Bengkel Jiwa: Pemaparan yang Sangat Membumi

Judul buku     : Bengkel Jiwa
Penulis           : Awy A. Qolawun

Penerbit            : Hasfa Publishing
Cetakan            : Pertama
Tahun terbit       : 2011
Tebal buku        : 164 halaman
ISBN                : 978-602-98570-0-9
Harga               : Rp. 25.000

Berangkat dari  kalimat: ‘Pada dasarnya manusia itu sebenarnya sedang mengalami sebuah perjalanan yang sangat panjang sekali. Dengan ini juga ia berstatus sebagai musafir atau backpacker’ penulis membawa pembaca pada satu titik untuk berangkat pada pemahaman yang sama untuk kemudian bertualang mengikuti jejak siklus kehidupan manusia dalam lima lintasan sirkuit (alam) yaitu alam jasad, alam janin, alam dunia, alam barzakh, dan alam akhirat. Penulis menganalogikan kehidupan ini sebagai arena balap mobil untuk memudahkan pembaca menerapkan pembahasan yang disajikan secara islami ke dalam kehidupan nyata.


Seyogianya dalam sebuah balapan di mana manusia sebagai pengemudi, amalan diibaratkan sebagai mobil, bahan bakarnya adalah iman yang terkonsentrasi, setirnya adalah hati, rodanya adalah shalat, dan strategi yang paling tepat digunakan adalah khusyu’ dalam shalat dan menjaga hati. Maka penulis menyajikan pembahasan tentang bagaimana segala komponen dalam ‘ruang semesta’ sirkuit balapan itu bisa menjalani lintasan-lintasannya dengan lancar dan mengatasi segala aral yang menghadang sehingga selamat sampai ke tujuan yaitu alam akhirat.
            
Penulis membahasakan pikirannya dengan gaya yang sangat unik dan sangat ‘membumi’. Inilah kelebihan utama dari buku ini. Uraian yang dikemukakannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, dikemas dengan alur logika yang apik sehingga sangat cocok menjadi bahan bacaan dan kontemplasi segala lapisan masyarakat yang sedang mencari jalan ketuhanan. Wawasannya yang luas akan al-Qur’an, hadits dan berbagai bacaan membuat buku ini sangat kaya pengetahuan. Jika menyimak banyak sentilan dan intermezo di dalamnya, pembaca dapat ikut merasakan tersentak, terharu, mendapatkan hikmah, dan merasa malu kepada Allah SWT atas segala kekurangan. Membaca buku ini akan membuat pembaca seolah memasuki ‘bengkel jiwa’ yang dapat membenahi ‘mobil’-nya yang ngadat.
           
Beberapa hal yang menarik adalah, penulis mampu merumuskan lima puluh dua macam tanda ‘pengemudi mobil’ yang menyebalkan, hal ini patut diketahui agar tidak menjadi orang yang menyebalkan sebab tak ada orang yang menyebalkan sekaligus disenangi. Orang menyebalkan tentu saja tidak disenangi oleh siapapun. Penulis juga memaparkan persyaratan berkomunikasi dengan Allah dengan analogi yang mudah dimengerti. Dan, penulis memaparkan secara panjang lebar mengenai betapa Islam sangat menghargai wanita.


Namun yang mengganjal adalah masih adanya kesalahan ketik di beberapa halaman di buku ini, inkonsistensi penulisan kata  yang sama (misalnya secara tiba-tiba muncul kata ‘etape’ di halaman 31 padahal sejak awal memakai kata ‘sirkuit’ dan ‘lintasan’, menyebelkan dan menyebalkan di halaman 55 – 58, dan ‘rosul’ dan ‘rasul’ di halaman 36), dan pemakaian Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang tidak tepat (misalnya ‘seneng’ dan ‘menyenengkan’ di halaman 55 yang seharusnya ‘senang’ dan ‘menyenangkan’, dan ‘sangat enteng sekali’ di halaman 43, sebaiknya cukup menggunakan ‘sangat enteng’ atau ‘enteng sekali). 


Gaya bahasa penulisnya (termasuk catatan kaki) masih sangat bersifat ‘pesantren’ dan memuat istilah khas dalam bahasa Jawa sehingga meskipun disajikan dengan cukup ‘gaul’, orang awam dan bukan suku Jawa yang membacanya akan sering bingung membaca istilah-istilah diberikan. Istilah-istilah tersebut antara lain: tentrem, ngreken (halaman 78), himmah (halaman 131), dan nderes (halaman 140). Alangkah baiknya jika gaya bahasa dan istilah yang disajikan lebih bersifat umum sehingga bisa dengan lebih mudah menjangkau pembaca dari berbagai pelosok Indonesia. 
Terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini sangat layak dibaca oleh siapapun karena saratnya wawasan yang ditawarkan di dalamnya. Bukan hanya mengayakan akal tetapi juga mencerahkan nurani setelah ‘melanglang buana’ di dalam bengkel jiwa. Apalagi dengan adanya tambahan pengalaman dua puluh satu penghafal al-Qur’an dalam Undimensioned di bagian akhir yang penuh hikmah semakin menjadikan buku ini sangat kaya wawasan. Semoga saja mobil kita lancar setelah menerapkan berbagai tips yang disajikan dan tidak mengalami kerusakan apapun lagi dalam menjalani lintasan-lintasan berikutnya hingga di garis finish. 

Makassar, Juli 2012

Silakan dibaca juga:




            


Share :

2 Komentar di "Bengkel Jiwa: Pemaparan yang Sangat Membumi"

  1. Pusing baca kalimat yang diblock putih mbak, soalnya tulisannya tak berwarna hitam, hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh maafkeun mbak Echy, bukan saya sengaja. Saya juga heran, suka tiba2 begitu. Sudah sering saya dibuat pusing dengan tampilan yang tiba2 memblok dengan warna putih itu. Kenapa ya ...

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^