Masih Banyak Keberuntungan di Saat Buntung

            Karena ada keperluan maka jadilah hari ini kami – saya, suami saya, dan Athifah bermotor. Ada tiga keperluan yang kami selesaikan. Dua keperluan selesai dengan sukses, tinggal keperluan ketiga.
        Waktu menunjukkan pukul dua belas kurang sedikit saat kami kembali berkendara motor untuk menyelesaikan keperluan terakhir. Dari jalan Veteran, kami kembali ke jalan Rappocini Raya yang sedang macet.
          Kecepatan motor kami tidak sampai 20 km/jam saat melewati lorong 9. Sepanjang penglihatan, berderet berbagai kendaraan di depan, mereka nyaris merapat. Tiba-tiba ada sepeda motor melintas, menyalip tanpa permisi di depan motor kami. Suami saya spontan mengerem. Namun rem tak berfungsi di atas pasir yang sedang dilalui kendaraan kami.

Motor terbanting ke sebelah kanan, menimpa badan jalan yang sedang membara dibakar terik matahari siang. Suami saya melompat ke sebelah kanan. Saya bergegas berdiri. Buru-buru saya menggendong Athifah yang mulai menangis. Seorang pengendara motor berbaik hati, ia turun dari motornya dan membantu mendirikan kendaraan kami.
“Aduh, kakiku sakit,” erang Athifah.
Panik, saya memeriksa kaki kirinya.
“Barangkali keseleo,” kata suami saya.
Aduh, saya berharap bukan keseleo. Kasihan anak sekecil ini kalau harus merasakan sakitnya keseleo. Beberapa menit meneliti kakinya, kami tak bisa menyimpulkan apa jenis sakitnya.
“Pulang,” pinta Athifah di sela-sela tangisnya.
“Iya Nak, Kita pulang, sabar ya. Berhenti dulu menangisnya baru kita pulang yah. Sakitnya nanti diobati di rumah,” kata saya.
Suami saya memutar motor, kami pun kembali berkendara menuju rumah.
Beberapa jam kemudian baru kelihatan, sakit kaki Athifah karena memar. Sepertinya kakinya terbentur tadi.
***
Alhamdulillah. Walau kejadian yang kami alami termasuk kategori ‘buntung’, banyak keberuntungan yang kami peroleh:
·         Beruntung motor jatuhnya ke kanan bukan ke kiri. Kalau jatuhnya ke kiri hampir pasti kaki saya dan kaki Athifah mengenai knalpot motor. Saya sudah pernah merasakan kaki saya tertempel knalpot saat masih kecil, dan berharap tidak pernah lagi mengalami hal itu.
·         Beruntung jalanan sedang macet sehingga semua kendaraan di sekitar kami sedang melambat, kecuali motor penyebab kejadian itu.
·         Beruntung saya sedang mengenakan celana panjang sehingga saya hanya terjatuh duduk. Bayangkan kalau saya mengenakan rok, saya tentu terjatuh dalam posisi berbaring, kepala saya bisa membentur aspal panas itu!
·         Beruntung tak ada bagian tubuh saya maupun suami saya yang sakit.
·         Beruntung Athifah hanya memar, bukan keseleo.
·         Beruntung ada pengendara motor yang baik hati itu, yang rela turun dari kendaraannya untuk menolong kami.
·         Beruntung motor tadi hanya menyalip, bukannya menabrak kami.
·    Beruntung kejadian itu berlangsung di dekat rumah sehingga kami bisa secepatnya pulang ke rumah.
·         Beruntung motor bisa hidup kembali setelah di-starter berkali-kali.
·         Beruntung, sampai di rumah Athifah sudah tidak menangis lagi sehingga kedua orangtia saya tidak perlu tahu kejadian tadi. Sebenarnya kalau ayah saya tahu tidak mengapa. Yang bakalan berat kalau ibu saya tahu, wah ... bisa panjang urusannya.
Hmm ... hanya ada satu kebuntungan di antara sepuluh keberuntungan. Berarti bisa disimpulkan kejadian ini sebenarnya namanya bukan kebuntungan yah, melainkan keberuntungan ... J


Share :

0 Response to "Masih Banyak Keberuntungan di Saat Buntung"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^