Bibit Kekerasan di Dekat Kita

Bibit Kekerasan di Dekat KitaSebuah video amatir yang viral memperlihatkan pergerakan si pemilik handphone memasuki masjid. Pemilik HP mendekati sebuah pintu di dekat mimbar masjid. Dari balik pintu terdengar suara seorang bocah lelaki meminta tolong untuk dikeluarkan dari dalam ruangan. Si pemilik HP memutar anak kunci yang tergantung di pintu, lalu membuka pintu. Dalam video itu, wajah bocah lelaki di-blur.

 

Bibit Kekerasan

Terkunci Sendiri di Dalam Ruangan

 

Seorang bocah lelaki usia sekolah dasar keluar dari dalam ruangan yang sebelumnya terkunci. Sempat-sempatnya dia menyampaikan permintaan untuk tidak direkam. Namun rekaman itulah yang menyelamatkannya. Andai tak ada rekaman itu, kedua orang tua bocah tersebut mungkin tidak akan tahu putra mereka sudah mengalami kejadian tak mengenakkan itu beberapa kali.

Dalam video yang sama, ayah dari bocah tersebut diwawancarai dan mengatakan bahwa peristiwa pengurungan baru diketahuinya dari video yang viral. Dia akan mengusut dan menuntut perlakuan tak menyenangkan yang diterima putranya. Setelah bertanya pada putranya mengenai video yang viral itu, barulah diketahui apa yang dialami putranya telah berulang kali terjadi.

Kejadian tak mengenakkan yang diterima seseorang dari satu atau sejumlah orang secara berulang kali itulah yang dinamakan perundungan atau dalam bahasa Inggris disebut bullying. Definisi perundungan adalah tindakan agresif atau KEKERASAN yang disengaja dan berulang untuk menyakiti atau merendahkan orang lain, baik secara fisik, verbal, atau sosial, oleh satu orang atau sekelompok orang.

Saat putri saya  masih duduk di bangku sekolah dasar, dia pernah mengalami hal yang sama. Dia dikurung oleh sejumlah anak tetangga teman mainnya di gudang bagian belakang rumah tetangga seperti ini. Waktu itu sepengetahuan saya, dia sedang bermain dengan teman-temannya yang semuanya tinggal di sekitar rumah kami.

Pulang dari bermain, putri saya bercerita mengenai kejadian tidak mengenakkan yang baru dialaminya. Kata dia, saat pintu dikunci dia menangis dan berteriak-teriak, sementara teman-temannya meninggalkannya sembari tertawa-tawa. Untungnya seseorang melepaskannya dari dalam gudang kosong itu. Mendengar hal ini, hati saya rasanya teriris. Bayangkan perasaan seorang ayah saat tahu anaknya telah berulang kali ditinggalkan di dalam ruangan terkunci oleh anak lain?

 

Jangan Normalisasi Cara Bermain Aneh!

 

Sependek pengetahuan saya, kejadian tak mengenakkan yang dialami putri saya dan anak laki-laki di dalam video itu dalam rangka “bermain”. Anak-anak pelaku penguncian mengira diri mereka sedang bermain dengan cara itu dan hal itu menyenangkan bagi mereka sehingga mereka dengan entengnya bisa meninggalkan anak lain yang ketakutan di dalam ruangan terkunci sembari tertawa-tawa.

Cara bermain seperti ini tak pernah bisa saya pahami. Bagi saya, tindakan penguncian SAMA SEKALI BUKAN BERMAIN, melainkan KEKERASAN. Pada anak-anak saya, saya pesankan bahwa bermain itu harusnya sama-sama bergembira, bukan yang satu menangis (disakiti) lalu yang lain bergembira. Kalau di rumah ada salah satu anak yang melakukan, bisa mengamuk saya mengingat salah satu putra saya ada yang tukang jail.


Anak Korban Kekerasan

Alhamdulillah mereka paham tentang hal ini dan tak pernah melakukannya ketika sedang bermain dengan anak lain. Saat sedang bermain dengan sesama saudara kandung di rumah, saya mengadakan pengawasan melekat, jangan sampai ada salah satu anak saya yang merasa terintimidasi oleh saudaranya sendiri. Mengapa? Sebab jika dibiarkan, hal seperti ini akan menjadi BIBIT KEKERASAN yang timbulnya dari kita sendiri.

Menormalisasi hal ini terjadi berarti kita MENYEMAI bibit kekerasan yang suatu hari nanti bisa tumbuh subur dan menjadi kebiasaan lalu karakter anak yang menikmati permainan dengan cara menyakiti anak lain!

Akal sehat saya tidak pernah bisa menerima, anak-anak di luar sana kok bisa ya bermain secara sepihak? Kok bisa ya hanya dirinya yang bersenang-senang sementara anak lain boleh menangis? Cara bermain macam apa itu? Itu namanya KEKERASAN!

Apakah orang tuanya membiarkan cara bermain yang menjadi bibit kekerasan seperti itu dengan dalih “namanya juga anak-anak”? Oh no, itu tidak boleh diwajarkan. Anak harus diajari BAGAIMANA SEHARUSNYA BERMAIN ITU, YAITU BAHWA SAMA-SAMA MERASAKAN KEGEMBIRAAN!!!

Pasca kejadian dikunci di dalam gudang kosong, beberapa kejadian tidak enak dengan anak-anak tetangga akhirnya membuat saya melarang ketiga anak saya bermain dengan mereka. Biarlah diceritai kami tidak mengizinkan anak-anak bergaul dengan anak mereka. Masa bodoh saya!

Makassar, 3 Desember 2025

Share :

0 Response to "Bibit Kekerasan di Dekat Kita"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^