Pengembaraan Mencari Muara Rasa

 Judul buku: Jasmine, Cinta yang Menyembuhkan Luka
Penulis: Riawani Elyta
ISBN: 978-602-8277-91-4
Penerbit: Indiva
Ketebalan: 322 halaman
Ukuran buku: 19 cm x 13 cm
Tahun terbit: 2013

Jasmine adalah misteri. Pelarian, pencarian, dan rasa adalah persamaan-persamaan yang mempertemukannya dengan Dean Pramudya, seorang lelaki tampan, cerdas, memiliki materi berlimpah tetapi dingin. Kebersamaan mereka yang selalu singkat menandakan keinginan yang dalam untuk menemukan sebuah muara rasa.

Teka-teki tentang sosok Jasmine kental mewarnai novel ini. Ia tak pernah sengaja berpetualang tapi perjalanannya yang begitu panjang mengantarkannya dari pulau Jawa hingga terdampar di pulau Batam.


Beragam jenis manusia ia temui. Rata-rata macam bedebah saja. Membuatnya nyaris tak memiliki rasa. Sementara di sisi lain, ada rasa yang menguar kuat. Membuatnya mengembara, mencari muaranya. Bukan hanya Dean, muara sejati yang ia cari adalah Tuhan. Tuhan yang selama ini hanya tersisa sebagai kenangan masa lalu ketika bersama kawan-kawan kecilnya, masjid merupakan tempat yang meneduhkan.

Kenangan tentang masjid mulai mengemuka ketika Jasmine berpindah tempat dari kawasan rumah liar ke yayasan Pelita, sebuah yayasan yang menangani penderita HIV/AIDS. Di yayasan itu pula ia bertemu sosok-sosok Luthfi dan Malika yang membuatnya yakin bahwa ketulusan masih ada di dunia ini.

Selanjutnya kenangan tentang masjid itu tak pernah mati walau ia berpindah-pindah tempat dalam pelariannya dari para pelaku human trafficking yang mengincarnya. Rowena dan Fatma yang layak disebut ibu kemudian muncul, memberikan apa yang ternyata selama ini ia butuhkan.

Jasmine juga membutuhkan Dean, begitu pun sebaliknya. Tapi Dean selalu saja menghilang seperti Jasmine. Ia perlu menghilang karena alasan lain. Konflik-konflik berentetan, makin menjauhkan Jasmine dari Dean padahal rasa yang sama di antara mereka tak pernah pupus. Akankah mereka bertemu kembali?

***

Elegannya novel ini, kebersamaan “terlarang” dua insan tidak pernah dideskripsikan dalam kontak fisik yang menuntun pembacanya untuk menikmati adegan-adegan terlarang. Penulis yang tinggal di Tanjungpinang, Riau ini memiliki cara yang manis untuk menceritakan bahwa tokoh-tokohnya menjalani kebersamaan mereka.

Plot yang melompat-lompat, diksi yang menawan lagi tak membosankan dan tak berlebihan, dan kosa kata yang kaya, merupakan keunggulan dari novel ini. Bukan hanya itu, keunggulan lainnya terletak dalam kemampuan penulis menggarap perpaduan setting pelacuran belia, kejahatan para crackers, kehidupan kaum jet set, kehidupan kaum pemulung, dan kehidupan para pekerja sosial

Informasi tentang Batam yang dipaparkan penulis dalam bab “Di Ambang Galau dan Perpisahan”, memperkaya pembaca. Bukan hanya bahwa ada 6 jembatan yang menghubungkan 3 pulau: Batam, Rempang, dan Galang, penulis juga menceritakan sejarah kelam yang pernah terjadi di pulau Galang yang sempat menjadi tempat penampungan para pengungsi dari Vietnam selama 17 tahun.

Adegan-adegan berlangsung wajar diselingi kejutan-kejutan pada beberapa bagian. Di antaranya ada adegan iseng Ioran  melempar sesuatu ke dalam mulut Yudha yang tengah mendengkur (halaman 16). Sekilas, kelihatan tak penting tapi adegan ini memperkaya sajian novel.

Novel ini benar-benar kaya dan sanggup membawa pembacanya dalam gejolak emosi tokoh-tokohnya. Namun ada tiga hal yang mengganjal:

Pertama.

Dalam dialog antara Dean dan Ioran pada halaman 57. Dalam novel ini, Dean merupakan pemimpin Cream Crackers, komplotan cracker yang beranggota beberapa mahasiswa. Ioran merupakan salah seorang anggotanya. Ia yang paling ambisius dan berusaha keras untuk menyamai Dean.

“… Pemasangan skimmer di mulut mesin, that’s the old way. Jadul. Basi! Dan untuk apa repot-repot menjebol pertahanan sistem administrator? Cukup dengan mengacaukan sistem pelayanannya tanpa terdeteksi alat pengaman. Do the two things in a second, then … gubrak! …”

Dalam dialog antara 2 orang yang berprofesi sama-sama sebagai penjebol sistem pertahanan IT, untuk frasa-frasa kata yang digarisbawahi di atas itu sewajarnya menyebutkannya dalam istilah teknis. Bukannya dalam bahasa Indonesia. Sistem administrator, sistem pelayanan, dan alat pengaman adalah istilah umum dalam bahasa Indonesia baku, bukan istilah teknis.

Ambil contoh, bila dua penulis bercakap, mereka tentu menggunakan istilah-istilah teknis dalam dunia penulisan seperti POV, plot, atau diksi. Begitu pun dua orang dokter ahli penyakit jantung misalnya, dalam percakapan tentu mereka menggunakan istilah-istilah medis dalam bahasa Latin, bukannya dalam bahasa Indonesia.

Dimaklumi bila penulis menuliskannya demikian karena memiliki latar belakang yang berbeda. Tetapi bila ini dibaca oleh orang yang mengerti dunia cracker, akan terbaca kejanggalannya.  

Sebaiknya penulis menghindari menggunakan dialog supaya bisa menuliskannya dalam istilah-istilah umum saja.

Kedua.

Lagi-lagi dalam dialog antara Dean dan Ioran pada halaman 113. Ioran menceritakan tentang kisah sedih yang melatarbelakanginya hingga ia mau menjadi seorang cracker. Kisah sedihnya kemudian ditimpali Dean sebagai berikut:

Gue turut sedih Ran. Selama ini, gue nggak tahu apa-apa tentang abang lo …”

Percakapan ini kontradiktif dengan sebuah paragraf pada halaman 115:

Kali ini Dean benar-benar tertawa terbahak-bahak. Respons yang jarang sekali muncul di wajahnya. Bukan hal yang mudah untuk memancing sense of humor seorang Dean

Dalam hal humor saja, yang biasanya tak begitu sulit dipancing pada setiap orang untuk turut tersenyum atau tertawa, itu merupakan hal yang sulit dalam karakter seorang Dean. Apalagi mengharap ucapan empati darinya. Ini terlihat sebagai sebuah inkonsistensi karakter. Seorang laki-laki seperti Dean tak mungkin semudah itu mengucapkan kata-kata turut bersedih kepada anak buahnya.

Ketiga

Menyenangkan, sekaligus mendapatkan banyak pengetahuan dan wawasan dari novel ini. Berbagai istilah bertaburan. Turut memperkaya kosa kata pembacanya. Namun sayang tak semuanya disertai penjelasan. Seperti istilah ARV (halaman 98), tak disertai keterangan apa-apa. Padahal belum tentu semua pembaca novel ini paham dengan istilah itu.

***

Well, ketiga hal di atas tak akan dapat meruntuhkan kepiawaian penulis  dalam meramu cerita yang begitu kaya makna. Pengembaraan Jasmine dan Dean beserta tokoh-tokoh lainnya layak dinikmati oleh siapa pun yang membutuhkan bacaan berkualitas bagus.

Makassar, 11 Maret 2014



Tentang penulis Jasmine, Cinta yang Menyembuhkan Luka:

Riawany Elyta sebelum novel ini telah menerbitkan 3 buah novel: Tarapuccino (Indiva Media Kreasi: 2009), Hati Memilih (Bukune Publisher: 2011), dan Izmi dan Lila (Diva Press: 2011). Ia juga menjadi kontributor dalam 18 antologi.

Penghargaan lomba menulis yang pernah diraihnya, antara lain: Juara 1 Resensi Buku Indiva 2008, Juara II Lomba Cerber Femina 2008, Juara Harapan Lomba Cerber Femina 2009, Pemenang Favorit Lomba Menulis Cerpen Remaja LMCR 2010, Finalis 100% Roman Indonesia Gagas Media 2010, dan Pemenang II Sayembara Menulis Novel Inspiratif Indiva 2010.

Bila ingin kenal lebih dekat dengannya, silakan meluncur ke blognya di: http://www.riawanielyta.com/.







Share :

24 Komentar di "Pengembaraan Mencari Muara Rasa"

  1. yeay lengkap bingit mbak reviewnya, makasih yaa *muaach*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiiih juga tempo hari dapat hadiah ini dari kuis di blognya mbak Lyta :)

      *mmuaah dari jauh*

      Delete
  2. oalah, jadi Jasmine itu masalah cracker ya.. hebat2, bisa nulis ttg IT.. makannya waktu ada tulisan digaris bawahi bagi orang awam kayak aku "geleng2" kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya .. penulisnya keren ini ... setahu saya di novel2nya yang lain, mbk Lyta mampu menggarap setting2 cerita yang lain lagi .. dan tetap keren :)

      Delete
  3. Mak ada typo di "teretak" maksudnya terletak kan ya?

    ReplyDelete
  4. aku punya belum tak baca hehe

    ReplyDelete
  5. Kak Niar, kata-kata yang digarisbawahi itu mengingatkan saya pada terjemahan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia di gadget-gadget... :-D

    Iya, kok terlewat ya, saat mengedit bagian itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya ... benar .. seperti itu kesannya :) Tapi novelnya keren koq, ini hanya kejanggalan kecil :)

      Delete
  6. Saya penasaran sama novel ini soalnya ini reborn dari novel yang pernah saya baca "Persona Non Grata". Ada banyak perubahan nggak ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya belum baca yang Persona Non Grata malah :)

      Delete
  7. uwah,komplit banget mbk,penasaran....sukses bt IRCnya ya mbk :D

    ReplyDelete
  8. jadi pingin cepet baca tow.. gara-gara udah baca reviewnya, menarik sob :)
    jangan lpa follback sob, follownya udah sukses tuh :)

    ReplyDelete
  9. Keknya ceritanya kompleks sekali Mak Niar. Mak Niarpun memberikan gambaran yagn sangat menarik sehingga menarik hati mengambil si Jasmine ini.

    ReplyDelete
  10. Saya bukan penggemar novel mak niar...tp sesekali prnh baca tp yg berbau2 detektif gt...hehe...meluncur kesni kr judulnya mirip dg anak saya...hihi...semoga sukses dg review Novelnya ya mak...

    ReplyDelete
  11. Baca di beberapa blog tentang novel ini, jadi bikin penasaran juga untuk membacanya :)

    ReplyDelete
  12. Baca di beberapa blog tentang novel ini, jadi bikin penasaran juga untuk membacanya :)

    ReplyDelete
  13. Gimana tuh caranya, agar blog lebih banyak komentar ?

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^