Tanggal 22 Juli lalu ada artikel di Harian Amanah yang menuliskan nama saya. Bukan sebagai penulis, saya sebelumnya diwawancarai oleh Bu Neni. Pertanyaan dan jawabannya sebenarnya yang saya tuliskan di sini tetapi yang dimuat di rubrik Islamic Parenting itu sudah di-edit. Ada sedikit kesalahan (misalnya usia saya ditulis lebih tua 6 tahun dari informasi yang saya berikan, hehe) dan ada poin yang tidak masuk tetapi tidak mengurangi esensi jawaban saya.
Ini pertanyaan-pertanyaan dari Bu Neni:
1.
Ibu setuju jika mendidik anak yang baik itu sesuai pesan Rasulullah? Alasannya apa?
2.
Bagaimana cara mendidik anak sesuai pesan Rasulullah?
3.
Apa-apa yang harus diterapkan dalam mendidik anak?
4.
Hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan dalam mendidik anak?
5.
Tips mendidik anak.
Sebenarnya saya merasa agak risih karena merasa punya banyak kekurangan dan kekhilafan. Hanya saja, saya kemudian berpikir ... mudah-mudahan sekadar berbagi mengenai konsep saya, tidak masalah lah, ya. In syaa Allah bisa menjadi cara saya melakukan kebaikan yang di-ridhai Allah subhanahu wata’ala.
Maka bismillaahirrahmaanirrahiim, saya
menjawabnya sebagai berikut:
1.
Sebagai orang Islam, tentunya harus mengikuti sunnah Rasulullah. Saya bukan
ahli parenting, hanya berusaha mengikuti apa yang Islam perintahkan - taat
kepada Allah dan rasul-Nya, termasuk dalam mendidik anak.
2.
Dalam semua aspek kehidupan anak, pendidikan itu berlangsung. Yang utama adalah
dalam pendidikan akhlak dan pembentukan karakter. Dengan pemberian contoh dan
kontrol dari orang tua. Rasulullah juga telah mencontohkan dengan perilakunya
yang termaktub dalam hadits-hadits, dan tentunya yang ada di al-Qur'an. Memang
harus (banyak) belajar dan mempraktikkannya. Kalau al- Qur'an memerintahkan
anak untuk taat kepada orang tuanya di jalan kebaikan, tentunya orang tua yang
pertama memberi contoh. Kalau Rasulullah mengajarkan untuk menyuruh anak shalat
sejak usia 7 tahun dan memukulnya (bukan pukulan yang menyakitkan) jika tak mau
shalat di usia 10 tahun maka tentunya orang tua juga harus memberikan contoh
dengan mendirikan shalat. Begitu pun dengan ibadah-ibadah lain, termasuk dalam
bermuamalah dengan sesama manusia, seperti mencontohkan mengatakan salam atau
mengucapkan terima kasih.
3.
Banyak sekali tapi pada prinsipnya, yang diterapkan adalah apa yang
diperintahkan dalam Islam. Termasuk dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana anak
bisa menjalani kehidupannya hingga siap memasuki usia dewasa agar dia menjadi
manusia yang berkualitas baik.
4.
Yang tidak boleh dilakukan adalah yang bertentangan dalam Islam. Atau
berlebih-lebihan dalam hal yang tidak diperintahkan, misalnya terlalu fokus
untuk membuat anak pintar dalam bidang studi tertentu sehingga memaksa anak di
luar kemampuannya.
Saya ketuaan di bagian ini 😱 |
5. Kalau Anda meminta saya memberikan tips, jujur saja. saya sebenarnya agak keberatan karena saya bukan pakarnya hehehe. Saya hanyalah seorang ibu biasa yang masih berusaha jadi belum pantas memberikan tips. Hanya saja, kalau boleh membagi kiat, saya berusaha untuk:
- Terus belajar meningkatkan kemampuan diri dan mencari tahu apa tantangan dunia (dan akhirat) di masa depan, agar bisa memberi bekal yang baik untuk anak-anak. Termasuk juga tidak egois, mau memperbaiki diri jika salah, dan memperhatikan kebutuhan fisik dan psikis anak. Buat orang tua, belajar menjadi orang tua tidak pernah akan ada habisnya karena dalam setiap menit perkembangan anak selalu ada hal-hal berbeda. Tiap anak unik sekali pun anak kandung kita, pun tidak mungkin sama dengan anak orang lain. Belajar dari mana saja, dari siapa saja, dan kapan saja. Bukan hanya dari bacaan, juga dari alam, dan dari orang-orang di sekeliling kita - termasuk dari anak-anak kita.
- Memahami bahwa anak-anak itu unik dengan kemampuannya masing-masing. Salah satu caranya adalah, saya mengatakan kepada anak-anak bahwa ranking itu tidak penting sementara di sisi lain banyak orang di sekeliling kami yang menganggap ranking penting. Saya ingin anak-anak saya belajar karena ingin menjadi lebih baik bukan karena mengharap ranking. Saya berharap anak-anak memahami bahwa yang lebih penting itu proses, hasil adalah akibat dari proses. Rasulullah adalah contoh pribadi yang menjalani proses luar biasa.
Mugniar Marakarma, ibu 3 anak, istri dari Solihin Tahir.
*Blogger dan freelance content writer. Saat ini menjadi Ketua Presidium komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis wilayah Makassar. Sesekali menulis di koran, dan aktif menulis tentang banyak hal di blog pribadinya di www.mugniar.com. Salah satu yang mendasarinya untuk terus menulis adalah keinginan untuk menjadi manusia yang bermanfaat(sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain) dan berharap menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Makassar, 29 Juli 2017
Share :
aih...keren mak niar.
ReplyDeleteyang masih susah itu...dan semua memang susah...adalah tidak memaksakan kehendak kepada anak.
Buat saya, semua masih susah, Mak.
DeleteAh, saya tidak keren :(
saya juga paling gak mau maksain apa2 sama duozam nih, tapi gak suka juga kalo selalu diturutin maunya, ngelunjak nanti... :( bingung
ReplyDeleteMemang anak tidak boleh diikuti semua maunya, Qiah. Mamanya harus pintar-pintar menyiasati :)
Deletekeren sekali mbak artikelnya, Semangat untuk menebarkan kebaikan,,..
ReplyDeleteSemangat Mas.
DeleteSaya dalam mendidik anak masih perlu melatih kesabaran kak. Kadang (eh bukan kadang lagi, sering malah! 😄) jadi koro2ang kalo anak-anak berbuat yang tidak disukai.
ReplyDeleteSemoga saya bisa seperti Kak Niar yang selalu sabar dan kalem dalam mendidik anak.
Eits, saya tidak selalu sabar dan kalem, Mami Ery. Saya penuh kekurangan. Masih perlu banyak belajar.
DeleteMau tanya mbak kalo cowok boleh ikut pelatihan parenting kayak gitu gak sih... kan kebanyakan cewek...
ReplyDeleteGpp koq. Etapi ini bukan pelatihan parenting.
DeleteMalah sebaiknya laki-laki peduli dan mau ikut pelatihan parenting karena dia kan sebagai kepala keluarga. Biar bisa sama-sama dengan istrinya membina keluarganya, kan.