Duhai, Belajar IPA Sekarang Seperti Inikah?

Saya tak berhenti tercengang-cengang setiap membuka buku cetak BSE yang dipergunakan oleh Affiq. Betapa tidak, bukan hanya ukuran buku cetaknya yang mencengangkan (± 25 cm x 17 cm) dengan seratus delapan puluh enam halaman, bahan-bahan pelajarannya pun mencengangkan. Karena apa yang harus ia pelajari (baca: hafalkan) sekarang ini adalah mata pelajaran saat saya SMP dulu (bagaimana dengan Anda?).
Mari kita lihat, apa saja yang harus dipelajarinya pada semester ganjil:
Bab 1. Alat Pernapasan (pada manusia dan pada hewan), meliputi nama-namanya dalam bahasa latin/Indonesia berikut fungsi dan cara kerjanya. Misalnya: trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, hemoglobin, oksigen, karbon dioksida, insang, lembaran insang.

Pada kenyataannya, tujuan pembelajarannya
bukannya 'mempelajari' tapi 'menghafal'
Pelajaran tentang alat pencernaan, lagi-lagi menghafal
Bab 2. Pencernaan Makanan Pada Manusia, meliputi nama-nama alat pencernaan berikut fungsi dan cara kerjanya, mulai dari mulut (di dalamnya ada gigi, lidah, air liur, enzim), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus). Lalu penyakit pada alat pencernaan (mag apendisitis, disentri, sembelit). Kemudian ‘Hubungan makanan dengan kesehatan’ meliputi zat-zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) beserta jenis-jenisnya (fosfor, fluor, kalsium, zat besi, yodium, vitamin A, B, C, D, E, K), dan sumber bahan makanan. Juga penyakit/gangguan pencernaan (busung lapar, obesitas, sariawan, keropos tulang, anemia, rabun senja, dan penyakit gondok). Yang terakhir: ‘Cara mengolah makanan’.
Bab 3. Alat Peredaran Darah, meliputi nama-nama, fungsi, dan cara kerjanya. Lalu gangguan pada darah dan alat peredaran darah. Yang terakhir: ‘Bagaimana menjaga kesehatan alat peredaran darah’.
Sampai di sini, Anda mungkin sudah mulai tercengang-cengang. Itu baru tiga bab. Masih mau mengetahui empat bab lainnya? Secara singkat saya gambarkan:
Bab 4, tentang pembuatan makanan pada tumbuhan (fotosintesis dan tentang ketergantungan manusia dan hewan terhadap tumbuhan hijau).
Bab 5, tentang penyesuaian diri makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) terhadap lingkungannya (ada delapan belas jenis makhluk hidup yang harus diketahui .. eh ... dihafalkan) juga ciri khusus tumbuhan berdasarkan tempat tinggalnya.
Bab 6, tentang sifat bahan (hubungannya dengan bahan penyusunnya), seperti benang, kain, dan kertas.
Bab 7, tentang sifat benda dan perubahan sifatnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Nah, mau tahu bagaimana cara pengajaran mata pelajaran ini di sekolah? Dengan mengerjakan soal-soal. Tidak peduli anak-anak paham atau tidak dengan materi-materi ini, untuk mengejar target kurikulum yang sangat padat, mereka setiap saat disibukkan dengan latihan soal. Bukan hanya soal-soal dari buku cetak yang harus mereka kerjakan, soal-soal dari buku kerja (semacam LKS) bernama ‘Galuh’ pun harus mereka kerjakan.
Bagaimana supaya mereka bisa memahami pelajaran ini dengan seharusnya? Kelihatannya, orangtua yang harus mengusahakannya sebisa mungkin karena guru belum tentu mampu memahamkan mereka. Mungkin karena beban kurikulum yang saaaangat berat sehingga secara nyata, waktu belajar yang tersedia tidak memadai (seringkali dalam sehari yang seharusnya ada tiga mata pelajaran yang diagendakan, hanya dua mata pelajaran yang dipelajari).
Atau, karena gurunya ternyata memang kurang memahami mata pelajaran ini, karena mereka bukan berasal dari jurusan Biologi seperti guru-guru SMP saya dulu. Waktu SMP kan ini mata pelajaran Biologi, guru-gurunya sudah tentu dari jurusan Biologi di institut ilmu pendidikan dong. Ya .. sebut saja misalnya IKIP. Jadi, karena mata pelajaran itu bidang mereka, mereka bisa bercerita di depan murid-muridnya dengan santai, lancar, dan penuh percaya diri karena sangat menguasai bahan, kalau dianalogikan seperti orang yang habis bepergian ke suatu tempat begitu pulang ia mampu bercerita pada semua orang tentang tempat-tempat yang ia datangi.
Nah, sekarang ini harus diajarkan oleh guru SD yang tamatan PGSD atau malah tamatan jurusan lain yang jelas bukan dari jurusan Biologi. Bagaimana mereka diharus membawakannya di depan murid-muridnya? Paling mudah dengan hanya memberikan latihan dan latihan. Coba suruh mereka bercerita tentang saluran pencernaan selama satu jam pelajaran dari dua jam yang disediakan saja, lalu amati apakah mereka mampu memahamkan anak-anak kelas lima SD ini. Apa kira-kira mereka sanggup? Kalau boleh jujur, saya tidak yakin mereka semuanya sanggup.
Lantas, ada berapa banyak orangtua murid di negeri ini yang menyadari bahwa materi yang terlalu berat untuk disajikan di sekolah ini sebenarnya menjadi beban mereka juga untuk memahamkan anak-anak mereka di rumah? Kalau mereka menyadari, apakah mereka mampu? Kalau mereka tak mampu secara akademik/intelektual, apakah mereka mampu secara finansial untuk membayar guru les? Yang paling parah, bagaimana jika banyak di antara mereka tidak menyadarinya sama sekali karena beranggapan ‘tugas’ mereka sudah cukup dengan menyekolahkan anak-anak mereka?
Ini baru IPA, belum IPS, Bahasa Indonesia, PKN, Seni Budaya dan Keterampilan, teori Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Pendidikan Agama yang penuh hafalan. Belum lagi Matematika yang sangat padat dan sangat menguji logika. Duh pemerintahku, diriku pusing tujuh keliling memikirkan ini. Bagaimana gerangan dikau baginda?
Alat/sistem peredaran darah
Makassar, 17 Oktober 2011


Share :

1 Komentar di "Duhai, Belajar IPA Sekarang Seperti Inikah?"

  1. Maunya lebih pintar ...
    Tapi mata pelajaran macam ini hanya mengeksplor akademik saja dan orang yang cerdas secara akademik, tergantung IQ-nya juga. Seolah2 jenis kecerdasan hanya ini saja padahal kecerdasan itu jenisnya 'majemuk'...

    Terimakasih sudah berkunjung mas Asop :)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^