Kartini Pendidikan dari Babul Jannah


Murid-murid Kelompok Bermain sedang belajar meronce


Seorang ‘Kartini’ hebat di lingkungan saya yang akan saya ceritakan ini sudah berpulang setahun yang lalu namun semangatnya masih menjejak kuat dalam benak saya. Namanya ibu Najmiah – istri dari pak Haryadi Tuwo. Sepasang suami istri ini merupakan penggerak pendidikan non formal di lingkungan kami. Mereka mendirikan dan mengelola yayasan Babul Jannah yang membidangi: TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) untuk anak-anak, IQRANSA (program belajar mengaji untuk orang dewasa), kelompok majelis taklim ibu-ibu, dan Kelompok Bermain (kisah lengkapnya bisa dibaca di: SEKOLAH AHAD, POTRET DEDIKASI GURU BERJIWA “LILLAHI TA’ALA”).

Setahun yang lalu secara tiba-tiba Allah memanggilnya. Guru agama Islam di SMP Nahdiyat ini dilayati banyak orang hingga takziyahnya. Saya yang sebenarnya tak mengenalnya dengan sangat akrab ikut menitikkan air mata kala melihat jenazahnya (tulisan lengkapnya bisa dibaca di:  Perginya Satu Bintang di "Babul Jannah").

Kira-kira dua bulan sebelum kepergiannya, ibu Najmiah dan pak Haryadi memulai program pendidikan Kelompok Bermain mereka. Modalnya adalah uang pribadi mereka beserta keikhlasan untuk memperbaiki mutu pendidikan anak-anak di lingkungan kami.


Yang berdiri membelakang itu almarhumah ibu Najmiah. Saya mengambil
foto ini saat ia dan suaminya sedang sama-sama mengajar
Kelompok Bermain Babul Jannah
Buku-buku taman bacaan Babul Jannah
Saya sempat beberapa kali diajak berbincang olehnya mengenai apa yang akan dilakukannya. Misalnya saja saat mempertimbangkan hendak membeli krayon atau pinsil warna untuk anak-anak mungil itu, ia bertanya kepada saya, “Yang mana yang bagus untuk mereka, krayon atau pinsil warna?”

Saya menjawab, “Krayon saja, Bu. Karena anak-anak ini motorik tangannya belum mahir. Lebih mudah bagi mereka menggunakan krayon yang ukurannya besar dibandingkan pinsil warna.” Maka tak lama kemudian, krayon sudah tersedia bagi para balita muridnya.

Di kesempatan lain, kami berbincang mengenai rencananya untuk membelikan DVD player bagi murid-murid mungilnya. Ia baru saja menerima gaji yang akan disisihkannya untuk itu. Bagi kami, berbincang seperti itu hal yang biasa karena saya beberapa kali membawakan sumbangan dari para dermawan bagi sekolah gratis itu sehingga apa yang dilakukannya dengan dana yang ada meski itu minim sering diceritakannya kepada saya.

Waktu itu dermawan yang sering membantu belum memberikan sumbangannya. Namun ibu Najmiah tak berkeberatan menggunakan gajinya meski sebenarnya ia dan suaminya bukanlah orang yang berkelebihan.

Alhamdulillah, tak lama kemudian dermawan itu memberikan sumbangannya yang jumlahnya sangat memadai untuk dibelikan DVD player. Betapa sukacitanya ibu Najmiah saat menunjukkan saya barang elektronik yang baru dibelinya dan sangat memikat anak-anak kecil itu. Hingga sekarang DVD player itu diputar nyaris setiap hari, menggembirakan anak-anak murid Kelompok Bermain Babul Jannah.

Masih tetera nama ibu Najmiah di papan itu (nomor 2)
Dana yang minim tidak menyurutkan langkah ibu Najmiah dan suaminya.
Alat peraga ini dibuat sendiri oleh pak Haryadi
Saya suka sekali melihat kekompakan ibu Najmiah dan suaminya dalam mengajar anak-anak. Chemistry dari jalinan hati keduanya seolah bisa saya rasakan. Bahkan saat mereka sedang berbincang hangat, mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan dalam mengoptimalkan yayasan Babul Jannah pun sangat menarik bagi saya. Saya sampai-sampai suka mencuri pandang ke arah mereka, menikmati keharmonisan mereka.

Saat mendengar pengumuman dukacita dari bibir pak Haryadi melalui pengeras suara masjid pada suatu subuh, hati saya seolah beresonansi - ikut tergetar demi mendengar suara pak Haryadi yang tercekat dan bergetar.

Kini, pak Haryadi berjuang tanpa soul mate-nya. Saya yakin di alam sana, ibu Najmiah tersenyum bahagia karena suaminya masih meneruskan denyut nadi yayasan Babul Jannah. Bahkan sekarang Kelompok Bermain sudah bisa mengeluarkan ijazah yang diakui Depdikbud seperti yang mereka impikan dulu.

Taman bacaan pun sudah diadakan oleh pak Haryadi, untuk menampung anak-anak sekitar yang berminat membaca. Minggu lalu, pak Haryadi membentuk KANCIL (Kelompok Anak Cinta Lingkungan) yang beranggotakan anak-anak usia SD (termasuk Affiq, sulung saya) di lingkungan kami guna menumbuhkan dan mengembangkan cinta lingkungan kepada anak-anak.  (Saya pribadi menyukai ide ini karena warga di lingkungan kami ceroboh masalah sampah. Got di sekitar rumah kami dipenuhi oleh sampah mereka).

Menuliskan ini masih menerbitkan rasa haru di relung hati saya. Wajah, senyum, dan postur tubuh ibu Najmiah masih terkenang oleh saya. Semangatnya dalam semangat pak Haryadi hingga hari ini masih terasa pula oleh saya dalam segala kegiatan yang diadakan oleh yayasan Babul Jannah (seperti yang saya tulis dalam Kejutan Membahagiakan di Peringatan Maulid Nabi,  Ujian Kelulusan Santri TPA, dan Gerak Jalan Semarak Muharram). Mereka benar-benar soul mate sejati yang senantiasa saling mendukung dan bahu-membahu untuk memperbaiki lingkungan kami. Kini pak Haryadi berjuang tanpa soul mate-nya karena Kartininya – Kartini kami juga sudah dipanggil oleh-Nya Sang Pemilik Hidup.

Allah yang Mahapengasih tentu sudah menyiapkan hadiah untuk Kartini kami di alam sana. Hadiah dari segala jerih-payahnya di dunia ini. Barakallah Ibu. Ingin sekali saya menitip salam hormat dan do’a untukmu. Biarlah tulisan ini yang membawanya kepadamu, tulisan yang saya tulis dari lubuk hati saya yang paling dalam.

Makassar, 5 Mei 2012

Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway dalam rangka hari Kartini di blog mbak Anny (bagian dari GA yang diselenggarakan oleh 21 blogger)


Silakan disimak juga:



Share :

28 Komentar di "Kartini Pendidikan dari Babul Jannah"

  1. smg Allah membalas budi baik Ibu najmiah beserta keluarga.., Aamiin..

    hmmm.., jd kangen sama santri2 sy yg dlu.., skrg udah pd besar2 malah ada bbrp yg sdh kuliah... *smile

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma Aamiin.
      Dulu nyantri di mana? :)

      Delete
    2. sy bukan nyantri.., justru sy adalah gurux hehe..., sy sama kawan2 dr UNM pernah buka TK/TPA di rumah muridx lumayan bnyk lbh dr 100..., proposal dana ke Depag pun Alhamdulillah berhasil.., cuma cz semua mahasiswa sdh pd lulus jd TPAx bubar.., Alhamdulillah semuax sdh pd tahu ngaji.... *smile

      Delete
    3. Oooh subhanallah ... sayang ya tak lanjut ...

      Delete
  2. Subhanallah...
    sungguh terharu aku membaca kisah ini

    sesungguhnya ada tiga amalan yang tidak akan terputus.
    - Amal Jariyah: ibu Najmiah sudah mendarma baktikan pikiran, tenaga dan materinya untuk beramal di jalan Allah
    - Ilmu yang bermanfaat : ibu Najmiah dan Pak Haryadi telah membagikan ilmunya yang dimiliki untuk mendidik anak2 agar mengerti tentang agama dan jalan yg diridhoi-Nya
    - Anak yang shalih: ibu Najmiah dan Pak Haryadi telah membantu mendidik anak2 menjadi anak yang shalih, dan Mendidik anak2 agar senantiasa berbuat kebaikan dan beriman kepada-Nya
    Semoga Allah merahmati beliau berdua... amin.

    maaf ya bunda lama tidak silahturahmi disini, semoga bunda dan keluarga sehat2 selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin ya Allah. Membaca kembali tulisan ini pun membuat saya terharu lagi, ayahnya Devon. Bagi saya, keduanya merupakan bintang. Kini satu bintang itu tak ada. Insya Allah ketiganya ia peroleh di alam sana.

      Wah, tidak perlu minta maaf. Saya pun lama tak ke blog ayah Devon, lagi sulit OL. Btw, terimakasih atas kunjungannya :)

      Delete
  3. subhanallah say terharu membaca postingan ttg bu najmiah ini, insyaallah Allah tenpatkan beliau di syurga nya

    ReplyDelete
  4. terharu bu...
    sukses GAnya... kaya'nya bakal menang neh :D

    ReplyDelete
  5. kisah yang menginspirasi. thank you for sharing :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. You're welcome mbak. Terimakasih sudah membaca :)

      Delete
  6. Semoga pahalanya ibu Najmiah dan pak Haryadi Tuwo masih mengalir sampai sekarang ya mbak :)

    ReplyDelete
  7. Sukses buat kartini-kartini kita, sukses juga buat GA-nya ya Bu'! ;-)

    ReplyDelete
  8. wah, salut buat ibu Najmiah dan keluarganya, semoga kita bisa mengikuti contoh beliau :D
    sukses ya GA nya :D

    ReplyDelete
  9. higs. innalillahii... semoga ibu Najmiah dibalas dengan surga oleh Allah. aamiin..

    ReplyDelete
  10. Semoga beliau ditempatkan di tempat terbaik di sisiNya ya mbak dan apa yang beliau telah lakukan bisa menginspirasi kita.

    ReplyDelete
  11. Babul Jannah artinya apa, Bunda? :)
    nice articel :) :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu nama yayasan yang didirikan bapak Haryadi dan istrinya, mbak :)
      Terimakasih :)

      Delete
  12. semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang indah di sisi Nya ya mbak

    ReplyDelete
  13. Subhanallah, semoga Allah memberikan tempat terbaik buat beliau...
    Sosok yang menginspirasi dan patut diteladani ya, bahagianya bisa mengenal beliau :-) aku bayangkan, bila sosok seperti beliau tersebar banyak dilingkungan kita, alangkah indahnya:-)

    Oya kalau boleh tahu beliau sakit apa sebelum meninggal?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mampir mbak. Maaf belum mampir ke blognya. Saya sedang sangat terbatas :)

      Ibu Najmiah, waktu itu tiba2 saja sesak napas. Alamarhumah pengidap asma tetapi saat itu sebelumnya baik2 saja. Sesak yang dirasakannya tiba2 saja, ia meminta dibawa ke rumah sakit dan akhiranya malaikat maut menjemputnya sebelum tiba di rumah sakit. Sangat cepat prosesnya mbak.

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^