“Gizi” dalam Sayonara ... Razo San

Adalah sebuah penghargaan bagi saya mendapatkan pesan permintaan resensi dari mbak Anny, penulis buku ini yang sudah menghadiahi saya bukunya di ajang giveaway Kartinian beberapa waktu yang lalu.


Namun ini sekaligus merupakan beban tersendiri bagi saya karena menurut pemahaman saya – yang saya dapatkan dari pembelajaran saya selama ini, meresensi bukan hanya berisi sedikit ulasan tentang buku yang dimaksud tetapi juga memaparkan kelebihan sekaligus kekurangannya. Dalam meresensi, saya berusaha untuk obyektif walau sebenarnya tetap saja subyektif. Tetapi saya akan berusaha menuliskannya dengan pikiran dan hati yang jernih.

Mbak Anny, terimakasih sekali lagi atas hadiah buku ini dan kesempatan resensi yang diberikan. Namun demikian, sebelumnya saya mohon maaf jika ada di antara tulisan ini yang tak berkenan bagi mbak Anny. Saya tak bermaksud jelek, sama sekali tidak. Hanya berusaha menyampaikan sesuatu yang mudah-mudahan bisa menjadi kontribusi agar ke depannya buku-buku mbak Anny semakin apik J


Judul buku        : Sayonara ... Razo San: Kumpulan Cerita dan Prosa
Penulis             : Anny (Mbak Ani Berta)
Tebal buku        : 102 halaman
Penerbit            : Sekar Publishing

Buku bersampul manis dengan bubuhan bunga sakura dalam warna biru nan menawan ini berisi 24 judul, berupa 10 puisi dan 14 cerita pendek karya mbak Anny.

Menariknya, tak ada kesamaan “warna” dalam semua cerpen itu meski ada beberapa yang sama-sama menceritakan tentang cinta antara sepasang insan. Mbak Anny mampu mengemas cerita-cerita  cinta itu dengan cara berbeda. Ada cinta yang ragu-malu (antara ragu-ragu dan malu-malu) tapi mau seperti di cerpen Janji Itu Telah Kau Tepati, ada cerita cinta yang mau tapi takut-takut seperti di cerpen Tak Ingin Memiliki. Atau cerita cinta segitiga yang berakhir pada sebuah keputusan pada cerpen berjudul Hidupmu di Hidupku. Persamaannya adalah, tokoh-tokoh di dalamnya digambarkan dalam usia dewasa, bukan remaja.

Mbak Anny piawai membungkus idealisme nasionalisme yang rendah hati dalam bentuk cerpen seperti pada cerpen berjudul Sayonara ... Razo San dan Pria Oriental. Juga membalut filosofi hidup dalam bentuk cerpen seperti dalam cerpen-cerpen: Senja di Bumi Raflesia, Kantin, dan Mak Isna dan Anak Lelakinya.

Tiga cerpen terakhir di atas adalah favorit saya. Senja di Bumi Raflesia bercerita mengenai pergulatan batin seorang ibu antara karir dan mempertahankan filosofi “keibuan”-nya. Kantin, berkisah mengenai pergulatan batin sarjana pencari kerja antara “menjadi pegawai” dan berwiraswasta. Sementara Mak Isna dan Anak Lelakinya bertutur mengenai perjalanan hidup seorang ibu bersama anaknya yang pemulung hingga menjadi sukses dan menggambarkan kebijakan yang luar biasa dari seorang ibu yang sederhana. Kebijakan yang menurut saya tidak dimiliki oleh semua perempuan berpredikat “ibu”.

Ketiga cerpen itu disajikan dengan sangat matang. Saya kira mbak Anny menuangkan renungannya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di dalamnya. Sunggu cerpen yang sangat “bergizi”.

Namun ada hal yang membuat saya bingung yaitu pemakaian judul “Kumpulan Cerita dan Prosa”. Awalnya saya mengira akan mendapatkan esai-esai singkat di dalam buku ini, merujuk pada kata “Prosa” di atas. Namun rupanya yang ada adalah 10 buah puisi. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prosa adalah: Karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat di puisi).

Ataukah itu yang dimaksud dengan “Prosa Berirama”? Prosa berirama adalah: karya sastra yang ditulis dalam ragam prosa , tetapi dicirikan oleh unsur-unsur puisi (irama yang teratur, majas, rima, asonansi[i], disonansi[ii], dan citra); prosa puitik; prosa lirik[iii].  Entahlah, saya bukan orang yang ahli sastra. Saya hanya menyampaikan secuil pengetahuan saya berdasarkan sumber yang saya temukan.

Sementara dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 5 SD, disebutkan bahwa unsur-unsur puisi ada 4, yaitu:
  • Tema, yaitu pokok persoalan yang diungkapkan oleh penyair. Tema ini tersirat dalam keseluruhan isi puisi.
  • Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terkandung di dalam puisi.
  • Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada berkaitan erat dengan tema dan rasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap merayu, mengadu, mengkritik, dan sebagainya.
  • Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi itu.

Sepertinya ketiga unsur tema, rasa, dan amanat ada di dalam “puisi” mbak Anny. Mengenai nada, nantilah kita lihat dari sepenggal contoh puisi yang akan saya tuliskan di sini.

Dari segi bentuk, puisi terbagi atas 2 macam, yaitu:
  • Puisi yang terkait aturan-aturan bait dan baris. Antara lain: pantun, syair, dan soneta. Dikenal juga puisi yang berbentuk distikon, terzina, kuatren, kuint, sektet, septima, dan oktaf.
  • Puisi bebas, yaitu puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan bait, baris, maupun rima. Contoh: puisi karangan Khairil Anwar, Taufik Ismail, dan W.S. Rendra.[iv]

Jadi, yang di dalam buku ini bisa digolongkan sebagai puisi bebas.

Berikut dua penggal tulisan mbak Anny yang saya sebut puisi (puisinya sebenarnya lebih panjang ya, hanya saya tampilkan masing-masing dua bait saja):

Bukan Prasasti

Pernah tercipta istana indah di sana
Berisi pernak-pernik dan dayang-dayang
Di tengah geliat rutinitas istana
Berjalan berbagai titah dan aturan

Sang permaisuri ingin menghangatkan istana
Dan percantik taman depan dan belakang
Namun sang raja masih belum puas
Dari hasil keindahan yang dibuat sang permaisuri

Daun Talas

Ingin di saat tertentu jiwa ini tak berjejak
Ketika kemarin bertandang pada ruang penuh debu

Di mana ruang itu digelayuti segala tuntutan
Tuntutan segala idealisme berbau feodal
Ingin pula rasanya jiwakuvmengalir saja tanpa beban


Namun sekali lagi, ini menurut saya yang bisa jadi sangat subyektif. Dan hal ini tidaklah mengurangi kekuatan buku ini, bahwa isinya sarat dengan gizi karena bersumber dari perenungan dan pemikiran yang dalam dan bijak dari penulisnya.

Bagi Anda yang tertarik dengan buku mbak Anny, atau pingin kenal lebih dekat dengannya. Silakan dikunjungi blognya di http://anny.blogdetik.com.

Makassar, 31 Mei 2012

Silakan dibaca juga:








[i] Asonansi: pengulangan bunyi vokal dalam deretan kata (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
[ii] Disonansi: kombinasi bunyi yang dianggap kurang enak didengat (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
[iii] Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
[iv] Umri Nur’aini dan Indriyani, “Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas V”, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008.


Share :

16 Komentar di "“Gizi” dalam Sayonara ... Razo San"

  1. isinya kumpulan puisi dan cerpen ya mbak....saat membaca judulnya saya pikir itu cerita dari negeri sakura mbak....hehe...

    ReplyDelete
  2. Perlu belajar banyak neh pada mbak niar agar bisa menulis resensi yg lebih comprehensive... kereeeeeen Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih ... resensi biasa saja ini mbak Ririe :)

      Delete
  3. Apakah bedanya prosa dan puisi?! Dengan singkat bisa dikatakan
    bahwa prosa adalah pengucapan dengan pikiran dan puisi ialah
    pengucapan dengan perasaan. Bahasa ilmu pengetahuan ialah
    prosa. Di situlah pikiran dikemukakan dan pikiran yang menerima.
    Orang yang mengajarkan matematik misalnya tidak akan
    mengemukakan perasaannya; contoh: 1 + 1 = 2. Orang harus menerimanya saja tanpa merasakan keharuan.
    Apakah prosa yang bersifat kesusasteraan?! Prosa baru bersifat
    kesusasteraan apabila memenuhi syarat kesenyawaan yang
    harmonis antara bentuk dan isi. Prosa biasa adalah laksana angka-
    angka yang berisi pengertian yang tetap, prosa kesusasteraan
    laksana manusia hidup, kesatuan tubuh dan jiwa, pikiran dan perasaan yang mengungkapkan yang serba mungkin. Perasaan itu
    lebih-lebih terkandung dalam puisi, tapi puisi yang baikpun tidak
    hanya sekedar perasaan belaka juga mengandung pemikiran dan
    tanggapan.

    Kompasiana.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. wOW .. terimakasih Cici, lengkap sekali :)

      Kalo puisi selalu pakai perasaan ya, prosa tidak selalu ..

      Delete
  4. sebuah sinopsis yang jujur dengan kata hati..salut :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Komen pak Hariyanto bikin saya tersipu malu :)

      Delete
  5. Bagus resensinya mbak, saya yang baca jdi ingin beli hehhee...

    ReplyDelete
  6. tidak terlalu tebal tapi isinya 'padat' ya :)

    ReplyDelete
  7. mungkin ada baiknya jika diberikan informasi bagaimana cara mendapatkan bukunya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo pesan, bisa langsung ke penulisnya :) Soalnya buku ini POD (print on demand), jadi bagus juga kalo ke penulisnya, biar penulisnya bisa dapat juga keuntungan :) biar nanti penulisnya yang menghubungi penerbit. Atau biar nnti penulisnya yang mengarahkan :)

      Delete
  8. sstt....mbak harganya berapa ?
    *sambil bisik2*

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^