Asti Husain, adalah ilustrator yang dipilih penerbit buku 99 Mutiara Hijabers. Sebelum menerima tawaran menjadi ilustrator buku karya Kang Maman itu, Asti hampir saja berangkat ke Afrika Selatan. Dirinya terpilih bersama 199 pelukis perempuan berbakat lainnya di seluruh dunia untuk mengikuti sebuah event internasional pelukis di sana. Namun saat melihat foto Asti berkerudung, pihak panitia keberatan.
“Bisakah
penutup kepala itu dilepas?” begitu permintaan panitia. Asti menolak.
Berkerudung adalah bagian dari keyakinannya. Tak mungkin dilepas-pasang
seenaknya. “Kalau begitu bisakah diganti turban?” pihak panitia kembali
menawar, meminta kain hijab penutup kepala Asti diganti dengan kain khas
penutup kepala orang Afrika. Tentu saja Asti menolak. Alhasil, Asti dibatalkan
ikut event tersebut. Penolakan itu
sebenarnya pukulan yang cukup keras tapi bagi Asti, berhijab sebagai bagian
dari keyakinan, tak dapat ditawar-tawar.
Kang Maman, Asti Husain, dan Husein (host Gramedia MaRI) |
Datangnya
tawaran menjadi ilustrator buku 99 Mutiara Hijabers, menjadi pengobat penolakan
itu. Kang Maman memberikan keleluasaan baginya untuk berekspresi. Kang Maman percaya
pada kemampuan Asti meski baru saja bekerja sama dengannya karena telah
menemukan chemistry melalui “frekuensi”
yang sama – sama-sama dibesarkan oleh orang tua yang single parent.
Setelah
itu, proses pengerjaan ilustrasi bukan tanpa ujian. Asti harus menyelesaikan 44
ilustrasi dalam 2 minggu. Tak dinyana, suaminya sakit. Asti harus membagi
perhatian, waktu, dan tenaga. Namun tekad Asti amat kuat untuk menyelesaikan
proyek buku pertamanya. Do’a terus-menerus dipanjatkannya. Allah memberikan
perkenan-Nya. Tugas Asti selesai pada waktunya.
Begitu
ada kesempatan bertanya, saya langsung mengacungkan tangan. Saya ingin tahu bagaimana kedua orang hebat ini memproses/menghadirkan ide. Kang Maman dalam waktu yang belum begitu lama baru saja menerbitkan
buku (kalau tidak salah 2 buku), saat ini menerbitkan dua buku lagi yang
masing-masingnya dikerjakan selama 1 bulan. Ilustrator buku ini mengerjakan 44
gambar dalam tempo 2 minggu. Amazing. Psst
... sebenarnya, ada maksud saya bertanya demikian, untuk menjustifikasi
keyakinan bahwa ide itu akan semakin deras mengalir ketika kita semakin sering “menjaring
ide” di sekeliling (dan saya mendapatkan justifikasi itu).
Host-nya kurang adil kali ini. Mbak Astinya
belum menjawab, sudah main kasih kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya
dan parahnya .... saya tak bisa mencegahnya L. Untungnya Mbak Asti akhirnya
menjawab pertanyaan saya.
Sesi tanda tangan buku |
Nah, mau
tahu bagaimana mereka memproses/menghasilkan ide?
Bagi
Kang Maman: “setiap detik kehidupan
adalah ide”. Bangun tidur, ia terbiasa langsung menulis. “Tak ada kata susah kalau buka mata, buka
telinga,” tandasnya lagi. Nenek dan ibunya adalah pemantik ide buku 99
Mutiara Hijabers. Setelah itu, putri dan istrinya. Lalu keluarga dekat dalam
grup BBM-nya. Akhirnya “perempuan dan hijab” menjadi benang merahnya, dan ide
bermunculan ketika ia merenungkan berbagai hal. “Jangan memikirkan hal-hal besar,” ucapnya. “Karena hal-hal kecil di sekeliling kita pun adalah ide” begitu
kira-kira maksud Kang Maman.
No Tulen Cakeppp 2 |
Untuk
bisa menulis dengan baik, selayaknyalah disertai dengan banyak membaca. Kang Maman berusaha menamatkan membaca satu buku
dalam tempo tiga hari. Buku apa saja. Dengan demikian ia mendapatkan banyak
sumber inspirasi.
Bersama
Mbak Asti yang juga “perempuan” dan “berhijab”, ide Kang Maman menjelma menjadi
buku. Mbak Asti sendiri mendapatkan ide
dan inspirasi dari mana saja. Bisa dari toko permen atau toko baju saat ia
menikmati warna-warni peremen dan pakaian yang ada di sana. Bisa juga dari
putrinya yang memberikan masukan dalam pencampuran warna. Atau pengalamannya
sendiri dengan hijabnya.
Misi
Kang Maman bukan hanya promo buku. Selain di Makassar, selama 5 hari, Kang
Maman dan Mbak Asti juga mengunjungi beberapa tempat di Sulawesi Selatan,
hingga ke Sulawesi Barat. Perjalanan ini juga dalam rangka mendukung program perpustakaan
swadaya di Sulawesi Barat. Bagi Kang Maman, buku bukan hanya sebagai sumber income. Ada syi’ar iqra’ melalui buku. Menurut Unesco, minat baca di Indonesia
hanya sepersepuluh ribu persen. Rendah sekali!
Tanda tangan buku |
Kang
Maman kemudian menceritakan kisah seorang ibu, gembong narkoba yang jadi suka
membaca sejak ia membawakan buku-buku bacaan ke dalam penjara. Ibu itu peramu
narkoba terenak di Indonesia. Ibu tersebut bercita-cita, sekeluarnya dari
penjara ingin menjadi penulis. Kang Maman merasa, ia turut bertanggung jawab
mencarikan pekerjaan bagi ibu ini. Sebab kalau tidak, jaringan besar narkoba
akan menyeretnya kembali ke dunia hitam.
Mendengar cerita-cerita kehidupan
yang mengalir dari Kang Maman, membuat saya berpikir, bagaimana caranya lelaki
ini bisa melakukan dan memikirkan banyak hal?
Setelah
99 Mutiara Hijabers dan No Tulen Cakeppp 2, rencananya dalam waktu dekat akan
ada lagi buku yang bakal terbit. Di antara buku-bukunya yang sudah terbit, ada
yang hendak difilmkan. Novel Re akan difilmkan di luar negeri. Ada pula yang
hendak difilmkan di dalam negeri (sayang, saya lupa judulnya).
99 Mutiara Hjabers |
Lelaki yang berperan di balik layar program televisi Indonesia Lawak Klub ini sedang melakukan penelitian kepada 15 pekerja seks untuk sekuel buku Re.
Buku Re menceritakan seorang pekerja seks (Re) yang terperangkap dalam jebakan
jaringan prostitusi. Membayar biaya yang dibebankan sebagai hutang pribadi
sejumlah puluhan juta rupiah atau mati, itu pilihannya. Bila hendak keluar dari
jaringan itu, dengan cara yang “benar” sekali pun, nyawa selalu menjadi
taruhannya. Bahkan nyawa Kang Maman sendiri pun menjadi taruhan.
“Mengapa
masih bertahan di tengah ancaman? Saya saja sudah mulai ‘goyang’?” seorang
mahasiswa yang juga meneliti hal yang sama dengan Kang Maman (mengenai pekerja
seksual) bertanya. Untungnya saat ditanyakan, apakah dia menyerah, mahasiswa
tersebut mengatakan “tidak”.
Novel
Re dibuat berdasarkan penelitian skripsi Kang Maman di tahun 80-an. Memasuki
dunia prostitusi yang keras, tentu tak mudah. Berbagai ancaman diterimanya.
Hingga kini, dua dekade setelahnya, Kang Maman masih melanjutkan penelitian
mengenai praktik prostitusi dengan korban ABG (anak baru gede).
Para
pekerja seks banyak yang terjebak sebagai korban. Di sebuah tempat, perempuan-perempuan
muda yang terjebak bisnis prostitusi ini dibuat menandatangani berkas kosong. Kelak
di kertas itu ditulis perjanjian yang menyatakan bahwa mereka harus membayar
sebesar 80 juta rupiah atau dibunuh. Keduanya bukan pilihan yang enak.
Pada
penelitian yang tengah dilakukannya Kang Maman mendapati, usai sekolah
perempuan-perempuan belia itu menuju mal dan berganti pakaian di toilet mal. Di
8 mal di Jakarta, ia menemukan toilet umum sebagai tempat mangkal perempuan-perempuan
muda yang menjadi pekerja seks komersial. Sebagian dari mereka diantar oleh ibu
kandung sendiri.
Ada
banyak sekali masalah perempuan di negara ini. “Tiap hari dua belas perempuan
diperkosa, korbannya mulai usia bayi sampai nenek-nenek. Tiap hari ada dua
puluh kasus KDRT,” urai Kang Maman saat menceritakan mengenai buku No Tulen Cakeppp 2 yang inspirasinya
dari kasus-kasus yang menimpa perempuan.
“Permasalahan perempuan bukan hanya
permasalahan perempuan saja, melainkan merupakan permasalahan kemanusiaan.
Laki-laki juga harus berpikir tentang itu,” imbuhnya lagi.
Kang
Maman merasa berdosa bila membiarkan saja semua permasalahan yang diketahuinya.
Dengan menulis, ia berharap akan ada jalan keluar yang lebih baik bagi para
korban dan bagi kita semua. “Jangan
pernah mengatakan rumah kita bersih padahal got kita mampet,” ucap Kang
Maman.
Kalimat
yang maknanya dalam. Secara tak langsung, kalimat itu menunjukkan kepada kita
bahwa permasalahan sosial di sekitar kita sebenarnya bisa berdampak kepada
kehidupan kita jika kita mengambil sikap tak peduli.
Makassar, 3 September 2015
Selesai
Share :
Kang Maman... loncing juga doong di Semarang :)
ReplyDeleteBetul kang Maman hal2 kecil di sekililing kita adalah ide. Tapi sayangnya kita sering ngga peka yaa
Kang Mamannya jawab di bawah, tuh Mbak Rahmi :)
DeleteLoncing di Jakarta udah belon ya? Jangan2 aku terlewat nih event ini
ReplyDeleteBiasanya di Jakarta lebih dulu, kan Mbak Ade?
DeleteTgl 5/9 sy dan asti hadir di mainstage Indonesia International Book Fair 2015, di JCC jam 17-18.30 WIB. Ayo dtg, kt share. Jg ada games yg hadiahnya menarik. Produk2 @shoutcap , sy akan beri pelatihan menulis utk 2 org/komunitas scr gratis, asti akan beri tiket pelatihan paintingnya, dan guratan tangan asli Asti yg ada flm buku #99MutiaraHijabers.
DeleteWaah menarik sekali
DeleteNoted
DeleteMauuuuuu....
ReplyDeleteBeberapa teman berkomentar, minta di-launching di kota mereka juga, Kang Maman :)
DeleteMau banget
ReplyDeleteIkut acara launching buku juga bisa menjaring banyak ide sebenarnya ya mbak Niar?.
ReplyDeleteHuuffft masalah2 yang diangkat bikin kita ikut berpikir tentang nasib orang lain atau kehidupan mereka yang tak mudah.. Jangan pernah mengatakan rumah kita bersih padahal got kita mampet. Ngena banget bahasanya!
terimakasih sudah berbagi mbak
Bisa bangeet :)
DeleteYup, kena ... cukup telak!
keren ya... bukan hanya berhasil menjaring ide, tp jg mencoba mencari solusi utk masalah2 di sekitar...
ReplyDeleteYup, seperti itu
Deleteloncing di banjar juga sini:D haha
ReplyDeleteBarangkali kota berikutnya Banjar? :)
DeleteAduh mau banget. Nanti kuusulkan ke penerbitku. Oh iya, ini Banjar *Jabar atau Banjarmasin?
Deletebanjarnegara, kora kecil di jawa tengah:)
DeleteMudah2a dibaca oleh Kang Maman :)
DeleteKang maman itu keren, ilustrasinya jg berwarna. Bagus
ReplyDeleteBukunya keren sangad Jiah, ilustrasinya keren2
DeleteTerimakasih...
DeleteSepertinya bukunya bagus sekali ya mbak.Jadi penasaran dengan bukunya nih.
ReplyDeleteYuk dibeli, Mbak :)
DeleteThanks atas semua komentarnya,
ReplyDeleteThanks Mugniar yg baik.
Alhamdulillah, hari ini (3/9) dua bln stlh launching (4/7), satu penerbit di Selangor, Malaysia tlh menandatangani kontrak membeli rights #99MutiaraHijabers utk dicetak dan dipasarkan di Malaysia. Sy dan Asti jg mempersiapkan tambahan gbr/ilustrasi utl cetakan kedua dr buku ini. Terimakasih atas dukungannya.
Alhamdulillah, moga berkah berlimpah, Kang Maman. Waah sudah mau cetak yang kedua kali? Luar biasa. Semoga Kang Maman dan Mbak Asti makin menginspirasi dan sehat selalu
DeleteKerenn sukses buat kang maman
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah berkunjung
Deleteilustrasinya kerennn..proud buat mba asti yang g jadi keafrika dan dapat rejeki gambar dibuku ini
ReplyDeletepengen cari ah kegramed
Hayuk Mak
Deletekeren, mau banget donk :)
ReplyDeleteKeren, Mbak :)
Deletemau ikut2 minta dilaunching di madiun. yee...ngimpi... :-(
ReplyDeleteAamiin, siapa tahu mau ke Madiun setelah cetakan kedua, Mak :)
DeleteBuku-buku kang maman memang keren dan menyentuh mbak niar
ReplyDeleteIya Pak Edi, Pak Edi sudah punya bukunya berarti yaa
DeleteParagraf terakhirnya ngena banget mak Mugniar.
ReplyDeleteKang Maman, ditunggu di Bandung. (udah belum ya? apa saya kelewat ya?)
Iya benar, pargraf terakhirnya ngena :)
DeleteNah, Kang Maman kapan ke Bandung?
Orang-orang hebat, salut juga atas prinsip Asti yang beralasan kuat untuk tak melepas hijab. Dan, hikmah lain didapat meski ada tantangan tapi dapat mengemban tugasnya dalam 2 minggu kelar. Salut!
ReplyDeleteSalut
DeleteDari bangun tidur sudah mendapat ide utk menulis. Keren Kang Maman. :)
ReplyDeleteYup ...
DeleteKang Maman, menambah referensi tentang fakta kejahatan terhadap perempuan..jaringan prostitusi itu tampak begitu kuat,,lebih kuat dari pihak keamanan. sebab mereka terus dan terus berkembang, kayak nggak tersentuh..ngeri ya mbak..trima kasih atas sahringnya mbak
ReplyDeleteKang Maman meneliti, Mbak Eva ...
DeleteDan .. yah ... mengapa jaringan besar itu sulit tersentuh hukum ya ..
Masyaa Allah yaa kang maman.... salut. Beliau menginspirasi mutty yg memiliki nada mimpi yg sama...
ReplyDeleteSalut juga sm mbak asti... smga istiqomah..
Aamiin, semoga tercapai ya Mutty
Deletemba asti keren banget yaa punya pendirian teguh..Inshaa Allah banyak rejeki berlimpah menggantikan batalnya beliau berangkat...ilustrasinya cantik banget...
ReplyDeleteLihat di bukunya, lebih keren lagi, Mbak ....
Delete