Sejak
awal, melihat suasana pantai di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur dan
kemudian berlanjut ke Jakarta lalu mengikuti traveling Sam (Maisha Kanna) gadis kecil berusia 12 tahun bersama ibundanya Uci (Marsha Timothy) dan sepupunya Happy (Lil'li Latisha) menyusuri
pulau Jawa (dari Jakarta ke Jawa Timur melalui Jawa Barat dan Jawa Tengah, balik lagi ke Jakarta) hingga berakhir lagi di Rote, saya menikmati semua scene-nya.
Pesan
kuat mengenai traveling menyenangkan minim gadget patut menjadi
masukan buat orang tua jaman now yang senantiasa membiarkan anaknya
dengan produk teknologi itu. Sam adalah anak periang yang senang berpetualang.
Dia sangat menyukai olahraga selancar di laut dan memfavoritkan peselancar
profesional. Sangat berbeda dengan Happy yang merasa terpaksa mengikuti
petualangan Sam dengan ibundanya sebagai sosok yang menyukai gadget dan
artis terkenal.
Konflik
bermula dari perbedaan antara Sam dan Happy yang bak langit dan bumi. Sam
dengan kulit legamnya dan Happy yang amat menjaga kecantikan kulitnya dengan polah
seperti princess serta menganggap Sam hanyalah anak kampung sungguh
bukan dua pribadi yang mudah disatukan dalam sebuah kamar dan sebuah mobil selama
perjalanan panjang mereka. Namun nyatanya mereka harus dan pada akhinya mampu
belajar dari perbedaan mereka walaupun tak mudah.
Uci adalah
peran ibu yang saya suka. Mencoba bijak walau tak mudah dalam menghadapi
keharusannya berpetualang bersama keponakannya. Mulanya dia hanya ingin
berkendara bersama putrinya saja tetapi keinginan saudari iparnya Kirana
(diperankan oleh Karina Suwandi) agar dia membawa serta Happy tak kuasa ia tolak.
Uci dan Sam sudah terbiasa hidup apa adanya. Di Rote, mereka menyatu dengan
alam. Begitu pun dalam sepanjang perjalanan, mereka bisa makan dan tidur di
mana saja. Berbeda dengan Happy yang manja.
Uci
mampu bersikap sebagai ibu tapi pada satu titik dia hanyalah manusia biasa yang
bisa kesal dan marah. Kemarahan yang wajar dari seorang ibu. Sementara Happy
dan Sam juga tak melulu bandel. Ada sisi-sisi diri mereka yang menarik yang kemudian
berkembang menjadi positif. Konflik klimaks berakhir dengan yang seharusnya
bagaimana manusia menghargai sesamanya.
Walaupun
ada hal-hal yang serba kebetulan sebagaimana film-film lain, semua peristiwa menjadi
menarik untuk disimak hikmahnya dan yang serba kebetulan itu menjadi sepele
hingga tak perlu diributkan. Semuanya menjadi pemanis film Kulari ke Pantai sebagaimana
konflik antara Uci dan kakaknya Arya (Lukman Sardi) dan masalah Sam dengan
asupan gula yang berlebih yang juga menjadi bumbu “penyedap”.
Trailer film Kulari ke Pantai
Satu
hal yang saya tak mengerti hanyalah pada bagian ketika Happy tertarik dengan
Baruna (Varun Tandjung). Yeah, semacam cinta monyet mungkin, ya. Tapi saya tak
menemukan alasan mengapa gadis cilik seperti Happy bisa tertarik pada Baruna?
Ah, tapi itu bukan hal yang penting, sih. Cinta sejati saja bisa buta, apatah
lagi sekadar cinta monyet yang bisa menclok sana lalu menclok
sini.
Ada
selipan-selipan humor di sepanjang film Kulari ke Pantai yang membuat para penonton bisa melepas
gelak namun tetap bisa memetik pelajaran dari film ini. Ada Dani (Suku Dani) – pria
bule peselancar yang kental dengan logat Papuanya. Dani bisa muncul di mana-mana
secara kebetulan lantas “menyanyikan” cerita dari kampungnya untuk menyampaikan
pesan. Juga ada Mo Sidik – stand up comedian yang menjadi Pengejar
Ombak, peselancar bertubuh tambun. Konflik antara Happy dan Sam pun sesekali
memancing tawa juga.
Teman nonton bareng Kulari ke Pantai. Foto: Fanny Bungawali |
Pokoknya, kesimpulan saya di awal film ini terbukti, yaitu bahwa film ini memang bagus dan highly recommended. Rugi saja kalau keindahan Indonesia beserta kearifan lokalnya tak anda saksikan dan tunjukkan pada anak anda melalui film ini. Yuk, buktikan ocehan saya ini.
Makassar, 2 Agustus 2018
Share :
Sepertinya film ini bagus ya, menampilkan keindahan alam Indonesia :)
ReplyDeleteYa, salah satu keunggulan film itu seperti yang Mbak Nisa tulis.
DeleteAku juga udah lihat trailernya, dan bagus menurutku. tapi masih belum sempat lihat dibioskop ...
ReplyDeleteFilmnya lebih bagus lagi :)
DeleteSaya kok lebih penasaran pada cinta monyetnya ya, yang bisa menclak-menclok itu.
ReplyDeleteWeh, bukannya ada cerita cinta monyet di blogmu, Mas Djangkaru? :D
DeleteKirana tersipu-sipu sendiri waktu adegan Happy ketemu Baruna, persis tersipu-sipunya Happy. Saya yang tepok jidat. Anak-anak jaman sekarang... 😂😂
ReplyDeleteAiih Kirana wkwkwk
Deletetadi liat trailernya aja ketawa kok, pas happy dan sam berantem mulu, trutama yg soal toilet duduk hihihihi... anakku yg pertama udh seneng nonton film gini, tp kalo adiknya blm... masih suka kartun2 biasa... tapi udh agak lama film ini di jakarta... masih diputer ga yaa :(.. maklum lah mba, sejak jalanan depan rumah kena aturan ganjil genap, aku dan suami jd maleees kluar rumah hahahaha...
ReplyDeleteAku belum nonton film ini... kabarnya bagus banget...
ReplyDelete