Saya
menyaksikan sisi lain dari denyut kehidupan Sermani Steel ketika menghadiri undangan
buka puasa bersama keluarga besar Sermani Steel dengan masyarakat sekitar pada
tanggal 20 Mei lalu. Acara buka puasa tahunan ini kembali mengundang anak-anak
panti asuhan di Makassar dan blogger dan
menghadirkan ustadz Ashar Tamanggong sebagai penceramah. Di sini baru saya tahu juga kalau perusahaan ini sering mengadakan kegiatan CSR. Sayangnya, kurang terpublikasikan di media sosial.
Kepemilikan Saham
Didominasi Putra Daerah Makassar
Pak Hedi
Sukarsa – GM Personalia dan Umum dan Pak Frits G. Tambun – Marketing Manager PT. Sermani Steel menemui saya dan teman-teman
blogger di sebuah ruangan sebelum
acara berbuka puasa. Kami mendengarkan kedua bapak berpembawaan hangat ini
menuturkan tentang PT. Sermani Steel dan seng cap Jonga Merah. Di ruangan
inilah baru saya kenal lebih dekat lagi dengan perusahaan dengan produk yang
dulu pernah merajai distribusi seng di tanah air ini. Termasuk bahwa ternyata kepemilikan
saham di perusahaan ini adalah 50% dimiliki oleh keluarga Syamsuddin Daeng Mangawing, 25% oleh Marubeni (setelah bergabung dengan Itochu namanya menjadi Marubeni-Itochu Steel), dan 25
persennya lagi milik Nippon Kokan (sekarang menjadi JFE Steel).
Yang
menjabat sebagai direktur utamanya sekarang adalah Pak Rudy S. Syamsuddin, anak bungsu dari almarhum Bapak Syamsuddin Daeng Mangawing. Well, nama keluarga ini sudah lama akrab di
telinga saya. Seorang sahabat saya sejak SMP merupakan kerabat dekatnya dan
salah seorang senior saya di kampus dulu merupakan salah seorang cucu dari
Bapak Syamsuddin Daeng Mangawing.
Pak Frits dan Pak Hedi |
Sermani Unggul
dengan Konsistensinya Menerapkan SNI
Dulu
Sermani produksinya masih manual, dengan dua mesin, produksinya 30.000 ton per
tahun. Dulu, produk dari Sermani sangat terkenal dan banyak konsumen loyalnya. Seiring
waktu, dengan makin banyaknya pesaing yang masuk ke dalam industri seng maka tak
ada jaminan loyalitas lagi karena banyak yang beralih ke pesaing Sermani.
Padahal produk lain itu pada kenyataan di lapangan, produknya tidak benar-benar
sesuai standard SNI.
Berbeda
dengan Sermani yang hingga sekarang masih konsisten menerapkan SNI. Untuk ukuran plat baja 0,2 mm, memang
benar-benar segitu ukurannya.
Sementara produk pesaing banyak yang sudah menurunkan kualitasnya dengan
menurunkan ketebalan hingga menjadi 0,18 mm, 0,17 mm, bahkan ada yang tinggal
0,14 mm makanya produknya lebih murah.
Varian Produk
Sermani Steel
Pada
tahun 2011, dari 2 mesin Sermani menggunakan 1 mesin dengan kapasitas produksi
terpasang yang lebih besar, yaitu 40.000 ton per tahun. Namun rata-rata
produksi per tahunnya 15.000 – 20.000
ton per tahun karena turunnya permintaan pasar. Walaupun demikian, masih ada
optimisme ke depan, masa depan Sermani adalah pada produksi Galvalume. Saat ini Sermani sudah jual Galvalume, yaitu Spandeck – baja ringan. Spandeck pun macam-macam, ada yang
silver dan ada yang warna. Baja ringan ada Kanal C, Reng, dan Hollow. Di samping itu produksi seng akan tetap ada dan ada kemungkinan ke depannya Sermani akan membangun pabrik baru lagi.
Suasana menjelang buka puasa |
Pak ustadz memberikan tausiyah. Foto: Dawiah. |
ISO 9001 dan Manfaat
Bagi Masyarakat Setempat
Untuk
pabrik seng Cap Jonga Merah yang sedang berjalan, selain pakem SNI, juga menggunakan ISO 9001 (ISO tentang manajemen). Produk Sermani tidak pernah
berubah dari dulu hingga sekarang. Mulai bentuk sampai pelapisan, semua sama.
Sermani di Sulawesi Selatan masih menjadi market
leader. Masih menguasai pasar.
“Mudah-mudahan
dukungan masyarakat membangun Sermani sebagai milik sendiri. Dalam arti
perusahaan seng di Sulawesi Selatan, bahkan di seluruh Sulawesi hanya Sermani,
tidak ada yang lain. Harapannya, dengan membangun
Sermani tidak ada bedanya dengan membangun daerah kita sendiri. Keuntungan Sermani
akan kembali ke masyarakat karena Sermani membayar pajak kepada
pemerintah untuk masyarakat kita. Kedua, kualitas produk Sermani tidak
terkalahkan dengan produk-produk dari Jawa. Ketiga, tenaga kerja yang ada di
Sermani hampir 100% berasal dari Sulawesi Selatan. Saat ini Sermani masih
dipercaya membantu program pemerintah – Bedah Rumah di seluruh Sulawesi Selatan,
bahkan di Sulawesi Tengah,” secara panjang lebar Pak Hedi menuturkan bentuk
keunggulan lain dari Sermani.
Proper Biru untuk
Sermani Steel
“Dalam
kaitannya dengan lingkungan, Sermani telah 10 kali predikatnya biru,” Pak Hedi
menjelaskan bentuk konsistensi dan komitmen Sermani terhadap lingkungan. Proper
kategori Biru adalah pemberian predikat dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk
usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengeloaan lingkungan yang
disyaratkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Bloggers bertemu Pak Frits dan Pak Hedi. Foto: Abby Onety. |
“Ke
depannya menuju hijau, mudah-mudahan menjadi green product untuk Sermani,” lanjut Pak Hedi. Usaha yang patut
diacungi jempol karena tidak gampang mendapatkan penilaian tersebut.
Keunggulan-keunggulan
Lain
Well, dari paparan yang saya catat di atas,
bisa dilihat keunggulan dari Sermani Steel ini banyak sekali. Masih ingin saya
tambahkan di sini beberapa lagi, dari sisi produknya:
- Daya tahan seng Sermani sampai 15 tahun.
- Karena terjaga ketebalannya (0,2 mm sesuai SNI) maka seng Cap Jonga Merah lebih tebal dan berat daripada seng merek lain.
- Proses produksi seng melalui pencelupan (galvanized) dengan suhu mencapai 500 derajat Celsius untuk memastikan seluruh lembaran sel terlapisi dengan baik.
- Galvalume yang diproduksi anti rayap, tahan terhadap karat dan api, kuat, dan ringan.
- Galvalume ini tampilannya lebih modern, mudah dan ringkas proses pemasangannya.
- Galvalume Sermani ramah lingkungan dan bisa digunakan untuk semua jenis atap bangunan.
Seng Cap Jonga Merah (perhatikan logo berwarna merahnya) dan Galvalume produksi Sermani Steel. Foto: Atik Muttaqin. |
Bloggers foto bersama sebelum buka puasa |
Mengetahui
ini semua secara lebih dekat, sebagai warga Makassar saya ikut bangga dan
sedikit menyayangkan mengapa baru mengetahui semua informasi ini. Maka dari
itu, saya tulis dan sebarkan di blog ini agar khalayak tahu kualitas sesungguhnya
dari Sermani dan seng cap Jonga Merah-nya. Kita semua pasti paham, bertahan
hampir 50 tahun itu tak mudah. Entah badai apa saja yang sudah dilalui Sermani di
sepanjang usianya. Kembali saya mengutip ucapan Pak Hedi: “Harapannya, dengan
membangun Sermani tidak ada bedanya dengan membangun daerah kita sendiri.”
Membangun seperti apa yang dimaksud? Ya tentu saja dengan menggunakan produk
lokal dari daerah sendiri yang kualitasnya bisa diuji ini.
Makassar, 23 Mei 2018
Share :
Perusahaan ini boleh di kata sudah legend. Saya masih teringat seng cap jonga sejak masih kecil sdh lekat dalam ingatan.
ReplyDeleteSampai skg seng ini masih tetap di hati masyarakat di kampung saya karena kualitasnya yang memang benar2 bagus sesuai SNI.
Toss sebagai orang seusia ^__^
DeleteIya, saya juga ingat sekali ini capnya karena memakassar sekali ki istilahnya.
Wah keren banget ya kak bisa bertahan sampai 50 tahun gitu.
ReplyDeleteKalo bukan karena kualitas pasti gak bakalan seperti itu :)
Yes, benar. Kualitas bikin perusahaannya mampu bertahan.
DeleteBukan orang makassar, jd baru tau hehe... Keren ya perusahaannya, semoga makin sukses lg :)
ReplyDeleteAamiin. Makasih Mbak Lia :)
DeleteMungkin Bimo mengira mereknya RUSA, ya. Padahal mereknya JONGA, andai tahu mereknya JONGA MERAH, nah pasti ngeh kalo ini dari Makassar ji. :D
ReplyDeleteSeng andalan itu dek Niar.
ReplyDeleteSampai sekarang masih seng merek itu yang nangkring di atap rumahku.
Kuat mantong dih, Kak.
DeleteDuluuu, jamanku SMA kalau janjian dengan teman di daerah Tello, selalunya di sini, depan Sermani. Teduh ki. Berpuluh tahun kemudian pi baru bisa injakkan kaki di halamannya :D
ReplyDelete