Para Pendurhaka

Para Penurhaka - Saat baru menikah saya mengomentari buku “Cara Membahagiakan Suami” yang dibeli oleh suami, “Kenapa ya, kayaknya buku-buku seperti ini selalu buat istri saja. Ya, buat suami juga dong.” Eh, rupanya suami punya buku pasangannya: “Cara Membahagiakan Istri”.


Saya bekomentar seperti itu bukan tanpa alasan. Karena sejak zaman kuliah, bila melihat buku-buku tuntunan menjalani pernikahan selalu saja mendapatkan buku yang penekanannya kepada pihak istri. Seolah-olah hanya istri saja yang punya kewajiban membahagiakan suaminya. Suami boleh enak-enak saja.

Ternyata saya salah, Islam itu indah. Kalau istri punya kewajiban membahagiakan suami, suami pun sebaliknya, punya kewajiban membahagiakan istri. Kalau suami punya hak atas istri, istri pun punya hak atas suami. Kalau ada istri durhaka maka ada pula suami durhaka.

Suami Istri Durhaka

Ada kado pernikahan yang amat manis dari teman-teman saya di Cordova Computer, satu paket buku tentang bagaimana membina keluarga yang islami. Sayangnya buku ini tidak dicetak ulang. Ukurannya mungil sekali. Ada dua buku yang sangat saya sukai di antaranya, yaitu: 20 Perilaku Durhaka Suami Terhadap Istri dan 20 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami.

Saya pernah menuliskan 10 poin perilaku dari tiap-tiap topik di blog dan membagikannya ke facebook dan Viva (10 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami dan 10 Perilaku Durhaka Suami Terhadap Istri). Kedua posting-an itu amat diminati, terutama 10 Perilaku Durhaka Suami Terhadap Istri. Apakah karena para pembacanya sama seperti saya di waktu yang lalu, terganggu dengan tulisan-tulisan yang hanya menuntut istri berlaku baik terhadap suami atau memang ingin tahu? Entahlah. Yang jelas blog saya memanen kunjungan dari berbagai penjuru ketika itu.

Beberapa waktu yang lalu, seorang kawan lama mengangkat saya menjadi admin konten di akun facebook tokonya. Saya posting kedua topik itu. Sengaja saya mempublikasikan perilaku istri durhaka terlebih dulu untuk melihat reaksi para pembaca.

Sebagian besar pembaca mengatakan hal yang sama dengan yang dulu saya pikirkan. Misalnya: jangan cuma durhakanya istri tpi durhakanya suami jg dong kalo cuma satu sisi saja, jdi kelihatannya menjdi istri itu terpasung...jdi serba salah...gak adil nih, atau kok kayake gak adil banget, ditinjau dari segi mereka, perempuan memang selalu teraniaya, dan beberapa komentar senada lainnya.

“Tenang Kawan, dalam pernikahan suami dan istri itu setara koq perannya,” batin saya. Dan ketika saya mempublikasikan topik yang sebaliknya, reaksi yang masuk lebih banyak. Lebih banyak yang nge-like, juga lebih banyak yang nge-share.

Berikut ini saya nukil lagi beberapa poin dari buku-buku karya Drs. M. Thalib itu.


Istri yang tak mau merawat suaminya ketika sakit

Dari Anas bin Malik, ujarnya: “... Beberapa sahabat Nabi berkata kepadanya: ‘Wahai Rasulullah, hewan ternak ini tidak berakal, tetapi sujud kepada Tuan. Kami adalah makhluk berakal maka sepatutnyalah Kami bersujud kepada Tuan’. Sabdanya: ‘Tidak patut seseorang sujud kepada orang lain. Sekiranya seseorang boleh sujud kepada orang lain, tentu Aku akan suruh seorang istri sujud kepada suami. Karena besarnya hak suami atas dirinya. Sekiranya suami menderita luka dari ujung kaki sampai ujung kepalanya, berbau busuk dan nanah meleleh pada tubuhnya, kemudian istrinya datang kepadanya dan menjilatnya sampai kering, maka bakti seperti itu berlum berarti dapat menunaikan hak suaminya (sepenuhnya)’” (HR. Ahmad dan Nasa’i) 

Sesibuk apapun seorang istri, hendaknya ia sendiri yang merawat suaminya saat sedang sakit, separah apapun penyakitnya.

Istri yang menceritakan tentang kelebihan perempuan lain kepada suaminya

Dari Ibnu Mas’ud, ujarnya: Rasulullah saw. bersabda: “Seorang perempuan tidak boleh bergaul dengan perempuan lain kemudian ia ceritakan kepada suaminya keadaan perempuan itu sehingga suaminya seolah-olah melihat perempuan tersebut (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang istri seharusnya berusaha agar suaminya berkonsentrasi pada dirinya. Menceritakan kelebihan perempuan lain bisa membuat suaminya tertarik kepada perempuan itu.

Istri yang minta cerai tanpa alasan yang sah

Nabi saw bersabda: “Seorang perempuan yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang sah, maka ia tidak akan mencium bau surga.” (HR. Tirmidzi)

Maksud hadits ini, alasan yang dibenarkan di antaranya: suami merusak agama istri, suami tidak memberi nafkah sehingga anak dan istrinya terlantar, suami sering menganiaya, dan suami sering melakukan hal yang menyimpang dari agama seperti berjudi, minum minuman keras, berzinah, dan lain-lain sebagainya.

Suami yang mengusir istri dari rumahnya

Dari Mu’awiyah al-Qusyairi , sesungguhnya Nabi saw pernah ditanya  oleh seorang laki-laki apa hak istri terhadap suaminya. Sabdanya: “Engkau memberinya makan bila engkau makan; emhkau memberinya pakaian bila engkau berpakaian; janganlah memukul muka dan menjelek-jelekkannya; dan janganlah mengucilkannya, kecuali masih dalam rumah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Yang terakhir ini “kecuali masih dalam rumah”, maksudnya bila istri memang melakukan kesalahan, sebaiknya dikucilkannya di dalm rumah saja, tidak membawa masalah ke luar rumah.

Suami yang melimpahkan tanggung jawabnya kepada istri

Rasulullah saw bersabda: “Setiap orang di antaramu adalah penanggung jawab dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah penanggung jawab atas umatnya. Ia dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah penanggung jawab atas keluarganya. Ia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah penanggung jawab atas rumahtangga suaminya (bila suami pergi). Ia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi dari Ibnu ‘Umar)

Suami tidak dibenarkan melimpahkan tanggungjawabnya dalam menafkahi keluarga kepad istrinya. Implikasinya, bila istri dapat menghasilkan uang, adalah hak penuh istri atas rezekinya sendiri. Suami yak berhak atas penghasilannya.

Suami yang memeras istrinya

.. dan janganlah kamu memutuskan pertalian dengan mereka (istri-istri) guna menyusahkan mereka, sehingga kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sesungguhnya ia telah menganiaya dirinya sendiri ... “ (QS. Al-Baqarah: 231)

Memeras istri dapat berarti: menyusahkan, membuat penderitaan fisik maupun batin, menyulitkan hidupnya, dan membahayakan keselamatannya.

***

Dalam pernikahan, perempuan dan laki-laki punya hak dan kewajibannya masing-masing. Menerapkan ajaran agama oleh kedua belah pihak pasti akan menimbulkan kedamaian. Menolak menerapkannya, siapa pun bisa jadi pendurhaka kelas kakap.

Makassar, 20 Februari 2013

Silakan juga disimak:




Share :

35 Komentar di "Para Pendurhaka"

  1. Itu bisa dijadikan satu buku lho, mbak
    ayo mbak, coba nulis satu buku dgn satu tema. Ditulis dgn versi mba Mugniar, plus riset sana-sini,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dengan materi ini, mbak? Berat sekali buat saya ...
      Yang duet saja belum selesai dan saya merasa cukup "terbebani" dengan sosok yang ditulis ...

      Delete
  2. Subhanallah.. merinding baca hadistnya mba. Asli ini ilmu baru buat saya yng masih single. Iya setujulah sama mba Leyla bisa dijadiin buku mba.
    Ijin copas ya mbak buat belajaran saya.

    gak asik kalo cuma dibaca klise. pantesnya disebarin ilmunya. Jadi ladang amal...

    ReplyDelete
  3. seremmmm

    bs jd pelajaran slm aq nikah, aq jg punya buku bimbingan untuk suami istri :D

    ReplyDelete
  4. mantaaabbbb....
    terima kasih share hadist hadistnya
    jadi belajar banyak tentang pernikahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 .... Yang sudah menikah seperti saya pun perlu banyak belajar mbak Elsa. Ini .. peringatan juga buat yang sudah nikah :)

      Delete
  5. Assalamualaikuumm...
    Dija berkunjung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa 'alaiku salam Wr. Wb.
      Terimakasih sudah mampir ya Dija :)

      Delete
  6. sebagai seorang istri membaca tulisan ini gimana gituu..
    #merindng disko...
    makasih mak shareing nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh kayak apa itu merinding disko teh? :D
      Makasih dah mampir ya

      Delete
  7. pandangan yg seimbang antara kewajiban suami istri yg sesuai porsi,,,Insya Allah bermanfaat bagi mimi tulisannya bun...#peluk babeh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang seimbang :)
      Alhamdulillah, insya Allah bermanfaat buat kita semua :)
      *Tambah sayang kan sama babeh :D*

      Delete
  8. semuanya udah diatur dalam islam, mereka yang bilang ngga adil lah, begini lah, begonolah, karena masih belum paham baik dari istri maupun suami, makanya yang perlu dibina keduanya, agar tangungjawab masing2 bisa dilakukan

    ReplyDelete
  9. Tulisan yang sangat bermanfaat Niar.. hendaknya para suami juga membacanya... agar tau persis hak dan kewajibannya, sehingga mampu menyelaraskannya dalam laku kehidupan berumah tangga.

    Islam memang indah, semua memang telah diatur sedemikian rupa, jauh di awal jaman, bahkan sebelum kita menyadari akan kebutuhan itu. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, sudah lama sekali itu diatur kak. Islam itu indah.

      Delete
  10. Sebuah tulisan yang sangat layak diangkat menjadi salah satu artikel untuk buku dengan tema sejenis. Ayo Niar, seperti saran teman-teman diatas, bikin bukunya. :)

    ReplyDelete
  11. kunjungan balik.. makasih udah mampir di blog mbak ely dan berkomentar pada postingan "cinta itu tentang saling menerima" terima kasih ya..:D
    salam kenal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih juga sudah mampir ke sini ya mas :)

      Delete
  12. Tulisan yang sangat bermanfaat mbak.
    Dan setuju dengan dengan mbak Ela, ini bisa dijadikan buku. good luck mbak niar, makin mantap aja tulisan2nya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmmmm, harus pikir yang panjaaaaaang sekali mbak Ecky. Btw, terimakasih semangatnya :)

      Delete
  13. Kebahagiaan dalam rumah tangga dinikmati berdua, jadi pengadaannya harus diusahakan berdua juga ya Niar. ITu berarti peran suami dan istri harus seimbang dalam mengelola hubungan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar kak, harus berdua. mana kala hanya satu yang mengusahakannya, pasti pincang

      Delete
  14. aku juga langsung klik durhaka suami terhadap istri nih, mau baca tulisannya

    ReplyDelete
  15. Manteb nih tulisannya,
    Saya juga pernah mendengar sebuah kajian yang mengupas apa hak dan keajiban suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Kalo dilihat dari satu sisi, seolah kewajiban masing-masing sangat berat, namun demikian prinsip keadilan telah diajarkan dalam Islam, sehingga berat di satu sisi akan diringkan pada sisi lainnya sebagai pasangan suami istri. Dan begitulah seharusnya menjalankan amanah dalam sebuah keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo satu sisi merasa dirinya yang paling berat, berarti tidak memahami konsep kesetaraan ya pak.

      Delete
  16. Konsep kesetaraan antara pria dan wanita itu memang sangat dibutuhkan mbak, karena kalo nggak wanita akan kayak terpasung, kayak yang mbak bilang tadi. Kalo misalnya konsep itu udah ada, pasti wanita akan bisa tidak durhaka sama suami .. *Sotoy

    ReplyDelete
  17. Islam memang indah ya mba :)
    waktu nikah, saya juga dapat kado buku pasangan, tapi yang buat istri agar disayang suami, lebih tebel daripada buat suami agar disayang istri :D

    ReplyDelete
  18. sebaiknya sebelum menikah lebih baik memahami apa dan bagaimana dalam berkeluarga ya mbak, jadi kelak sudah tau harus bagaimana... jika sudah memahami sebelum menikah ya mudah-mudahan perjalanan keluarga akan baik - baik saja (bahagia)...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^