Lanjutan dari tulisan sebelumnya (Noise danAura Negatif dalam Muatan Positif Penyuluhan untuk UMKM di Pasar Segar)
Bapak
pemateri pertama menceritakan tentang program peningkatan “ekonomi lorong” dari
walikota Makassar – Bapak Danny Pomanto. Hal ini urgent karena fenomena mart modern
telah membunuh gadde-gadde (warung-warung
kecil) milik warga setempat. Sekilas, mart-mart
ini kelihatan menaikkan pendapatan asli daerah padahal mereka mematikan gadde-gadde. Pemerintah kota yang sebelumnya
memang membiarkan tumbuh suburnya banyak mart
modern. Tak ada aturan jarak minimal. Hanya dalam beberapa meter, di
sepanjang jalan bisa ada dua mart berdampingan.
Mart-mart ini pun bukan hanya
berlokasi di jalan besar, mereka menginvasi ke dalam perumahan-perumahan
sederhana. “Begal adalah refleksi ekonomi lorong yang mati,” lanjut bapak
tersebut.
Registrasi di hari kedua |
“Koperasi
produksi lorong” akan dibentuk oleh pemerintah kota. Sentra-sentranya terletak
di lorong-lorong, per kelurahan. Standar produksinya akan diatur. “Silakan
dikerja di lorong tapi standarnya mendunia,” pesan bapak pemateri.
Udara
terasa lebih dingin dan semakin dingin. Angin berembus lebih kencang. Tak
berapa lama, hujan pun turun membasahi bumi. Makin lama makin deras hingga
merembes dari sela-sela tenda. Rupanya banyak titik-titik kebocoran di tenda
yang mengatapi para peserta penyuluhan. Saya mengikuti gerakan para peserta
lain: maju-mundur, geser kiri-kanan untuk menghindari tetesan air dari atas
kami. Apa daya, beberapa orang terpaksa meninggalkan tempat duduknya karena mau
bergeser ke mana pun, yang dirasakan adalah “maju kena, mundur kena”.
Suara
adzan zuhur dari masjid di belakang Pasar Segar makin membuat suara dari arah
depan tak terdengar. Sebagian peserta sudah mau berlalu dari tempat duduknya
setelah MC menyampaikan agenda esok hari. Tak ada pemberitahuan acara hari ini dan
esok sampai jam berapa berlangsungnya. Saya tengah bersiap-siap untuk ikut angkat
kaki ketika MC memanggil kami kembali. Oh, rupanya acaranya belum selesai.
Masih ada satu materi lagi.
Masih
harus menunggu kira-kira 45 menit sampai materi kedua diberikan. Kali ini
materi motivasi. Saya tak mendengar nama sang pemateri disebutkan. Entah karena
memang tidak disebutkan oleh MC atau karena noise
yang terlalu banyak.
Di hari kedua tempat duduk saya sudah lebih dekat ke pemateri. Dari sini noise-nya minimal. |
Bapak
pemateri kedua berusaha membangkitkan motivasi para peserta. Ia menceritakan
kisah-kisah pengusaha kecil yang sukses dengan keuletan dan kreativitasnya.
Para peserta semakin gelisah. Banyak yang sudah ingin pulang saja bawaannya. Ketika
giliran pertanyaan terakhir diberikan kepada seorang ibu, beberapa peserta
mencegahnya, “Jangan maki’ bertanya,
Bu! Besok pi. Jam berapa mi ini. Mau maki’ pulang!”
Si ibu
– penanya terakhir itu bertanya tentang bantuan modal KUR yang dijanjikan
pemerintah kota. Berapi-api dia menyuarakan tanya di benaknya. Sebelumnya, saya
mendengar ibu tersebut bercerita kepada peserta lain bahwa tahun 2015 ini pedih
sekali dalam perjalanan usaha jahit yang sudah 40 tahun digelutinya. Ia hendak
menagih janji pemberian kredit dari pemerintah yang katanya tak kunjung turun
sementara Kabupaten Pangkep sudah memberikan kredit bagi lebih dari 900 UMKM di
daerahnya.
Saya
tak menyimak lagi kelanjutan acara karena saya bergegas ke masjid untuk shalat
zuhur. Pertanyaan ibu – penanya terakhir itu baru terjawab keesokan harinya.
Pada hari kedua ada informasi tentang satu bantuan kredit yang masih tersisa di
tahun 2015 untuk UMKM, yaitu dari Bank Mandiri.
Hm, berarti kemampuan para pelaku
UMKM dalam mencari informasi harus ditingkatkan. Jangan asal men-judge
pemerintah saja.
Pak
Idris – pemateri di hari kedua menyampaikan bahwa BRI sudah selesai menyalurkan
bantuan kreditnya. Untuk tahun ini, para pengusaha UMKM masih bisa mengandalkan
Bank Mandiri. Syaratnya ringan. Untuk pinjaman sebesar Rp. 1 – 25 juta
pengembaliannya 2 tahun. Untuk Rp. 25 juta ke atas di atas 3 tahun. Tentunya
tergantung kelayakan usahanya.
Pak
Idris yang juga membina “pedagang tumpah” di Jl. Metro Tanjung Bunga ini
mengingatkan para pengusaha kecil dan menengah ini untuk serius dalam membina usahanya.
Deperindag, Depsos, dan Disnaker juga membina UKM. Dinas Koperasi mengusahakan
galeri bagi UKM, salah satunya di bandara. Jika bisnis tak berkembang,
bertanyalah kepada ahlinya, kenapa begitu-begitu terus.
KREATIVITAS
adalah hal yang ditekankan Pak Idris dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Berkreasilah sebisa mungkin. Jangan mempertahankan penampilan yang
begitu-begitu saja sejak dulu hingga sekarang. Kalau begitu-begitu saja
penampilan (produknya), bagaimana bisa bersaing. Dalam kemasan dicantumkan
bagaimana menghubungi owner pemilik
bisnis supaya mudah dihubungi jika ada yang ingin memesan.
PEKA
terhadap peluang. Misalnya saat ada car
free day di sebuah wilayah, beberapa pengusaha makanan bisa bergabung
membentuk koperasi, membeli etalase dan meletakkan etalasenya setiap car free day berlangsung. Hal itu adalah
peluang besar. Dengan berkoperasi, sama-sama menjadi lebih ringan.
Di
tahun 2016 nanti akan ada bantuan berupa barang dari walikota Makassar.
Tentunya akan ditinjau terlebih dahulu UKM yang akan menerimanya. Pak Idris
juga menyampaikan kesediaannya diundang untuk pembinaan kelompok-kelompok
masyarakat seperti majelis taklim yang ingin berusaha.
Kripik Pisang Ijou, saya membelinya dari seorang pelaku UMKM. Rasanya unik. yang ini rasa stroberi dan rasa pisang ijou. |
Di
hari kedua ini acara berlangsung hingga setengah hari saja. Saya tak mendengar
lagi gerutuan pada hari ini. Acara berlangsung cepat dan ada informasi mengenai
cara mendapatkan bantuan kredit, mungkin itu alasannya.
Saya berkesempatan
ngobrol sejenak dengan Ibu Suryanti Qalsum – Kepala Bidang Pendidikan dan
Penyuluhan. Saya ingin tahu bagaimana materi internet diberikan pada penyuluhan
UMKM. Kata ibu Suryanti, untuk UMKM ya seperti ini penyuluhan yang
diselenggarakan (tatap muka – satu arah, seperti yang saya saksikan selama dua
hari ini). Saya sedikit bercerita tentang orang-orang yang sukses memasarkan
produknya melalui Facebook. “Materi pemasaran melalui internet, kayaknya pernah
diberikan,” kata Ibu Suryanti ramah.
Hm, mengapa saya menanyakan hal
tersebut adalah karena saya teringat pada komitmen saya terhadap materi diskusi
ketahanan pangan pada Festival Forum KTI VII bulan lalu. Sayang saja kalau di
masa sekarang, masih banyak orang yang belum menggunakan media sosial untuk
memasarkan bisnisnya. Ketahanan pangan kan berhubungan juga dengan kemampuan
warga kecil dalam mengolah makanan/penganannya sendiri dan memasarkannya. Saya
pikir Dinas Koperasi atau pemerintah bisa menjadi fasilitator dalam memberikan
pendidikan dan penyuluhan kepada para pelaku UMKM. Saya pikir ...
Makassar, 25 Desember 2015
Baca juga:
- Petani Salassae Mewujudkan Ketahanan Pangan
- Ketika Satu Sama Lain Saling Melengkapi dalam Keragaman (tentang diskusi mengenai ketahanan pangan di Festival Forum KTI VII).
- HIT Obat Nyamuk dan Voucher Keberuntungan
Share :
Bersambung lagi kah, Mbak? ;D
ReplyDeleteEdisi penyuluhan ini sampai di sini saja, Mbak Nisa hehehe
Deletepostingannya ketjeh Mak :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca ya Mak :)
DeleteAiihh kereeennn kaakk (y)
ReplyDeleteSiapa? Saya?
Delete*Plak*
:D
Tulisanmu selalu berlimpah informasi Niar. Rajinnya dirimu membuat reportase seperti ini. Hebat.
ReplyDeleteSekadar sharing, Mbak Ade. Siapa tahu ada manfaatnya buat anak-cucu saya kelak atau buat orang lain. Makasih yaa sudah mampir di sini, Mbak Ade :*
Deletesuka susah yaa hadirin mengikuti acara beginian, padahal bermanfaat sekali, kayak kelas parenting di sekolah nai, sedikit peminatnya hiks...
ReplyDeleteWeh koq bisa sedikit peminatnya, ya Mbak Dedew?
DeleteKredit UMKM bunganya berapa mba, dikasih tau ngga?
ReplyDeleteNol koma lima sekian persen, Mbak Rahmi
Deletemart modern telah membunuh gadde-gadde (warung-warung kecil) milik warga setempat
ReplyDelete>>> iya sedih dengan fenomena ini
sepertinya ada peraturan mengenai distribusi pasar modern dan tradisional tapi kok tidak dilaksanakan ya...
Nah, itu dia juga pertanyaannya, Mbak
Deletebagusnya acaranya kak, undangan khusus inikah?
ReplyDeleteAih Hima, mau kuajak ki' tapi nomor ta' ndak bisa dihubungi :(
DeleteKeren idenya Mba.Semoga makin banyak rakyat yang bisa bertumbuh ekonominya.
ReplyDeleteAamiin
DeleteBanyak juga kredit yg dikucurkan tidak terpakai utk usaha secara optimal. Mungkin harus membentuk koperasi spt yg dimaksud ya, mbak. Bikin kelompok kecil, ikutan aktif di CFD ,biar bersenang modalnya dan nggak macet. Jadi bisa diputar lagi utk pengusaha UKM lain.
ReplyDeleteYup, mungkin bisa begitu, Mbak.
DeleteIya, banyak yang macet katanya.