Adegan-Adegan Tak Elok dalam Sinetron Indonesia

“Putri Tonggos” adalah judul sinetron yang tayang di Trans TV tadi siang (yang mau tahu, bisa buka link http://www.mytrans.com/video/2012/04/11/2/59/0/3766/putri-tonggos). Saya bukanlah penikmat sinetron, saya tidak tahu siapa-siapa aktris dan aktor yang terlibat di dalamnya, jadi saya tak hendak mengulas jalan cerita keseluruhan sinetron ataupun membuat resensinya. Saya bahkan tidak paham, apakah Putri Tonggos ini jenis sinetron atau FTV. Jadi, maklumkan saja bila saya menyebutnya “sinetron”.

Saya sempat menangkap sebuah adegan yang menurut saya amat berlebihan. Yaitu ketika si Putri Tonggos dikerumuni dan diejek sejumlah bocah. Bocah-bocah itu bertepuk tangan sembari berkata, “Kakak tonggos, Kakak tonggos.” Putri Tonggos berlari menjauh karena ejekan itu. Rasa minder luar biasa menyelimuti perasaannya.

Mengapa saya mengatakan adegan ini berlebihan?

Coba lihat sekitar kita, orang-orang yang terlahir atau tumbuh menjadi seperti Putri Tonggos bukanlah hal yang luar biasa. Sehari-harinya, mereka bukanlah bahan celaan seperti yang digambarkan di sinetron itu. Sehari-harinya mereka bergaul dengan orang-orang sekitarnya dengan wajar.

Sumber: http://gettyimages.com
Selayaknya di dunia ini, yang di mana-mana ada saja orang yang hatinya kotor, barangkali ada saja orang yang mengejek mereka. Tapi bentuk ejekan itu tak seperti yang digambarkan dalam sinetron tersebut. Lagi pula anak-anak kecil kebanyakan, tidaklah menganggap hal seperti ini patut diejek. Mereka memberlakukan orang-orang seperti Putri Tonggos seperti orang-orang biasa lainnya. Mereka masih begitu polos, kecuali bila mereka melihat contoh orang-orang dewasa di sekitarnya melakukannya, mungkin saja mereka menirunya.

Tetapi, adegan yang menggambarkan lebih dari lima orang anak kecil usia sekolah dasar, berkerumun, bertepuk tangan, dan bersorak-sorai mengejek sesuatu yang dianggap kekurangan fisik orang lain. Bukankah itu keterlaluan? Bukankah itu adegan yang mengada-ada? Dalam kehidupan nyata, di bagian mana di negeri ini yang pernah ada kejadian seperti itu?

Dewasa ini sangat sering ada adegan mengejek dalam sinetron-sinetron Indonesia: berkerumun, bertepuk tangan sambil bersorak-sorai. Apapun bentuk kekurangan yang diekspos, adegan seperti itu ada. Hal ini seperti menjadi cerminan kebiasaan masyarakat Indonesia saking seringnya ditampilkan adegan seperti itu.

Saya tinggal di daerah perkampungan strata sosial menengah ke bawah. Di lingkungan saya ngerumpi dengan tetangga atau saling mencari kutu adalah pandangan yang jamak sehari-harinya. Saling mengasuh balita juga biasa di lingkungan ini. Setiap harinya terdengar riuh anak-anak bermain, dari pagi hingga malam hari. Canda tawa, saling teriak, saling mengumpat, ataupun pertengkaran adalah hal yang biasa dalam lingkungan seperti ini.

Tetapi saya sama sekali tidak pernah melihat atau mendengar bentuk ejekan seperti dalam sinetron-sinetron itu.

Smber gambar: http://www.mytrans.com/video/2012/04/11/2/59/0/3766/putri-tonggos
Masjid dekat rumah, pernah ditumpangi mengaso seorang laki-laki pengidap sakit jiwa selama berbulan-bulan  tapi tak pernah satu kali pun anak-anak atau masyarakat sekitar mengerumuninya, bertepuk tangan, dan menyorakinya, “Orang gila ... orang gila.” Tak pernah sama sekali.

Dan berbicara mengenai tonggos, tak pernah satu kali pun warga sekitar saya mengejek seperti dalam sinetron Putri Tonggos. Jika adegan sinetron merupakan potret nyata masyarakat kita, di bagian mana negeri ini yang orang-orangnya tega mengejek seperti itu? Atau, ini hanya kejadian di negeri antah-berantah?

Satu lagi adegan yang sering membuat saya tercengang-cengang menyaksikannya di sinetron kita: ketika seorang murid atau guru secara tidak sengaja membuat kesalahan, dengan kompaknya seisi kelas bersorak-sorai, riuh-rendah, menyoraki murid/guru tersebut.

Adegan seperti ini, apakah saat ini potret kebiasaan di sekolah-sekolah di negeri ini? Kalau iya, sejak kapan?

Kalau pun ada kejadian nyata seperti ini, perilaku menyoraki orang yang membuat kesalahan sama sekali tak baik. Adalah lebih bijak jika para produsen sinetron tidak mewajarkannya dalam tayangan mereka.

Tak sadarkah para pembuat sinetron itu kalau adegan seperti itu bisa mendatangkan ide kepada masyarakat kita untuk memperlakukan orang-orang yang dianggap memiliki kekurangan dengan cara yang sama seperti yang mereka pertontonkan? Membuat orang berpikir, “Ooh, ternyata tonggos itu bentuk kekurangan toh.”

Bukan rahasia lagi jika tontonan bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku sebagian orang, apalagi anak-anak kita. Sebaiknya para pembuat sinetron bijak dalam memproduksi sebuah tayangan. Adegan-adegan mengenai reaksi yang seragam seperti mengejek dengan cara menyorak-nyoraki orang yang kekurangan atau yang melakukan kesalahan janganlah dijadikan bentuk kewajaran. Karena semua itu tak sesuai dengan kepribadian orang Indonesia.

Mari buat tayangan yang logis dan sesuai dengan kepribadian bangsa kita!

Makassar, 26 Februari 2013

Silakan juga dibaca:






Share :

27 Komentar di "Adegan-Adegan Tak Elok dalam Sinetron Indonesia"

  1. Replies
    1. Iya mimi ...

      Duh. mau BW dan balas2 komen tapi mati lampu euy ...

      Delete
  2. dari dulu hampir semua sinetron seperti itu...sinetron yang katanya islami cuma sebatas kerudung , kopiah dan assalamualaikumdoank, esensinya nol ....alhamdulillah saya tdk pernah nonton, terakhir nonton sinetron sekitar belasan tahun lalu ...,... . Say no sinetron untuk anak-anak, sinetron apapun....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mereka menonjolkan identitas seperti itu saja *miris*

      Delete
  3. Tontonan indonesia apalagi berbau sinetron, nggak berkualitas dan nggak mendidik. Miris kalau lihat sinetron seperti itu.

    Harusnya yang di perbanyak adalah tontonan yang memberi inspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah kalo penyedia hiburan memikirkan sisi komersil saja

      Delete
  4. entah lah knp sinetron kita tu kek gtu :(

    ReplyDelete
  5. paling tidak mendidik ya acara sinetron, sayangnya ratingnya selalu tinggi. dari sekian banyak acara di saluran tivi, lebih banyak tidak mendidiknya. mending blogwalking, lebih terarah dan bisa dapat banyak ilmu.

    ReplyDelete
  6. Sama, kurang begitu mengenal dunia sinetron.
    Untuk pendapatnya sangat setuju bahkan banget hehe... Tidak seharusnya menggambarkan prilaku "walaupun dalam bentuk seni peran" yg kurang wajar, karena secara tidak langsung memberikan inspirasi yang mengarah pada hal tsb yg sangat jelas bersifat negatif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, tepat seperti itu yang saya maksud. Justru menimbulkan ide baru sebenarnya padahal yang seperti itu tidak lazim dalam masyarakat kita :)

      Delete
  7. bukan hanya sinetron kok, berita, talk show dsb,
    semua ada di tangan penonton kok, pada akhirnya :)

    ReplyDelete
  8. tipi kita memang banyak ngaconya bu
    makanya anak anak aku pisahin dari tipi

    ReplyDelete
  9. Sutradara film sinetron dan juga produsernya ... memang perlu di "kalibrasi" wawasannya ...
    mereka perlu lebih banyak melakukan observasi langsung ke kehidupan nyata ...

    yang saya tau ... di perkampungan sekitar rumah saya ... juga tidak ada anak-anak yang berlarian mengejek seperti itu ...

    kalau berantem rebutan layangan ... nah itu sering saya liat ... Tapi kalau mengolok-olok orang rasanya kok ... saya belum pernah liat.

    salam saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya om Nh, mereka harusnya mengkalibrasi wawasan. Hmm ... apa ini peran penulis skenario ya?

      Nah, berarti olok2 itu tida sesuai dengan kepribadian bangsa kita yaa

      Delete
  10. Makanya saya sangat membatasi anak2 menonton TV, karena hanya memberikan mudharat, bukan manfaat. Seharusnya pemerintah lebih peka lagi akan tayangan2 di TV. Kasihan generasi muda kita nanti :(

    ReplyDelete
  11. mentong... kasian nih disguhin terus tayangan gak bermutu dan gak mendidik dari media

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu mi kalo media hanya memperhitungkan komersialnya saja. Sedikit sekali tayangan yang bermutu

      Delete
  12. Mau nonton dimana yaa

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^