My Great Old Man

Pengerjaan gorong-gorong di depan rumah
Beberapa hari yang lalu, ayah saya masuk rumah dengan menenteng sirup yang baru dibelinya di warung dekat rumah. Karena sepengetahuan saya ada sirup di lemari, saya berkata kepada beliau, “Ada ji sirup di dalam, Pak.” Ibu saya yang menanyakan mengapa ayah membeli sirup, dijawab oleh ayah, “Ada orang yang sedang mengerjakan gorong-gorong di luar. Sirup ini untuk mereka.”
Oooh, di depan rumah ada pengerjaan gorong-gorong. Ini rupanya solusi bagi sistem drainase yang amburadul di sekitar rumah kami bertahun-tahun belakangan ini. Solusi yang dikerjakan pas di musim penghujan. Bukan main.
Ayah memang seperti itu. Kalau ada tamu sementara kami tak punya penganan kecil, dengan sukarela, tanpa ba bi bu ia bergegas keluar rumah membeli sebungkus biskuit di warung tetangga. Begitu pun saat ini. Ia tak merasa perlu menyuruh saya apalagi ibu untuk pergi membelinya. Malah ibu yang sering memintanya membeli apa-apa di warung.

Tampak seseorang sedang menyekop
Benar-benar family man kan ?
Saya mengikuti ayah ke ruang makan. Ia mencari wadah untuk ditempati minuman sirup dingin itu. Saya mengambilkannya di lemari.
“Ada yang lebih besar, tidak?” tanya ayah.
Saya mencari lagi. Aha ketemu. Di dalam lemari ada termos berwarna merah, tempat air milik saya yang belum pernah terpakai. Pemberian kantor suami saya dulu, di sebuah acara. Saya mengeluarkan termos itu dan mencucinya. Ayah kemudian menuangkan air minum di dalam termos itu beserta es batu. Karena sedang bersiap-siap hendak keluar, saya meninggalkan ayah meramu air dan sirup.
Beliau benar-benar family man bukan? Beliau mengerjakan semuanya sendiri, tanpa satu kalimat perintah pun keluar dari bibirnya!
Butuh 4 hari mengerjakannya
Setelah saya rapi berpakaian, saya mengambil baki dan meletakkan gelas-gelas yang sudah disiapkan ayah di atas baki itu. Saya berinisiatif membawakan baki itu keluar. Ayah sebenarnya sudah hendak melakukannya seorang diri: membawa baki beserta tiga gelas kosong di atasnya sekalian dengan termos berisi penuh minuman sirup dingin. Lagi-lagi tanpa mengeluarkan satu pun kalimat perintah. Saya dan ayah beriringan membawa semuanya ke jalan depan rumah.
Sore harinya, ketiga gelas beserta termos merah itu sudah terparkir dengan bersih dan rapi di atas rak cuci piring. Ayah sudah mengambilnya sendiri dan juga mencucinya sendiri!
Wow ... my dad is a real family man. Saya yakin, siapa pun akan setuju dengan saya, tak banyak ayah/suami seperti beliau ...
Pengerjaan gorong-gorong hampir selesai
Keesokan pagi harinya, ayah kembali membuatkan sirup untuk pekerja gorong-gorong. Kali ini saya melihatnya membuatnya sehingga saya bisa menemaninya membawakan baki beserta gelas-gelasnya ke lokasi pengerjaan gorong-gorong. Sore harinya, kembali saya mendapati semuanya sudah tercuci di tempat penyimpanan piring kami.
Dua hari berturut-turut berikutnya, ayah saya murni mengerjakannya sendiri karena saya tengah sibuk dengan anak-anak dan pekerjaan rumah lain (atau lagi menulis yah ... lupa ... J), saat beliau bersibuk-sibuk dengan gelas-gelas, baki, dan termos merah itu. Sekali lagi, tanpa satu pun kalimat perintah keluar dari bibirnya. Padahal beliau bisa saja kan menyuruh saya melakukannya, saya pun tidak akan keberatan jika disuruh oleh beliau. Tapi beliau memilih tidak melakukannya.
Itu dia termos merah yang saya ceritakan, tampak kan?
Tidak? Ah, perhatikan baik-baik ...
Lihat seorang bapak baju merah sedang berkacak pinggang ?
Nah, di sebelah kirinya ada bangku hijau.
Di atas bangku itulah termos berisi sirup terletak :)
Pengerjaan gorong-gorong sudah selesai. Mudah-mudahan tidak berumur pendek seperti jembatan di atas sungai Mahakam itu. Gelas-gelas dan termos pun sudah kembali ke posisinya semula yaitu di dalam lemari. Namun ayah justru membuat tambahan jejak di hati saya berkaitan dengan hal ini. Mudah-mudahan Allah membarinya kesehatan dan berkah yang berlimpah di usianya yang sudah 71 tahun. Ia benar-benar seorang family man sejati.


Share :

6 Komentar di "My Great Old Man"

  1. Terimakasih sudah meng-aminkannya miss 'U.
    Amin ya Rabb ^^

    ReplyDelete
  2. Aamiin ya Rabb.
    Mudah-mudahan aku pun bisa bersikap mandiri bila tua nanti :)
    Cerita ini mengingatkan pada sosok alm. ayahku yang telah tiada. Alhamdulillah kutemukan sosok family man yang begitu dekat, suamiku. Sungguh aku sangat bersyukur.

    ReplyDelete
  3. @Ade SM:
    Semoga beliau mendapat tempat yang baik di sana mbak. Alhamdulillah ada suami sebagai sosok family man ^^

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^