Pekerja Kantoran Juga Butuh Traveling

Judul buku: Employee Traveler of the Month: Lombok Series
Penulis: Dan Sapar
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-3610-0
Ketebalan: 247 halaman

Barangkali ini satu-satunya buku traveling yang dikemas dengan cara berbeda. Seolah dua buku berjudul Employee Traveler of the Month dan Lombok Series yang saling didempetkan, penyajiannya begitu menawan karena dituliskan dengan bahasa gaul dengan selipan-selipan kelucuan khas penulisnya. Membaca setiap halamannya menimbulkan keasyikan tersendiri karena selain gaya bertutur penulisnya khas, disain buku ini menarik. Selain disain sampulnya yang sangat eye catching, ada aksen dan huruf berwarna biru yang apik mewarnai seantero halaman buku. Sungguh buku yang tidak membosankan.

Mari simak gaya bertutur penulisnya: tarif bemo ini sekali jalan jauh-dekat harganya sama yakni Rp. 3.000,00, nggak peduli mo cakepnya kayak Asmirandah sekalipun atau udah punya pacar sepuluh pun harga tetap sama. Jomblo menahun pun tarifnya tetap sama meski masang muka paling memelas sekalipun sambil bilang ke sopirnya, “Bang, saya jomblo udah sepuluh tahun!” (halaman 37).


Penulis memulai pembahasannya dengan memberikan alasan mengapa pekerja kantoran butuh traveling: traveling memiliki makna yang lebih dari sekadar gengsi. Dengan traveling diharapkan mampu membuat otak menjadi lebih segar dan badan lebih bugar, pikiran menjadi jernih, semangat kembali membara, dan produktivitas di kantor memuncak (halaman 16).

Tidak dipungkiri, bekerja sepanjang tahun menimbulkan kejenuhan. Rutinitas seorang pegawai kantoran setiap harinya didominasi oleh pekerjaan kantor. Tak jarang saat istirahat siang ataupun sepulangnya ke rumah, beban pekerjaan masih menggelayuti pikiran. Maka mengalokasikan waktu untuk traveling adalah cara yang mengasyikkan untuk recharging energi.

Alokasi biaya tentu saja merupakan hal penting dalam merencanakan traveling. Penulis membagi kiatnya dalam memaksimalkan tabungan (halaman 17), mengalokasikan gaji (halaman 19), dan skala prioritas (halaman 20). Menurutnya, dengan uang Rp. 2 juta traveling bisa dilakukan dari Jakarta ke Bali atau Lombok, bahkan ke Singapura (halaman 19).

Namun harus dicatat bahwa traveling yang baik bukanlah masalah jauh-dekatnya tempat berlibur, melainkan kualitasnya yaitu bagaimana bisa menikmati waktu luang sebaik mungkin sehingga bisa menyegarkan (halaman 30).

Selanjutnya, pemesanan akomodasi tempat berlibur dan transportasi bisa dilakukan dari bilik kubikel di sela-sela waktu kerja dengan memanfaatkan internet. Penulis menyertakan daftar situs web maskapai penerbangan, reservasi kereta api online, situs penyedia jasa pembanding harga antarmaskapai, dan situs penyedia booking penginapan yang bisa dimanfaatkan (halaman 34).

Satu hal lain yang penting dilakukan adalah menyusun itinerary. Itinerary penting disusun agar traveling bisa efektif dan efisien. Tip menyusun itinerary bisa dibaca di halaman 41.

Bagian kedua buku ini membahas tentang traveling Pulau Lombok.  Mulai dari jadwal dan harga tiket pesawat (halaman 28), cara murah-meriah berangkat dari pulau Jawa (halaman 33), dan harga bis menuju/dari Bandara International Lombok (halaman 27) hingga kepada serba-serbi traveling ke Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, dan gunung Rinjani.

Serba-serbi traveling ke tiap wilayah pulau Lombok yang dituturkan penulis amat lengkap seperti tempat menginap, tempat makan dan harganya, ajang wisata budaya, tempat membeli oleh-oleh khas Lombok, hingga nomor-nomor telepon penting.

Melalui buku ini pembaca bisa pula membayangkan indahnya The Tree Gilis, berbaur dalam keriuhan Festival Bau Nyale dan tradisi Makan Sampi, mencicipi ayam taliwang dan pelecing kangkung yang menggoyang lidah, hingga membayangkan eksotiknya mutiara Sekarbela dan kain tenun Lombok.

Di dalam buku ini tersebar dialek Jakarta tetapi penulis terlihat berusaha menuliskannya ke dalam bahasa Indonesia yang baik. Misalnya kata "tetap" ditulis "tetap" tidak jadi "tetep", atau "malas" tidak lantas menjadi "males", atau "teman" tidak lantas menjadi "temen". Berbeda dengan buku-buku lain yang dikemas ala bahasa gaul Jakarta yang menuliskan kata-kata tersebut menjadi berubah.

Bila Anda membutuhkan buku traveling yang membantu menemukan alasan hakiki tentang pentingnya traveling dengan segala tetek-bengeknya, informasi lengkap tentang daya tarik pulau Lombok, dan bacaan yang menghibur, buku ini highly recommended!

Makassar, 21 November 2014


Tulisan ini diikutkan Indiva Reader’s Challenge


Share :

13 Komentar di "Pekerja Kantoran Juga Butuh Traveling"

  1. Travelling memang menjadi alternatif berlibur yang menyenangkan ya mbak... apalagi sekarang sudah banyak info tentang agen perjalanan, penginapan juga tips dan trik traveling... Buku yang ringan juga bikin kita betah baca :D
    Thanks info bukunya mbak Niar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar Mb Nufus. Salah satu kekerenan buku ini adalah, tidak membosankan membacanya karena kita sekaligus terhibur. Saya membacanya sambil menunggu kira2 selipan humor apa lagi yang akan diselipkan penulisnya di bagian buku berikutnya :))

      Delete
  2. Wah, bukunya direview juga. Makasih, Mbak... :))

    ReplyDelete
  3. Kayaknya cakep ini buku.

    Backpaker adalah salah satu impian dari sejutan impianku kak Mugniar wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cakep, persis seperti yang meresensi, Ida *halah* :P

      Delete
  4. setiap orang butuh traveling memang, jauh dekat bukan ukuran menurutku sih
    yang penting liburan bisa mengembalikan mood dan semangat lagi

    asyik nih bukunya, jadi pengen baca

    ReplyDelete
  5. setujuuuh bgt tuh sama judul buku yg pertama mak niar... apalagi stlh direview jd penasaran...biar juga bs menyegarkan pikiran nan penat yaa. TFS Maak....
    Lombok juga tujuan travelling yg paling sy impikan utk kunjungi lagi dan lagiiiii

    ReplyDelete
  6. Sepertinya menarik nih dilihat dari gaya bahasa penulisnya :-)

    ReplyDelete
  7. Saya sangat setuju, kalau pekerja kantoran itu butuh banget travelling. Bete juga kalau nggak jalan-jalan lihat yang lain selain kubikel kantor. komputer dan "lu lagi lu lagi" (orang yg sama setiap hari) hehehe

    ReplyDelete
  8. benar sekali, kerja terus bikin bosan, salah satunya harus dengan bertraveling

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^