Sermani Steel, Lebih dari Sekadar Seng Cap Jonga Merah

Yang sepantaran dengan saya, jika lahir dan besar di Makassar, kemungkinan pernah lekat dengan istilah “SERMANI STEEL”, “seng cap Jonga Hitam” yang kemudian berubah menjadi “seng cap Jonga Merah” (keterangan: jonga berarti rusa dalam bahasa Makassar). Kemungkinan juga yang sepantaran dengan saya ini mengira kalau Sermani Steel ini sudah tak beroperasi. Padahal kenyataannya, sejak berproduksi pada tahun 1970, perusahaan joint venture antara orang Makassar dan Jepang ini masih bernapas hingga saat ini.


Saya menyaksikan sisi lain dari denyut kehidupan Sermani Steel ketika menghadiri undangan buka puasa bersama keluarga besar Sermani Steel dengan masyarakat sekitar pada tanggal 20 Mei lalu. Acara buka puasa tahunan ini kembali mengundang anak-anak panti asuhan di Makassar dan blogger dan menghadirkan ustadz Ashar Tamanggong sebagai penceramah. Di sini baru saya tahu juga kalau perusahaan ini sering mengadakan kegiatan CSR. Sayangnya, kurang terpublikasikan di media sosial.

Kepemilikan Saham Didominasi Putra Daerah Makassar


Pak Hedi Sukarsa – GM Personalia dan Umum dan Pak Frits G. Tambun – Marketing Manager PT. Sermani Steel menemui saya dan teman-teman blogger di sebuah ruangan sebelum acara berbuka puasa. Kami mendengarkan kedua bapak berpembawaan hangat ini menuturkan tentang PT. Sermani Steel dan seng cap Jonga Merah. Di ruangan inilah baru saya kenal lebih dekat lagi dengan perusahaan dengan produk yang dulu pernah merajai distribusi seng di tanah air ini. Termasuk bahwa ternyata kepemilikan saham di perusahaan ini adalah 50% dimiliki oleh keluarga Syamsuddin Daeng Mangawing, 25% oleh Marubeni (setelah bergabung dengan Itochu namanya menjadi Marubeni-Itochu Steel), dan 25 persennya lagi milik Nippon Kokan (sekarang menjadi JFE Steel).

Yang menjabat sebagai direktur utamanya sekarang adalah Pak Rudy S. Syamsuddin, anak bungsu dari almarhum Bapak Syamsuddin Daeng Mangawing. Well, nama keluarga ini sudah lama akrab di telinga saya. Seorang sahabat saya sejak SMP merupakan kerabat dekatnya dan salah seorang senior saya di kampus dulu merupakan salah seorang cucu dari Bapak Syamsuddin Daeng Mangawing.

Pak Frits dan Pak Hedi

Sermani Unggul dengan Konsistensinya Menerapkan SNI


Dulu Sermani produksinya masih manual, dengan dua mesin, produksinya 30.000 ton per tahun. Dulu, produk dari Sermani sangat terkenal dan banyak konsumen loyalnya. Seiring waktu, dengan makin banyaknya pesaing yang masuk ke dalam industri seng maka tak ada jaminan loyalitas lagi karena banyak yang beralih ke pesaing Sermani. Padahal produk lain itu pada kenyataan di lapangan, produknya tidak benar-benar sesuai standard SNI.

Berbeda dengan Sermani yang hingga sekarang masih konsisten menerapkan SNI. Untuk ukuran plat baja 0,2 mm, memang benar-benar segitu ukurannya. Sementara produk pesaing banyak yang sudah menurunkan kualitasnya dengan menurunkan ketebalan hingga menjadi 0,18 mm, 0,17 mm, bahkan ada yang tinggal 0,14 mm makanya produknya lebih murah.

Varian Produk Sermani Steel


Pada tahun 2011, dari 2 mesin Sermani menggunakan 1 mesin dengan kapasitas produksi terpasang yang lebih besar, yaitu 40.000 ton per tahun. Namun rata-rata produksi per tahunnya  15.000 – 20.000 ton per tahun karena turunnya permintaan pasar. Walaupun demikian, masih ada optimisme ke depan, masa depan Sermani adalah pada produksi Galvalume. Saat ini Sermani sudah jual Galvalume, yaitu Spandeck – baja ringan. Spandeck pun macam-macam, ada yang silver dan ada yang warna. Baja ringan ada Kanal C, Reng, dan Hollow. Di samping itu produksi seng akan tetap ada dan ada kemungkinan ke depannya Sermani akan membangun pabrik baru lagi.

Suasana menjelang buka puasa
Pak ustadz memberikan tausiyah. Foto: Dawiah.

ISO 9001 dan Manfaat Bagi Masyarakat Setempat


Untuk pabrik seng Cap Jonga Merah yang sedang berjalan, selain pakem SNI, juga menggunakan ISO 9001 (ISO tentang manajemen). Produk Sermani tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Mulai bentuk sampai pelapisan, semua sama. Sermani di Sulawesi Selatan masih menjadi market leader. Masih menguasai pasar.

“Mudah-mudahan dukungan masyarakat membangun Sermani sebagai milik sendiri. Dalam arti perusahaan seng di Sulawesi Selatan, bahkan di seluruh Sulawesi hanya Sermani, tidak ada yang lain. Harapannya, dengan membangun Sermani tidak ada bedanya dengan membangun daerah kita sendiri. Keuntungan Sermani akan kembali ke masyarakat karena Sermani membayar pajak kepada pemerintah untuk masyarakat kita. Kedua, kualitas produk Sermani tidak terkalahkan dengan produk-produk dari Jawa. Ketiga, tenaga kerja yang ada di Sermani hampir 100% berasal dari Sulawesi Selatan. Saat ini Sermani masih dipercaya membantu program pemerintah – Bedah Rumah di seluruh Sulawesi Selatan, bahkan di Sulawesi Tengah,” secara panjang lebar Pak Hedi menuturkan bentuk keunggulan lain dari Sermani.

Proper Biru untuk Sermani Steel


“Dalam kaitannya dengan lingkungan, Sermani telah 10 kali predikatnya biru,” Pak Hedi menjelaskan bentuk konsistensi dan komitmen Sermani terhadap lingkungan. Proper kategori Biru adalah pemberian predikat dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengeloaan lingkungan yang disyaratkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bloggers bertemu Pak Frits dan Pak Hedi. Foto: Abby Onety.

“Ke depannya menuju hijau, mudah-mudahan menjadi green product untuk Sermani,” lanjut Pak Hedi. Usaha yang patut diacungi jempol karena tidak gampang mendapatkan penilaian tersebut.

Keunggulan-keunggulan Lain


Well, dari paparan yang saya catat di atas, bisa dilihat keunggulan dari Sermani Steel ini banyak sekali. Masih ingin saya tambahkan di sini beberapa lagi, dari sisi produknya:
  • Daya tahan seng Sermani sampai 15 tahun.
  • Karena terjaga ketebalannya (0,2 mm sesuai SNI) maka seng Cap Jonga Merah lebih tebal dan berat daripada seng merek lain.
  • Proses produksi seng melalui pencelupan (galvanized) dengan suhu mencapai 500 derajat Celsius untuk memastikan seluruh lembaran sel terlapisi dengan baik.
  • Galvalume yang diproduksi anti rayap, tahan terhadap karat dan api, kuat, dan ringan.
  • Galvalume ini tampilannya lebih modern, mudah dan ringkas proses pemasangannya.
  • Galvalume Sermani ramah lingkungan dan bisa digunakan untuk semua jenis atap bangunan.

Seng Cap Jonga Merah (perhatikan logo berwarna merahnya) dan
Galvalume produksi Sermani Steel. Foto: Atik Muttaqin.
Bloggers foto bersama sebelum buka puasa

Mengetahui ini semua secara lebih dekat, sebagai warga Makassar saya ikut bangga dan sedikit menyayangkan mengapa baru mengetahui semua informasi ini. Maka dari itu, saya tulis dan sebarkan di blog ini agar khalayak tahu kualitas sesungguhnya dari Sermani dan seng cap Jonga Merah-nya. Kita semua pasti paham, bertahan hampir 50 tahun itu tak mudah. Entah badai apa saja yang sudah dilalui Sermani di sepanjang usianya. Kembali saya mengutip ucapan Pak Hedi: “Harapannya, dengan membangun Sermani tidak ada bedanya dengan membangun daerah kita sendiri.” Membangun seperti apa yang dimaksud? Ya tentu saja dengan menggunakan produk lokal dari daerah sendiri yang kualitasnya bisa diuji ini.

Makassar, 23 Mei 2018



Share :

10 Komentar di "Sermani Steel, Lebih dari Sekadar Seng Cap Jonga Merah"

  1. Perusahaan ini boleh di kata sudah legend. Saya masih teringat seng cap jonga sejak masih kecil sdh lekat dalam ingatan.

    Sampai skg seng ini masih tetap di hati masyarakat di kampung saya karena kualitasnya yang memang benar2 bagus sesuai SNI.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss sebagai orang seusia ^__^
      Iya, saya juga ingat sekali ini capnya karena memakassar sekali ki istilahnya.

      Delete
  2. Wah keren banget ya kak bisa bertahan sampai 50 tahun gitu.
    Kalo bukan karena kualitas pasti gak bakalan seperti itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, benar. Kualitas bikin perusahaannya mampu bertahan.

      Delete
  3. Bukan orang makassar, jd baru tau hehe... Keren ya perusahaannya, semoga makin sukses lg :)

    ReplyDelete
  4. Mungkin Bimo mengira mereknya RUSA, ya. Padahal mereknya JONGA, andai tahu mereknya JONGA MERAH, nah pasti ngeh kalo ini dari Makassar ji. :D

    ReplyDelete
  5. Seng andalan itu dek Niar.
    Sampai sekarang masih seng merek itu yang nangkring di atap rumahku.

    ReplyDelete
  6. Duluuu, jamanku SMA kalau janjian dengan teman di daerah Tello, selalunya di sini, depan Sermani. Teduh ki. Berpuluh tahun kemudian pi baru bisa injakkan kaki di halamannya :D

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^