. Memang berpikiran positif itu harus terus dijaga demi kebaikan kita sendiri ya....terima kasih telah mengingatkan

    ReplyDelete
  8. selalu berprasangka baik kepada-Nya akan sangat membantu saat kita mengalami masalah yang sangat rumit dan berat...

    Bismillah, semoga kita selalu menjadi hamba yang senantiasa khusnuzan kepada Rabb-nya

    ReplyDelete
  9. Benar2 harus berpikiran positif ya, Mba. Terima Kasih sudah diingatkan, karena kadang masih suka mengeluh kepadaNYA. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah membaca ya Idah ... sesekali mengeluh kepada-Nya saya kira tak apa, asal janga menuntut, jangan menghujat. Lebih baik mengeluh kepada-Nya daripada kepada manusia. Asalkan mengeluhnya dengan cara yang sopan ^__^

      Delete
  10. Kita adalah apa yang kita pikirkan, masalah yang sama akan jadi berbeda tergantung persepsi orang yang mendapatkan masalah tsb. Jadi yokkk berpikir positif. Makasih mbak Niar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbak Nufus ... makasih dah membaca yaa :)

      Delete
  11. Selalu berpikir positif, memberi contoh ke sekitar yang positif, menyebar kata-kata positif itu lebih baik ... jempol mak postingannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an kita menjadi orang2 yang positif ya mak :)

      Delete
  12. bener, pernah denger dalil nya. Allah bersama persangkaan hambanya. Hal itu pula yg sering memotivasi saya untuk terus berpikir positif.

    ReplyDelete
  13. Memang ya mba, selalu berikiran positif, akan mengobati jiwa dan raga.

    ReplyDelete
  14. Aq percaya pada kekuatan pikiran. Maka dr itu, berperasangka baiklah pada-Nya

    ReplyDelete
  15. Saya pernah dapat sebuah pelatihan bu ...
    salah satu kalimat yang saya ingat dari Fasilitatornya adalah ...

    "Segala sesuatu itu diciptakan dua kali ... satu dipikiran kita ... satu lagi dikejadian nyata ..."

    Apa yang kita pikirkan itu bisa saja kejadian ...

    So ... berfikir yang baik-baik ... yang indah-indah ... yang bahagia ...
    niscaya itu semua bisa menjadi kenyataan ... Amiiinnnn

    Salam saya Bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm ... pikiran bakal mendorong kejadiannya ya om
      Makasih dah membaca ^^

      Delete
  16. postif thinking gitu ya intinya.. Siipppp bagus banget mbak... Jadi diingatkan buat selalu positif thinking..

    ReplyDelete
  17. harus positif thinking ya buk, tapi menurut Quantun Ikhlas nya Erbe Sentanu ternyata positif thinking itu belum cukup, lebih bagus bila positif feeling. betul nggak buk?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^