Lelaki Itu Juga Manusia, Tetapi Ia Hebat!

Lelaki itu dulu harus saya pelajari profilnya di sekolah. Dulu beliau sosok yang begitu heroik, yang seakan terlepas dari kemanusiawian. Namun seiring pencarian saya tentang Islam, perlahan saya menemukan cahaya benderang dari pribadinya yang memancarkan sifat dan perilaku yang demikian memukau. Hingga saya pun bisa menitikkan air mata rindu saat mendengar sebuah nasyid tentangnya. “Ya Rasulullah, ya habiballah, Kami rindu padamu,” penggalan nasyid itu.

Allah, pantas beliau Engkau muliakan. Bukan karena beliau telah Engkau tetapkan mulia lantas beliau layak menjabat menjadi rasul penutup. Tetapi memang pribadinya mulia. Dahulu saya hanya menganggap beliau pantas dimuliakan karena beliau sosok beruntung yang sudah Engkau muliakan. Namun ketika tahu bahwa beliau mencela sikap seseorang yang menarik kasar seorang bayi mungil yang mengincingi jubahnya, saya terpana. Terpana, karena beliau pun menghargai perasaan seorang bayi yang bisa saja terluka karena direnggut dan dibentak dengan kasar. Beliau ternyata seseorang yang berhati lembut!

Sumber:
http://calligraphywallpaper.com
Juga ketika mengetahui riwayat dirinya yang selalu memberi makan seorang nenek Yahudi buta yang selalu mencela dirinya dan Islam secara kasar tetapi beliau tetap diam, tidak lantas membentak atau menyuapinya dengan kasar, saya juga terpana. Adakah orang yang dihina diri dan agamanya masih sanggup berlaku lemah-lembut kepada orang yang menghinanya bahkan masih rela setiap waktu menyuapinya hingga ajal menjemputnya? Setiap kali menyuapinya pula?

Nenek itu pun akhirnya terkejut setelah tahu siapa yang selama ini dihinanya ketika beliau meninggal dan ganti seorang sahabat yang menyuapi nenek itu. Suapan sang sahabat tidak seperti suapan orang yang dahulu menyuapinya. Ia tahu itu meski dirinya buta.

Juga saat mengetahui bahwa beliau adalah seorang pendengar yang baik. Beliau mendengarkan seseorang berbicara dengan tidak menyelanya sampai orang itu berhenti berbicara. Bahkan ketika seseorang berulang kali menceritakan dengan antusias mengenai cucunya – yang bagi sebagian orang itu hanya pembicaraan sepele, beliau mendengarkannya dengan seksama, dengan sepenuh hati.

Bukan hanya itu. Beliau pun senantiasa membantu pekerjaan rumah tangga. Dan jika ada bagian yang sobek di pakaiannya, beliau tak sungkan menjahitnya sendiri padahal ia bisa saja memerintah istrinya untuk melakukannya.

Dalam sebuah buku dituliskan:
Nabi Muhammad saw. (571 – 633) sendiri sebagai pembawa ajaran Islam merupakan sosok yang memiliki akhlak yang sangat terpuji. Beliau adalah orang yang lemah lembut, murah hati, mampu menguasai diri, suka memaafkan saat memegang kekuasaan, dan sabar saat ditekan. Tentang kemurahhatian beliau, digambarkan oleh para sahabatnya bahwa beliau adalah orang yang memberikan apapun, tidak pernah menolak permintaan seseorang, dan tidak takut menjadi miskin.Beliau memiliki keberanian, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur. Beliau sangat berani, terus maju pantang mundur di medan perang. Bahkan para sahabat berlindung di belakang beliau kala musuh sudah sangat dekat.
Beliau adalah orang yang sangat adil, sangat mampu menahan diri, sangat jujur perkataannya, dan sangat besar amanahnya. Orang yang mendebat dan bahkan musuh beliau mengakui hal ini. Jauh sebelum masa kenabian, beliau dijuluki “Al – Amin” (orang yang terpercaya). Sebelum Islam dan pada masa jahiliyah beliau ditunjuk sebagai pengadil (hakim). Abu Jahal (orang kafir Quraisy) bahkan pernah berkata, “Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi mendustakan apa yang Engkau bawa.” Ini menunjukkan betapa terpercayanya beliau sehingga walaupun orang kafir Quraisy mengingkari ajaran Islam yang beliau bawa, mereka tidak mengingkari akhlak terpuji beliau. 
Nabi Muhammad saw. adalah orang yang sangat tawadhu’ (merendahkan diri) dan jauh dari sifat sombong. Beliau tidak menginginkan orang-orang berdiri saat menyambut kedatangannya seperti yang penyambutan terhadap para raja. Beliau biasa menjenguk orang sakit, duduk-duduk bersama orang miskin dan menghadiri jenazah mereka, memenuhi undangan para budak, duduk di tengah para sahabat, sama seperti keadaan mereka. Aisyah – istri beliau berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya sendiri, menjahit bajunya, melaksanakan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan salah seorang kalian di dalam rumahnya.
Beliau mencuci pakaiannya, memerah air susu dombanya, dan membereskan urusannya sendiri.” Beliau adalah orang yang sangat memenuhi janji, menyambung tali persaudaraan, sangat menyayangi dan bersifat lemah lembut terhadap orang lain, sangat bagus pergaulannya, sangat lurus akhlaknya, tidak pernah berbuat (dan menganjurkan) kekejian, bukan termasuk orang yang suka mengumpat dan mengutuk, tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa (keburukan dimaafkannya dan ditanggapinya dengan lapang dada), tidak membiarkan seseorang berjalan di belakangnya, tidak mengungguli budaknya dan pembantunya dalam masalah makan dan pakaian, tidak pernah membentak pembantunya, dan tidak menegur perbuatan pembantunya yang tidak beres[1].

Sebuah hadits menerangkan:
Dari Anas ra., ia berkata: “Saya belum pernah memegang sutera, baik tebal maupun tipis, yang lebih halus dari tangan Rasulullah saw., dan saya belum pernah mencium bau seharum bau Rasulullah saw. Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah saw. selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah mengatakan “Hus” kepada saya, atau menegur saya dengan ucapan “Kenapa kamu berbuat seperti itu” terhadap apa yang saya kerjakan, dan beliau juga tidak pernah menegur dengan ucapan “kenapa kamu tidak berbuat demikian” terhadap apa yang tidak saya kerjakan.” (HR. Bukhari dan Muslim)[2].

Sumber:
http://ustadchandra.wordpress.com/
Memberi salam (ucapan assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabaraakaatuh, artinya: kesejahteraan, rahmat, dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepadamu) kepada sesama muslim adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam (QS. An-Nur:27, An-Nur-61, dan an-Nisa: 86). Beliau betul-betul mencontohkan hal ini. Bukan kepada orang dewasa saja, bahkan bila bertemu anak-anak beliau mengucapkan salam untuk mereka terlebih dulu![3]

Sungguh, tak banyak laki-laki dewasa yang begitu peduli kepada anak-anak! Di zaman sekarang, di masjid sekali pun, anak-anak seringkali ‘diusir’, disuruh menempati shaf paling belakang meskipun mereka tak bikin gaduh, meskipun mereka datang ke masjid bersama orangtua mereka!

Ketika orang Quraisy meminta kepada beliau untuk berdo’a kepada Allah supaya bukit Shofa dijadikan emas agar mereka percaya dan beriman, beliau pun berdo’a. Namun Allah memberi pilihan: jikalau ada yang menjadi kafir sesudah mereka beriman maka Allah akan menyiksanya dengan siksa yang teramat pedih yang tak pernah diberikan kepada siapapun atau membukakan kepada mereka pintu taubat dan rahmat, maka beliau memilih meminta untuk dibukakan pintu taubat dan rahmat.

Padahal lebih mudah baginya menggoyahkan iman seseorang dengan emas itu, namun beliau tak melakukannya karena kasih sayang dalam hatinya. Pintu taubat dan rahmat tak bisa dibandingkan dengan gunung emas. Gunung emas tidak bisa menjadi bekal kebahagiaan akhirat, tetapi pintu taubat dan rahmat bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk menuju kebahagiaan akhirat[4].

Oh Allah, lelaki ini memang pantas untuk dicintai oleh siapa pun!
Air mata rindu untuknya pantas dititikkan!
Ingin rasanya bertemu dengannya walau dalam mimpi. Namun sepertinya diri ini masih bergelimang dosa atau masih sangat kurang bershalawat kepadanya sehingga Engkau belum mengizinkannya. Atau mungkin Engkau menganggap saya belum mengenalnya dengan baik atau belum cukup rindu?

Makassar, 7 Februari 2012



[1] Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, “Sirah Nabawiyah”, Pustaka Al-Kautsar, 2000.
[2] Imam Nawawi, “Terjemah Riyadhus Shalihin”, Pustaka Amani, 1996.
[3] Imam Nawawi, “Terjemah Riyadhus Shalihin”, Pustaka Amani, 1996.
[4] Al-Imam Abi Al-Hasan Nuruddin dan Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy, “Tarjamah Pilihan Hadits Qudsi yang Shahih dan Penjelasannya”, Gema Risalah Press, 2000.


Share :

13 Komentar di "Lelaki Itu Juga Manusia, Tetapi Ia Hebat!"

  1. MasyaAllah. . .
    segala puji dan syukur kita panjatkan untuk junjungan kita Rasulullah saw yang telah membawa umatnya keluar dari jaman kejahiliyahan. . .

    benar2 suri tauladan yang baik beliau. . .

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. ^__^ ... siapa lagi yang menghargai beliau kalau bukan kita ya ...

      Delete
  3. bukan laki2 hebat namax klo tdk mencontohi Rasulullah Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam *bukan SAW :D

    ReplyDelete
  4. umi. . .itu bunga euphorbia bukan. . .
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak tahu apa namanya Kaito Kidd, ada di pekarangan :)

      Delete
    2. itu batangnya ada durinya kan umi??
      jenis tumbuhan yang bisa dikembangbiakkan melalui stek batang umi. . .ada beberapa warna bunganya. . .pink, merah, kuning, putih, ada juga bercorak

      ephorbia

      Delete
    3. Iya betul, ada durinya ... :)
      Cantik juga kalau difoto ... ^__^

      Delete
  5. jadi teringat lirik lagunya Bimbo yg selalu sukses bikin nge-blue ^_~

    Rindu kami padamu ya rasul
    Rindu tiada terpera
    Berabad jarak darimu ya rasul
    Serasa dikau di sini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya suarga
      Inginku dapat membalas cintamu walau bersahaja ...
      #aduh pingin melanjutkan tapi ragu, cocok tidak yah#

      Delete
    2. Eh bukannya :
      Dapatkah kami membalasnya cintamu, secara bersahaja

      Eh tapi ga yakin juga sih.
      Kalo ke dept. Store kalo mau lebaran pasti lagu2 bimbo gini yang diputer, syahdu gitu ya mak

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^