Bahkan Setiap Kucing pun Unik

Sumber gambar:
http://cutepicturesofcats.com
Seperti layaknya anak-anak lain di belahan dunia mana pun, saat masih kanak-kanak saya sangat tertarik dengan kucing. Memandangi tingkah-polah makhluk berbulu dan berkaki empat itu demikian menyenangkannya bagi saya. Jika bermain dengan mereka, wajah innocent mereka selalu membuat perasaan saya tergelitik untuk menyayangi mereka.

Saya lupa tepatnya umur berapa saya ketika seekor kucing yang kami (saya dan adik saya Mirna) beri nama Pusi mewarnai hari-hari kami. Mungkin saya masih berusia lima atau enam tahun. Kucing betina nan pembersih itu sepertinya dibuang pemilik lamanya di dekat rumah kami.

Walaupun kami menyayangi kucing ini, orang-orang dewasa di dalam rumah tak menyukai nya masuk ke dalam rumah, jadi kami hanya puas bermain-main dengan Pusi di pekarangan rumah saja. Padahal Pusi tidak pernah buang air besar maupun kecil di dalam rumah. Setiap hendak buang air, ia pasti bergegas keluar – ke halaman rumah, menuju sebidang tanah kosong di situ. Ia mengeluarkan gelagat unik setiap hendak buang air besar: wajahnya menegang - ini terlihat dari sorot matanya dan setelah itu ia berlari dengan sangat cepat menuju pintu menuju halaman.

Yang sangat menonjol dari Pusi ini adalah karakter pesolek dan pembersihnya. Ia bisa mandi - menjilati bulu-bulu lebatnya, berkali-kali dalam sehari. Warna putih campur belang bulunya sangat mengilap, dan enak dipandang mata. Walaupun kami sering sembunyi-sembunyi membawanya bermain ke dalam rumah, sampai menginapkannya di ruang makan, tak pernah sekali pun ia buang air di dalam rumah. Bagaimana pun mendesaknya hasrat ‘menunaikan hajat’-nya, ia menahannya hingga keesokan harinya. Saat kami mengeluarkannya pagi-pagi sekali barulah ia berlari sprint ke luar rumah.

Kode panggilan dari kami: “PUUUS,” dengan intonasi tertentu seraya mendecakkan lidah selalu direspon Pusi meski kami sedang berjauhan – misalnya kami berada di dapur yang merupakan area bagian paling belakang dari rumah sementara ia sedang berada di halaman. Saat mendengarkan kode panggilan itu, langsung ia bergegas berlari mendatangi kami.

Ia tak pernah mau menginjakkan kaki ke luar pagar rumah. Seringkali saya mengetesnya, memanggilnya dengan panggilan khas sambil berdecak-decak. Saat ia mendekat, saya menjauh. Jika ia mendekat lagi, saya menjauh lagi darinya. Ia mengikuti kemana pun saya pergi, kecuali jika saya keluar dari pagar. Jika itu terjadi, ia diam mematung saja di dekat pagar sambil terus memperhatikan saya. Jika saya parlahan-lahan menghilang dari pandangannya, ia menunggu saja di situ sampai saya datang. Jika menurutnya saya pergi terlalu lama, barulah ia beranjak mencari tempat atau posisi yang lebih nyaman baginya. Sebidang tanah di halaman pun tak bakalan ia injak kecuali untuk buang air besar. Hmm bukan main, betapa elegannya kucing satu ini.

Setiap hari kami membawakan Pusi makanan – biasanya tulang-tulang ikan, juga air minumnya dari dalam rumah. Hari-hari kami sepulang sekolah sangat ceria dengan adanya Pusi. Suatu hari, saat sedang berjuang melahirkan anak-anaknya, seorang kerabat kami dengan serta-merta memunguti bayi-bayi kucing nan tak berdaya itu dan membuangnya ke tempat sampah. Saya dan Mirna hanya bisa berangkulan, kami tergugu dalam linangan air mata.

Namun karena ia hamil beberapa kali, orang-orang dewasa di dalam rumah sepakat membuangnya ke tempat yang jauh. Beberapa kali dibuang, Pusi selalu kembali. Di sini saya tahu bahwa meskipun dibungkus di dalam karung, kucing yang dibuang masih bisa menemukan jalan pulang kembali ke ‘rumah’-nya. Suatu saat, Pusi tak pernah kembali. Entah bagaimana caranya, orang yang melakukannya sangat pintar mencari tempat pembuangan bagi Pusi sehingga kami tak lagi bertemu dengannya untuk selama-lamanya.

*****

Namanya Mago. Ia kucing kampung betina paling berkarakter yang pernah saya lihat. Kucing belang sewarna ini sangat tangguh juga keibuan. Ia datang ke rumah kami saat saya masih SMA dengan dua ekor anaknya: Gocal (kucing belang sewarna, berjenis kelamin jantan) dan Gocil (kucing betina cantik yang berbulu belang tiga warna) yang usianya kira-kira masih sebulan. Nama Gocal berasal dari ‘GOde beCAL’ (gemuk besar), sedangkan nama Gocil berasal dari GOde keCIL (gemuk kecil, ini karena badan Gocil lebih kecil dari Gocal). Oya, nama Mago sendiri, berasal dari MAma GOcal. Setiap saat Mago dengan telaten ‘mengurus’ anak-anaknya, menyusui dan mencarikan makanan. Hingga Gocal dan Gocil cukup dewasa untuk mencari makan sendiri.

Gocal tumbuh menjadi kucing jantan yang sangat pengecut. Beberapa kali kejadian ia terdengar menantang kucing-kucing jantan di sekitar rumah kami. Saya menyaksikan sendiri saat kucing-kucing itu mendekat dan siap berduel dengannya, ia malah berteriak ketakutan sekuat tenaganya. Ada kalanya Mago yang datang menyelamatkannya, dengan gagah berani Mago mendekati lawan dan menantangnya.

Mago tak segan berkelahi dengan kucing-kucing jantan itu. Saat si lawan pergi maka bebaslah Gocal. Beberapa kali saat Mago sedang tak ada di rumah, Gocal berteriak-teriak panik. Teriakannya baru berhenti saat salah seorang dari penghuni rumah datang menyelamatkannya, membawa sapu ijuk dan mengusir sang lawan yang sedang mengintimidasinya.

Entah mengapa Gocal sepengecut itu. Apa karena terlalu dimanja? Entahlah. Saya dan adik-adik memang senang memanjakan dirinya, sampai-sampai kami menggendongnya ke sana ke mari bak seorang bayi mungil. Sebentar-sebentar kami membelai-belai bulunya, bahkan berbicara kepadanya layaknya berbicara kepada bayi. Apa karena itu tak pernah sekali pun ia bisa dengan jantan melawan kucing-kucing jantan di sekitar rumah kami? Apa bisa ya, kucing menjadi pengecut karena terlalu dimanja?

*****

Si Gocil tumbuh menjadi seekor induk yang tidak pedulian terhadap anak-anaknya. Tak selalu ia mau menyusui kucing-kucing mungil yang dilahirkannya. Sayang sekali ia tak seperti Mago yang tak pernah lalai dalam hal itu. Suatu waktu, Mago dan Gocil melahirkan di waktu yang nyaris bersamaan.

Kami menempatkan keduanya beserta anak-anak mereka di dua kardus terpisah. Seperti biasa, Mago selalu kembali kepada anak-anaknya untuk menyusui dan menjilati sekujur tubuh mereka dengan penuh kasih. Sedangkan Gocil seringkali tidak peduli, bahkan saat ia berada dekat dengan mereka sekalipun, ia sering sibuk sendiri – menjilat-jilati tubuhnya sendiri tanpa peduli anak-anaknya yang menghiba-hiba minta disusui.

Suatu ketika, saat sedang mengamati kedua kardus itu saya bertanya-tanya dalam hati, “Apakah secara naluri mereka mengenali anak-anak mereka? Apakah mereka menyusui anak mereka saja, ataukah mau menyusui yang bukan anak mereka?”  Saya sampai meletakkan anak Gocil di kardus milik Mago. Tak berapa lama kemudian Mago datang, seperti biasa ia menjilat-jilati tubuh anak-anak kucing itu. Kemudian kucing-kucing mungil itu berebut hendak menyusu, anak Gocil juga ikut berebut bersama mereka. Tampaknya Mago tak terganggu, ia susui juga anak Gocil. Wow ... sungguh kucing yang sangat keibuan.

Oya, Mago ini tak seperti kucing-kucing lain yang senang dimanja-manja lho. Ia tak begitu senang dibelai-belai. Atau mungkin karena cara kami membelai-belai seringkali berlebihan. Iya juga sih, mungkin juga. Ia masih bersedia dibelai-belai sekadarnya saja. Yang jelas kucing ini terlihat begitu mandiri dan berkharisma.

Suatu ketika Mago melahirkan tiga ekor kucing belang yang warnanya sama semua. Semuanya kami beri nama dengan huruf awal ‘E’. Saya sudah lupa nama sebagian besar dari mereka, yang saya ingat salah seekor dari mereka dinamakan Eling (berasal dari gabungan kata ‘Ekor LINGkar’, karena bentuk ekornya yang seolah melingkar di bagian ujung).

Polah kucing-kucing kecil itu selalu menjadi pusat perhatian saya. Hingga akhirnya saya menyadari dan mengenali wajah mereka yang ternyata unik. Walaupun warna bulu mereka sama, wajah mereka betul-betul berbeda satu sama lain. Corak belang mereka pun ternyata berbeda satu dengan yang lainnya.

Bukan hanya itu. Lama-kelamaan saya bahkan mampu mengenali perbedaan suara mereka. Ternyata suara masing-masing dari mereka sangat khas. Saat saya mendengar salah seekor dari mereka mengeong-ngeong di luar rumah, saya bisa menebak dengan tepat siapa yang sedang mengeong. Tebakan saya tidak pernah salah padahal saat itu ada enam ekor kucing di sekitar rumah kami.

Masya Allah, dari makhluk berkaki empat itu ternyata saya bisa banyak belajar tentang kebesaran Allah. Kalau tak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, saya mungkin tak percaya akan keunikan yang dimiliki tiap-tiap kucing. Sungguh bijak Ia memperlihatkan hikmah itu kepada saya. Belajar dari hal ini: kalau kucing saja sedemikian uniknya, apalagi manusia. Manusia yang unik sudah tentu menginginkan diperlakukan secara unik pula, diperlakukan sesuai keinginannya dan sudah tentu sesuai dengan karakternya. Maka dari itu sudah seharusnyalah kita mempelajari karakter dari orang-orang dengan siapa kita berurusan supaya mereka bisa nyaman bersama kita. Dan, jika setiap kucing unik, bukan tak mungkin jika setiap semut juga unik kan? Ah, seandainya saya bisa mengamatinya ...

Makassar, 14 November 2011

Update November 2020


Share :

11 Komentar di "Bahkan Setiap Kucing pun Unik"

  1. Massa Allah begitu uniknya ya kuncingnya...

    aku kemaren juga ngrekam kucing yg lagi minum.

    ReplyDelete
  2. Benar bang Baha.
    Iya .. saya sudah ke blognya ngintip si kucing ^^

    ReplyDelete
  3. Subhanallah... Mbak, saya sepakat dan setuju sekali dengan posting-an ini. SAya suka posting-an ini! *tersipu*

    Kucing... salah satu makhluk terimut yang Allah ciptakan. Allah telah memberi satu "alat" sebagai pemuas batin manusia. Kucing. :)

    ReplyDelete
  4. Makhluk imut nan menggemaskan.
    Memuaskan ... ?
    Hmmmm

    ReplyDelete
  5. wekekekek.. kata 'pemuas' nya asop agak ganjil ya rasanya bu....

    setiap kucing memang punya karakter masing-masing, kadang lucu kalau sudah tahu. Ada yg doyan di manja, ada yg cuek, males di elus, makannya milih milih, tempat tidurnya milih milih (kucing belagu hihihi) Macam-macam pokoknya... XD

    Tapi untuk induk kucing yg cuek sama anaknya biasanya gitu bu kalau masih baru jadi induk, masih belum pintar ngurus anak, mungkin jg naluri keibuannya emang kurang :D

    kalau induk kucing bakal nyusui anak nya, dia ngenalin dari baunya, jadi kalau naruh anak kucing lain ke tempat tidur anaknya, bakal di susui juga, karena udah kena dengan bau anak-anaknya yang lain, kalau dulu mau kasih nyusu anak kucing terlantar biasanya kayak gitu, gosok2in kain tempat anak kucing atau gosok2in anak kucing yg lain biar baunya sama dengan anak kucing si induk :D

    Oh iya, dulu waktu kecil saya punya si putih, yang pintar bab dan bak di wc :D
    jadi kalau kebelet dia masuk kamar mandi :D

    ReplyDelete
  6. Gw mah ga suka kucing Mba, bulunya itu loh bikin bersin2. Mana di rumah Ua saya yang miara kucing ampe 30 ekor, saya pernah dicakar pula karena lagi makan pake ikan kucingnya minta ikan gw. Ga dikasih eh malah nyakar. Hiks!!

    ReplyDelete
  7. @Miss U:
    Waah ternyata miss 'U benar2 ahli ttg kucing.
    Mengenal macam2 hal ttg kucing suatu hikmah tersendiri ya??

    ReplyDelete
  8. @Zulfadhli's Family:
    Oooh .. alergi kucing toh jeng Soes?
    Asyik juga sebenarnya memperhatikan kucing. Tapi sekarang saya tida sesuka dulu sama kucing, sekarang biasa2 saja....

    ReplyDelete
  9. Klo tdk salah ingat, Gocil yg mengalami trauma berkepanjangan akibat tdk sengaja lewat pd saat penyembelihan korban berlangsung. Sempat semingguan sembunyi di bawah lemari tdk berani keluar.

    ReplyDelete
  10. Iya .. betul dek Moei ^__^
    Saya juga masih ingat (tapi lupa waktu menuliskan ini)

    ReplyDelete
  11. ihihi...saya juga suka kucing dan disukai kucing mbak

    sekarang lagi punya kucing. dulu dia dibuang di tempat sampah pas masih kecil. matanya belum berwarna. kasihaaan...

    sekarang udah punya bayi dia. pertama melahirkan, anaknya 4! masya Alloh. tapi anehnya, kok ya dia tau cara merawat anaknya ya? padahal ga didampingi ibunya. hihihi...

    so, kalah deh saya sama si kucing ini.

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^