Sumber: http://soudplusdesign.com |
Membaca postingan mbak Erry alias Bibi Titi Teliti, tentang Fathir, membuat saya
tersenyum-senyum sendiri. Polahnya mirip dengan sulung saya – Affiq yang
sekarang berusia 11 tahun.
Fathir suka main air. Sulung
saya pun demikian. Minta ampun saya dibuatnya. Bahkan sampai sekarang pun dia
masih suka main air. Kalau mandi, saya masih harus waspada, jangan sampai dia
kelamaan di kamar mandi.
Di usia-usia balita, ke mana
pun pergi, dia suka sekali masuk kamar mandi. Apalagi kalau bukan buat main
air. Mata saya harus jeli memperhatikannya, jangan sampai ia memencet-mencet
dispenser tuan rumah. Di rumah neneknya, disepenser sampai harus dibalik
menghadap dinding tombolnya dan diusahakan Affiq tak mampu membalik badan dispenser
itu.
Pada usia balita pula, Affiq
senang mandi dalam baskom – tempat mencuci pakaian. Bisa lamaaaa sekali di
berendam kalau tak dipaksa keluar. Itu pun pakai acara bersitegang lagi
dengannya yang enggan meninggalkan tahta baskomnya. Suatu saat Ato’ (kakek)-nya
bercanda, “Kalau mau putih, mandi ko pake Rinso.” Saran sang kakek dengan cepat
dilaksanakannya. Saat melihat ada air bekas bilasan cucian nganggur, langsung
saja ia mencelupkan diri di situ. Untungnya bukan air sabun betulan, hanya bekas bilasan.
Rupanya anak-anak memang sukanya main air. Athifah (6 tahun) pun demikian. Masih semangat ia kalau dibolehkan main air di baskom, berdampingan dengan Afyad (3 tahun). Dan ia bakal protes kalau daerah (baca: baskom) kekuasaannya diinvasi oleh Afyad. Afyad tak pernah puas dengan hanya satu baskom, dia mau menguasai keduanya. Kalau sudah ada baskom berisi air di hadapannya, Afyad yang sehari-harinya tak bisa diam pasti menjadi super anteng.
Dia pasti betah duduk
lama-lama, apalagi bila di dalam baskom bukan hanya tersedia air, melainkan
wadah-wadah berukuran kecil dan sendok sayur, bisa sejam dia di situ. Bisa
lebih malah, kalau mamanya tegaan membiarkannya bersimbah air berlama-lama. Mulanya
dia hanya sibuk memainkan air dengan kedua telapak tangannya. Obok sana, obok
sini. Lalu ia memindah-mindahkan air dari satu wadah ke wadah lain.
Pelan-pelan eksplorasinya
naik ke jenjang berikut: mencoba meminum air yang sudah keruh karena
aktivitasnya itu, atau memasukkan barang-barang lain ke dalamnya, atau menuangi
lantai dengan air dari baskom, atau dirinya sekalian yang masuk berendam di
situ. Air memang sumber kehidupan, apalagi bagi anak-anak!
Sumber gambar: http://clipart.com |
Oya, saya kembali ke Affiq.
Ada eksplorasinya yang aneh. Sejak sebelum usia 6 tahun, ia kami haruskan
shalat. Nah, shalat ini dilakukannya dengan sesuka hati. Bukan hanya kamarnya
yang ia tempati shalat, ia mencoba shalat di ruangan-ruangan lain di dalam
rumah. Bahkan ia mencoba untuk shalat di teras, di atas kursi, dan di atas
meja. Untung saja dia tak pernah mencoba shalat di dalam kamar mandi atau di
dalam baskom berisi air.
Lalu dia juga punya gerakan
eksperimen dalam shalat, yaitu gerakan senam. Dia bisa shalat dengan meniru garakan senam sambil
melompat-lompat sembari sesekali merentangkan tangan ke depan. Namun seiring
waktu, ia pelan-pelan shalat dengan cara yang wajar. Kira-kira setahun lalu
saya pernah mendapatinya shalat dengan amat khusyuk. Ia sujud dengan amat lama.
Saya perhatikan dengan perasaan nyaris terenyuh. “Ah, anakku ... sudah mulai
khusyukkah shalatmu,” saya membatin.
Tetapi eh tetapi, sujudnya
kelamaan. Setelah dicek dan ricek, ternyata dia bukannya khusyuk tapi tertidur!
Haduh, khusyuk masih jauh ya Nak?
Bulan Juni tahun lalu, saya posting tulisan berjudul Menyeterika
Mengenakan Kaus Kaki di Tangan? Itulah Affiq. Itu cerita tentang Affiq yang
lagi semangat-semangatnya menyeterika dengan tangan yang tertutup kaus kaki sebanyak
2 lapis. Saya bertanya, “Kenapa pakai kaus kaki di tanganmu, Nak?” Ia menjawab,
“Panas, Ma.” Aduh Naak, gagang seterika itu paling banter hanya hangat bukannya
panas. Ndak segitunya kali
proteksinya?
Saat ini, saat dia sudah
duduk di kelas 6, apakah eksplorasinya berkurang? Jawabannya adalah : TIDAK. Ada
beberapa hal yang membuat saya geregetan baru-baru ini: Affiq menggembosi ban
sepeda Athifah dengan paku tindis – di roda depan dan roda belakang sekaligus. Ia
juga mengguntingi bagian tepi kartu belajar membaca milik Athifah.
Terakhir yang bikin saya
harus menegurnya dengan teramat sangat keras adalah: ia menulisi nama Athifah
di atas plastik alas meja makan milik omanya! Omanya pasti marah besar bila
mengetahuinya. Tak ada ampun, kali ini hukuman jatuh padanya: larangan
menggunakan laptop selama beberapa hari. Ini adalah hukuman tertinggi baginya
yang komputer mania. Beruntung nilai rapornya semester ini amat
memuaskan (alhamdulillah) sehingga saya punya alasan untuk memujinya setelah hukumannya
berjalan.
Kembali ke kisah Fathir yang
diceritakan mbak Erry – si Bibi Titi Teliti di tulisan yang saya baca , setelah menganalisa alasan apa di
balik keinginan kuat Fathir dalam memainkan dispenser, ia menjalankan tiga
tahapan yang akhirnya berhasil. Ketiga tahapan itu saya kutip sebagai berikut:
Tahap pertama : beliin pistol pistolan air. Yang ternyata merupakan ide yang sangat buruk!! Karena tidak lama kemudian, gorden ruang tamu gue menjadi basah kuyup, sofa gue menjadi lembab dan buntelan baju yang menggunung karena belum disetrika mendadak menjadi bau ‘gak kering’…mission failure!!
Tahap kedua : membiarkan Fathir main air setiap kali habis mandi sampai jari jarinya peot. Cara ini lumayan ampuh dan ketertarikan Fathir kepada AQUA gallon pun mulai sedikit berkurang.
Tahap ketiga : cara ini merupakan cara yang paling jitu!!! Siapkan ember berisi air, isi Rinso secukupnya, kemudian berikan kepada Fathir, sikat gigi bekas dan sepatu Kayla yang sebelumnya telah dipakai outbound yakni….. berlumuran lumpur!!! Sukses besar, Fathir anteeeeeeng banget. Dengan cara ini, Ibu riang, anak senang, nge blog lancar dan sepatu pun bersih!!
Nah, karena kata mbak Erry peserta giveaway ini boleh memberi
kritik membangun maka saya akan mengkritik mbak Erry. Kritik saya adalah:
tahapan-tahapan itu sudah tepat. Anak dan ibu memang butuh solusi menang-menang,
istilah kerennya win-win solution. Saya
pun sering kali memilih cara seperti ini, seperti kisah Afyad dengan baskomnya di atas. Akhirnya pasti sama-sama puas,
senang, dan tenang. Eh, bukan kritik ya. Maaf, itu pujian.
Oya, ada kalanya saya memilih
tegas dan otoriter juga. Misanya dalam menetapkan dan menerapkan
hukuman. Tapi ya itu ... dasar Affiq sukanya bereksplorasi, ia masih suka
main-main dengan hukuman yang diterapkan. Kalau dilarang sentuh laptop, ia
selalu berusaha berada di sisi Athifah atau Afyad yang sedang dapat jatah main.
Ia bertindak sebagai penasihat permainan, jadi sebentar-sebentar tangannya
meraih mouse bak penasihat game profesional! Bila sudah begini,
terpaksa jatah hukumannya ditambah.
Begitu pun kalau ia kedapatan
tak melaksanakan shalat. Sesuai ajaran Islam: pukullah anakmu jika di usia sepuluh tahun belum shalat, maka saya pernah berkata padanya, “Mama akan pukul Kamu kalau kedapatan tak shalat. Biar nanti di
akhirat Mama punya bukti sama Allah kalau Mama suruh kamu shalat!” Saya tak
main-main. Saya pernah memukulnya. Tapi tentu saja dengan pukulan yang wajar
diterima anak. Ini toh untuk melatih ia agar mau dan bisa shalat dengan
konsisten.
Sudah tentu sebelumnya harus dilihat dulu, kenapa dia tidak shalat, apakah sedang sakit atau bagaimana. Kalau sedang sakit kan bisa shalatnya duduk bila tidak kuat berdiri, atau baring kalau tidak sanggup duduk. Kalau lelah, kan bisa istirahat sebentar sebelum shalat. Kalau sambil baring saja tak sanggup, kan bisa dengan hanya isyarat mata. Shalat itu tak sulit koq. Yang tidak bisa ditolerir adalah bila waktu shalat lewat begitu saja sementara ia asyik bermain.
Kritik saya adalah: jangan
terlena oleh pujian ya mbak Erry (ehm ... jujur saja, saya hanya bisa memuji tahapan yang dirimu jalankan terhadap Fathir). Karena, menurut pak Aan Mansyur yang saya
ikuti kelas Menulis
Kreatif-nya: PUJIAN ITU ADALAH UJIAN YANG MENYAMAR DI BALIK HURUF ‘P’.
Bingung? Sama, saya juga. J
Hi hi hi maksa ya ... itu mah tetap bukan kritik, hanya mengutip quote dari seseorang ^__^
Makassar, 25
Desember 2012
Tulisan ini diikutkan Bibi Titi Teliti’s Korean
Giveaway!
Silakan juga disimak:
Share :
semoga menang yak :D
ReplyDeleteemang anak kecil banayk maunya :p
Makasih.
DeleteHihihi .. mudah2an anak2 saya cepat gedenya :D
triknya ampuh untuk ngadalin si kecil
ReplyDeletejempol deh
Ngadalin? --> dari kata dasar "kadal"-kah?
DeleteHehehe bukan "ngadalin" kali, itu trik menghadapi anak2 saja :)
huihihi, ada trik juga ya mbak, untuk mengatur keinginan dari sang anak.. tapi aku kocak banget sama becanda ato', terus si Affiq langsung ngikutin, haha namanya juga anak kecil :)
ReplyDeletesemoga menang mbak:D
Orangtua harus selalu mencari tips dan trik jitu :)
DeleteMakasih ya ...
Wah asik juga baca ini sekaligus bisa buat belajar saya nanti kalo udah nikah dan punya anak.. Ide-idenya cemerlang, anak-anak itu emang selalu bikin geregetan yak... :)
ReplyDeleteHehehe begitulah. Terimakasih bila ada yang bermanfaat dalam tulisan ini :)
Deleteanak seusia Affiq memang paling asyik kalau main air,
ReplyDeleteyang dewasa-pun juga senang main air..terbukti penuhnya waterpark dengan orang-orang dewasa ha ha ha,
sholat sampai tertidur...masya ALLAH :)
..semoga menanng ya GA-nya ...salam :)
Hahaha iya ya, banyak orang dewasanya koq di sana :D
DeleteMakasih pak
Eksplorasi Affiq, menurut saya luar biasa Mbak. Tiap anak memang memiliki keunikannya masing-masing dalam bereksplorasi #sok tau ttg anak, padahal NOL besar soal anak neh.
ReplyDelete#saya suka dengan endingnya " PUJIAN ITU ADALAH UJIAN YANG MENYAMAR DI BALIK HURUF 'P' "
Memang seperti itu koq mbak Rie *sudah siap nih*
Delete:)
ekplorasi yang bagus
ReplyDeletekunjungan malam mas,
salam kenal
komentarin link
http://retakankata.com/fbsi/#jp-carousel-3668
berdasarkan blog catatan.saadillah.com
ya sob
Makasih ya. Maaf saya bukan mas-mas. Itu ada di sebelah kanan "tentang saya"
Deletehahaa...yang sujud jadi tidur itu koq bisa yah? APa nggak jatuh tuh?
ReplyDeleteTidak tuh. Belum sempat jatuh maksudnya :)
Deletewahh ini kontes iia..?!?!? sukses kalau begitu mbak buat kontesnya :)
ReplyDeleteTerimakasih :)
Deleteanak-anak kreatif ya mbak selalu bereksplorasi
ReplyDeleteIya mbak
Deletesp kelas 6 pun eksplorasinya masih berlanjut ya mbak :)
ReplyDeleteIya mbak :) Rame tiap hari di rumah
Deletewah, pada suka air ya..., masa kecil saya juga begitu kata ibuk.
ReplyDelete~~ dapat pelajaran penting saya soal Pujian itu, hmmm.... makasih banyak ya, Mbak.
Anak2 memang suka air ya :)
Deletesaya juga seneng main air, makanya kalo mandi lamaaa banget :P, terus kalo lagi berendem gitu (waktu masih kecil siih) suka eksperimen buang angin kan lucu tuh mba pas keluar gelembung2 airnya :D... tingkah mereka pas diceritain itu jadi lucu ya mba, waktu kejadian sih memang agak menyebalkan hehe
ReplyDeletesukses GA nyaa :)
Ahahaha .. betul-betul, ituu eksperimen yang mengasyikkann. Betul2, saat kejadian menyebalkan, kalo diceritakan kembali sudah lucu :D
DeleteMakasiiih :)
Wahahahah... wew.. anak2 memang menakjubkan.. semacam adu kepintaran gitu antara orang tua dan anak... kalo ga salah satu bisa stres deh.. :D
ReplyDeleteNice sharing. eh ini GA ya? smoga menang ^^
Adu kepintaran? Wah .. benar .. benar :D
DeleteQuotenya amat mencengangkan dan menggugah ya Pak. Saya pun suka dengan quote itu
ReplyDelete