Catatan dari diskusi Peran Perempuan dalam Berkebangsaan dengan DR. Arqam Azikin
Bermula
dari percakapan santai, usai menghadiri Community Event-nya Regus, tercetus ide
untuk mengundang DR. Arqam Azikin di pertemuan IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis)
Makassar. Ketika itu, Pak Arqam datang terlambat. Sedianya ia akan menyampaikan
sedikit uraian pada Community Event tapi batal. Lalu Abby mengajaknya ke ruang
530, ngobrol dengan saya dan Kak Novie.
Maka
pertemuan itu pun terlaksana tanggal 30 Desember lalu. Walau hanya dihadiri
oleh beberapa orang, tak menyurutkan semangat kami berdiskusi. Saya membuka diskusi
dengan ucapan terima kasih kepada Pak Arqam yang telah sudi meluangkan waktunya
untuk datang ke diskusi kecil kami, mengingat perempuan – khususnya ibu
memegang peranan penting dalam berkebangsaan secara tidak langsung. Perempuan
adalah tiang negara. Mengingat dalam keluarga – sebuah komunitas kecil dalam
negara, ketahanannya juga ditentukan oleh ibu (sebenarnya ayah dan ibu sama-sama perannya, cuma perempuan harus lebih
sadar diri lagi kalau dia pun berperan, bukannya menganggap urusan “ketahanan”
keluarga yang berikutnya juga berdampak kepada ketahanan dalam berkebangsaan
hanya urusan para ayah. Begitu).
Pak
Arqam memulainya dengan memaparkan sejarah dari munculnya 3 tokoh: Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Ahmad Dachlan, dan Hasyim Asy’ari. Ada pergumulan ide di antara
ketiga tokoh tersebut. Di antaranya adalah regenerasi
terhadap kekuatan ummat (di antaranya regenerasi laki-laki dan perempuan).
Para tokoh ini sudah memikirkan bahwa kesenjangan sosial dan kemiskinan kelak
akan menjadi ancaman. Sudah pula diprediksi, tidak mungkin hasilnya menjadi baik tanpa partisipasi “elemen
perempuan”.
Kalau mau panjang usia, negara harus
bikin pergerakan. Ke
depannya tentu tidak akan sederhana. Sejak tahun 1908 lahir banyak komunitas.
Banyak pula perdebatan di dalamnya. Andil komunitas perempuan sudah ada, baik
dari kalangan santri maupun nasionalis. Muhammadiyah lahir tahun 1912, NU tahun
1926. Ini menjadi cikal-bakal ormas-ormas berikutnya.
Diskusi berlangsung di ruang 519 Regus Makassar |
Abad
19 – 21 banyak lahir komunitas yang sesuai dengan era dan perkembangan
teknologi. Perempuan pun harus turut memikirkan bagaimana agar negara ini
panjang umurnya. “Perempuan harus bisa
bikin sejarah. Bukan hanya pikir kelompoknya, juga memikirkan grand
design ke depan. Perempuan
juga ambil andil dalam keutuhan negara,” tambah Pak Arqam.
Saya
setuju, kebiasaan kami yang terbiasa menulis, sejarah itu dibuat pertama-tama
melalui tulisan. Pak Arqam menganjurkan supaya bersinergi dengan komunitas-komunitas
lain yang sevisi, untuk membuat kegiatan yang bermanfaat. Nah, ini seperti yang
pernah dilakukan IIDN Makassar bekerja sama dengan LeMInA (Lembaga Mitra Ibu
dan Anak) dalam mengedukasi warga yang tarafnya menengah ke bawah mengenai
pencegahan kekerasan seksual pada anak. Ceritanya bisa dibaca di: Buah
Manis dari Rentetan Proses yang Bukan Kebetulan dan “Gunung
Es” Berupa Kasus-Kasus Kekerasan Seksual pada Anak.
Ancaman
kepada perempuan (saya kemudian mengartikannya
kepada perempuan muda dan anak-anak juga termasuk di dalamnya) di masa ini
adalah perusakan moral seperti
melalui narkoba, tatanan pergaulan bebas, dan teknologi. Teknologi bahkan
mempetakonflikkan Indonesia.
Diskusi berlangsung asyik walau banyak teman yang berhalangan |
Pengaruh asing bisa merusak moral
generasi muda.
Melalui stimulus (utang luar negeri), lalu orang-orang asing masuk, dan
terakhir dengan ideologi yang dibawa mereka. Ideologi bukan hanya menyangkut
agama, melainkan juga style, dan
hal-hal yang merusak tatanan moral kita.
Negara
kita jadi perhatian dunia internasional karena sudah masuk anggota G20,
termasuk juga kekuatan MEA. Jadi potensi ancaman yang bakal masuk besar sekali.
Maka perkuatlah jejaring komunitas perempuan. Sekali lagi, saran Pak Arqam agar
para perempuan memperlebar jaringannya. Jaga, jangan sampai mudah dipecah
belah. Ada “rumus” memecah belah perempuan agar tidak solid. Padahal jika solid,
suara perempuan besar sekali di negara ini (dengan
suara dan kekuatan besar, lebih mudah menjaga ketahanan negara). Pesan
khusus kepada perempuan ini termasuk juga agar menjaga 5 generasi di dekatnya (ehm, saya masih mengira-ngira pengertian “generasi”
ini, pasti ada perbedaan tetapi yang dimaksud adalah dengan menjaga orang-orang
yang usianya di bawah kita “5 level”. Saya menangkapnya semacam “kaderisasi
positif” hingga kepada mereka yang usianya 5 x 5 tahun di bawah usia kita. Saya
menyimpulkan demikian, dari perkataan Pak Arqam).
Diskusi
ini berlangsung di ruang 519, Regus Makassar. Jika ingin mendapatkan ketenangan
selama berdiskusi, Regus pilihan yang pas. Selain diskusi, pas pula untuk
mengadakan training yang pesertanya
maksimal 12 – 13 orang (harap
dikonfirmasi dan diskusikan lagi dengan staf Regus Makassar jika berminat
karena saya pernah mengadakan kopdar dengan peserta 13 orang dan nyaman-nyaman
saja bagi kami). Suasana privasi tetapi tidak mengganggu orang-orang yang
berada di ruangan-ruangan lain tetap bisa didapatkan meski sesekali tidak bisa
tertahankan ada suara tawa ataupun suara dari video yang tengah ditonton.
Karena ketika pintu tertutup, suara dari dalam ruangan tidak akan terdengar di
ruangan sebelahnya. Diskusi dan training bisa
berlangsung dengan lancar, dengan adanya fasilitas seperti kopi, teh, air
minum, snack, peralatan kantor
(seperti mesin foto kopi, printer, dan lain-lain).
Diskusi sebelumnya di ruang 530 Regus |
Apakah Regus hanya untuk diskusi dan meeting? Bukan itu saja. Regus ialah penyedia ruang kantor yang pas bagi mereka yang baru merintis bisnis, yang kerja perorangan, maupun mereka yang sudah lama berbisnis. Konsepnya adalah co working space. Layanan virtual office pun bisa. Saya suka menyebutkannya sebagai “hotel kantor”. Jika ingin tahu selengkapnya silakan baca tulisan-tulisan saya berikut ini:
- 12 Alasan Menyewa Ruang Kantor di Regus
- IIDN Makassar Kopdar dan Shooting di Regus
- Semaraknya Community Event di Regus Makassar
Makassar, 3 Januari 2017
Catatan:
Sekali lagi, terima kasih kepada Pak Arqam, terlah bersedia berbagi pengetahuan dan berdiskusi dengan kami.
Mengenai Regus Makassar:
Untuk informasi lebih lanjut silakan langsung ke:
Telepon: 0411-3662100
Share :
Ibu... perannya bisa dikatakan jauh lebih berperan dalam perkembangan generasi selanjutnya... krn ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya. Bukan mengecilkan peran ayah, tapi yang bisa setiap waktu bersama anak adalah seorang ibu... menarik bahasannya...
ReplyDeleteSetuju, Mbak. Ibu itu sekolah pertama bagi anak2nya.
DeleteIya ya Mba. Kalau ga terpecah belah dan bisa bekerja sama membulatkan satu suara, pasti banyak banget yaa
ReplyDeleteIya. Jadi kekuatan besar, pastinya :)
Deletesy, juga berhalangan hadir. wassalam.
ReplyDeleteIya Bu Muli. Tidak apa :)
DeleteWanita memang punya andil yang sangat besar, budaya asing telah masuk dengan bebasnya. Kehadiran teknologi tidak bisa dibendung, informasi semakin terbuka bebas. Kadang bingung untuk menyaringnya.
ReplyDeleteInilah peran orang tua, khususnya wanita untuk memperhatikan anak-anaknya.
Ibu-Ibu harus doyan nulis tidak hanya doyan masak atau makan :D
Regus hebat euy, mungkin ditempatku belum ada bisnis semacam itu.
Yup, ibu-ibu harusnya doyan nulis juga ya Mas.
DeleteDi Jakarta ada Regus, Mas. Juga di beberapa kota besar di Indonesia.
Untuk diskusi memang dibutuhkan tempat yang nyaman ya mba, biar bisa banyak ide-ide cemerlang
ReplyDeleteIya Tis. Kalo tempatnya nyaman, diskusinya asyik :)
DeleteBahkan dulu Mbak-Mbak Fatayat juga angkat senjata utk melawan penjajah. Sekarang ya sama dg laki-laki mari isi kemerdekaan dg hal-hal yg positif.
ReplyDeleteYa, sama juga perannya dengan lelaki. Sama-sama harus jadi benteng buat generasi muda. Hanya bedanya, ibu lebih lama berada bersama anak-anaknya. :)
Deletepenting banget ya mbak, karena perempuan adalah ibu yang jelas akan mendidik anak-anaknya kelak
ReplyDeleteIya Mbak. Penting bagi perempuan untuk tahu hal ini.
DeleteHallo mba Niar. Perempuan bisa mencatat sejarah melalui tulisan ya. Seperti yang mba Niar lakukan :)
ReplyDeleteuntuk menghasilkan diskusi menarik..pembahasan yang juga jauh bermutu..emang butuh ruang meeting yang benar2 nyaman ya mba...
ReplyDeletembak niar keren bgt dah. tulisannya jg bagus . mampir jg mbak ketulisan ini Karya sastra anak bangsa siapa tau menarik buat mbak buat dibaca. makasih
ReplyDelete