Jangan Lagi Ada Anak yang Terjun dari Ketinggian

Jangan Lagi Ada Anak yang Terjun dari Ketinggian – Saya terhenyak membaca sebuah artikel di media daring pada tanggal 28 September pagi tentang siswi kelas 6 sekolah dasar negeri yang lompat dari lantai 4 sekolahnya. Sekitar 4 bulan lalu, kasus serupa terjadi di Makassar, seorang siswa SMP jatuh dari lantai 8 sebuah sekolah swasta.

Bisa dibayangkan, kejadian seperti itu tidak terjadi pada anak yang sedang dalam keadaan tenang dan senang. Tak terbayangkan jika mereka sedang galau karena suatu masalah, masalah apakah gerangan itu?

Anak Bunuh Diri


Ingatan saya berkelana ke masa lalu, seiring perkembangan masa kanak-kanak ada saja permasalahan yang muncul. Ada permasalahn khas kanak-kanak yang membuat saya belajar mencari solusi sendiri tanpa pernah bercerita kepada orang tua. Dahulu saya anak yang sangat tertutup kepada kedua orang tua. Bukan hanya dulu, sampai dewasa pun demikian.

Apakah anak-anak yang jatuh dari ketinggian itu sedang menyimpan permasalahan yang membuat mereka kalut?

Saya masih ingat, ketika usia sekolah dasar, selain memiliki masalah, saya juga sudah punya opini pribadi yang bisa berbeda dengan orang tua yang kalau diketahui orang tua berpotensi menimbulkan perdebatan tak berujung. Maka dari itu, saya memilih untuk menyimpannya sendiri saja daripada ribut.

Mungkin agak membingungkan, tulisan ini alurnya maju-mundur 😁.

Kembali kepada anak-anak yang tewas terjatuh itu …

Peristiwa seperti itu selalu saja mencubit saya selaku seorang ibu, mengingatkan kembali seberapa kenal saya dengan anak-anak saya, seberapa nyaman mereka dengan saya sebagai sosok ibu bagi mereka.

Tak semua permasalahan, konflik, perang batin bisa digambarkan anak dengan baik lalu mencari jalan keluarnya. Jangankan anak, orang dewasa saja tidak semua mampu melakukannya sehingga berputar-putar saja dalam benang kusut pemikiran dan perasaan negatif yang tak ada ujungnya. Kemudian rasa sepi, sendiri, frustrasi mengemuka.

Adalah tantangan besar untuk memahami anak sendiri sebaik mungkin sebab terkadang tak semua hal mau mereka ceritakan kendati tak pernah sekalipun menyepelekan atau mengekang mereka. Terkadang ada serupa kabut yang membatasi alam pikiran kita dengan anak yang butuh dijembatani dengan komunikasi yang asertif.

Sepertinya mudah mengatakan bahwa KOMUNIKASI adalah kunci namun para praktiknya tidak selalu mudah. Mungkin karena karakter setiap anak berbeda, kemungkinan karena orang tua punya penghalang di dalam dirinya sehingga tidak mudah berkomunikasi.

Saya sampai pada kesimpulan bahwa sosok ibu memang harus  punya kemampuan komunikasi yang mumpuni – minimal menjadi orang yang sangat baik bagi anaknya agar anak mau bercerita padanya selayaknya sahabat dan menjadi teladan komunikator bagi anak, mampu menjadi "psikolog" dan penolong pertama bagi anak dan banyak kemampuan lain.

Ya Allah ... mampukan saya. Inginnya saya selalu ada saat mereka butuh. Ya Allah … mampukan juga semua ibu yang membaca status ini. Jangan lagi ada anak yang merasa tak punya jalan keluar atas masalahnya sehingga nekat mengambil langkah yang salah dengan terjund ari ketinggian ... 😭

Makassar, 5 Oktober 2023


Update tanggal 9 Oktober 2023 ... ada lagi kejadian siswa SMP di Jakarta terjatuh dari lantai 4 sekolahnya dan tewas 😰



Share :

2 Komentar di "Jangan Lagi Ada Anak yang Terjun dari Ketinggian"

  1. Waduh jangan lagi nih, Kak ada berita anak terjun dari ketinggian. Merinding saya

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^