Lada Katokkon: Obsesi yang Kesampaian

Saya baru beberapa minggu lalu melihat wujud lada katokkon yang berasal dari Toraja. Seorang kawan berbaik hati memberikannya. Thank you, Bro Riyan.

Lucunya, saya baru mengetahui tentang lada katokkon ini kira-kira dua tahun lalu, melalui seorang kawan blogger – Myra Anastasia, nama kecilnya Chi. Saya menyapanya Mak Chi (kami sama-sama di Kumpulan Emak-Emak Blogger, saling memanggil dengan istilah “Mak”).  Mak Chi ini menge-tag saya pada foto yang diunggahnya di Facebook, menanyakan tentang cabe yang disebutnya sebagai “cabe Makassar”. Seseorang memberikan oleh-oleh cabe Makassar kepadanya. Saya bingung, saya saja belum pernah melihatnya selama hidup di Makassar. Itu cabe apa? Bentuknya kayak paprika tapi ukurannya mungil sekali, tidak sebesar paprika.

Lada katokkon
Setelah itu, saya share kembali foto cabe itu dan menanyakan kepada Facebookers. Beberapa teman menjawab pertanyaan saya. Saat itulah baru saya tahu namanya: lada katokkon. Rasa lada katokkon ini khas dan tajam. Beda dengan cabe rawit. Kalau kata orang rasanya lebih pedas, saya kira itu karena ukurannya yang jauh lebih besar daripada cabe rawit. Satu buah lada katokkon, baru sebanding dengan 3 - 4 cabe rawit pedasnya (sesuai dengan ukurannya). Rasa khasnya menimbulkan sensasi pedas tersendiri. Produsen cabe kemasan seperti B*n C*be, bagusnya meriset rasa pedas lada katokkon ini dan menjadikannya salah satu varian produknya.

Lada katokkon adalah tanaman dikotil dari suku Solanaceae. Jenisnya adalah Capsicum Annuum L. var. Sinensis. Lada katokkon mengandung zat minyak atsiri capsaicin, yaitu zat yang membuat rasanya menjadi pedas dan terasa panas di lidah.

Dabu-dabu dengan lada katokkon (kanan)
Tanaman ini endemik di Toraja yang berhawa dingin. Konon bisa saja tumbuh di daerah berhawa panas seperti Makassar tapi rasanya tidak sepedas yang tumbuh di daerah asalnya. Reaksi tiap orang yang memakannya pun berbeda-beda. Ada yang mengatakan kalau memakannya, pedasnya bukan di lidah melainkan saat buang air besar. Kalau saya, sangat menikmati rasa pedasnya yang “nendang”. Rasa khasnya benar-benar berbeda dari cabe rawit atau cabe merah mesar.

Hingga saat ini (saat persediaan lada katokkon saya masih ada di kulkas), saya mengonsumsinya dengan menjadikannya “dabu-dabu mentah” (orang Gorontalo (keluarga ibu saya) suka makan dabu-dabu mentah, yaitu sambal yang terdiri atas bawang merah, tomat, sedikit minyak goreng bekas pakai, sedikit air matang, garam secukupnya, dan cabe). Menikmati lada katokkon dalam dabu-dabu ala Gorontalo dan ikan bolu (bandeng) bakar ala Pangkep, bikin saya lupa diri. Kalau sambalnya habis, sambalnya yang ditambah. Kalau ikannya habis tapi sambalnya belum, ikannyalah yang ditambah. Susah berhenti, deh. Kalau simpanan lada katokkon saya habis, ada yang mau memberikan lada katokkonnya kepada saya? (enak saja minta, BELI!!!)

Makassar, 10 Agustus 2015

Sumber tentang lada katokkon, dari blog Pak Hariyanto dan Nurfaisyah:

  • http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2014/11/lada-katokkon-cabai-super-hot-khas-toraja.html
  • http://nurfaisyah.web.id/klasifikasi-tanaman-lada-katokkon-cabai-toraja.html


Share :

20 Komentar di "Lada Katokkon: Obsesi yang Kesampaian"

  1. Wah pengen cobain klo jadi campuran masakann rasanya gimana y

    ReplyDelete
  2. Oiya... dulu ayah saya pernah tanam cabe ini mbak tp buat tanaman hias di pot. Saya baru tau kalo namanya lada katokkon.

    Sambelnya pasti maknyus ya mbak, salam kenal.

    ReplyDelete
  3. oowhhh ini to cabenya hehehehe....kalo ada bibitnya maulah nanam,penasran hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, Mbak Hanna jauuuuh, kalo dekat bisa saya bagi biji buahnya :)

      Delete
  4. Wah jd penasaran sama rasanya...
    asli lho baru liat penampakkannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah2an suatu saat bisa ketemu lada katokkon ini ya Mak Ida :)

      Delete
  5. aahhh jadi penasaran mak sama pedesnya, mancaapp kyknya :)

    ReplyDelete
  6. disini sepertinya gak ada ya mbak. Jadi ingat cabe gendot dar daerah bandung, susah sekali carinya di Bekasi

    ReplyDelete
  7. duh sambelnya itu pasti enak ya..aku mau juga :)

    ReplyDelete
  8. Kalau yang pedas2 saya minggir aja kak :)

    Baru pertama kali dengar nama lada kotokkon, di Madiun belum pernah lihat cabe yang bentuknya seperti ini :)

    ReplyDelete
  9. Akupun meski lumayan lama tinggal di Makassar baru tahu cabe ini loh maak

    ReplyDelete
  10. baru tau kalo lada kotokan itu cabe makasar :D

    ReplyDelete
  11. wah.. kalo saya dioleh-olehin ini kayaknya bakal jadi pajangan aja gak dimakan.. soalnya saya gak suka pedas :))

    tapi unik juga ya, kalau ini hanya bisa didapat di toraja aja..

    ReplyDelete
  12. mirip Paprika ya mba...ngebayangin rasanya (penyuka pedas)

    ReplyDelete
  13. kaya tomat mini juga ya, gak nyangka kalau itu cabai

    ReplyDelete
  14. bentuk dan warnanya mirip cabe lenong ya mba, kalo org Bogor bilang sih n pedesnya bukan main

    ReplyDelete
  15. Wow.. Cocok untuk lidahku nih mbak.. Pedasnya nendang! :-)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^