Pertunjukan gendang tradisional Makassar, yang paling kiri itu seorang anak berusia 3 tahun :) |
Berfoto bersama Sumber: Facebook TEDx Makassar |
Fahri, bocah 3 tahun ini menyedot perhatian hadirin Sumber: Facebook TEDx Makassar |
Jeda. Saatnya menyimak Gendang Performance. Lima orang
laki-laki berpakaian adat Makassar berwarna merah memasuki ruangan. Mereka
membawa 4 buah gendang tradisional berbeda ukuran dan sebuah alat tiup
tradisional.
Kelima laki-laki berbeda usia itu membawakan atraksi mereka dengan amat
dinamis dan mengesankan. Apalagi di antara mereka ada seorang bocah balita dan
seorang anak laki-laki usia sekolah dasar. Si bocah balita, menyedot perhatian
semua hadirin di ruangan itu.
Hendrik Tejo Sumber: Facebook TEDx Makassar |
Suasana presentasi Sumber: Facebook TEDx Makassar |
Lalu masuklah Hendrik Tejo dari komunitas
Barongsai.
Hendrik yang merupakan pelatih para pemain barongsai ini menuturkan sejarah
dan filosofi dari pertunjukan barongsai. Di dalam “barongsai” ada makna cinta
keluarga. Begitu pun dalam gerakan memberi hormat, ada filosofinya. Hendrik
menceritakan dengan detil, sayangnya saya tak mampu menangkapnya dengan detil
ke dalam buku catatan saya.
“Barong” berarti: singa. “Sai” juga berarti: singa. Jadi “barongsai”
berarti “singa-singaan”. Hendrik menyebut istilah lain dari barongsai, yang
dalam bahasa Indonesia berarti “Kuda
naga berkepala singa yang menjadi guru”.
Ada ilmu-ilmu yang terkandung dalam pertunjukan barongsai, yaitu:
astrologi, geologi, kosmologi, mitologi, simbolisme, dan kaligrafi. Pemain
barongsai harus mampu membawakan 10 macam ekspresi dengan baik, di antaranya:
gembira, marah, takut, ragu-ragu, bangun, dan diam.
Adapun pesan-pesan kemanusiaan yang terkandung dalam
pertunjukan barongsai adalah:
- Seni olahraga yang mengutamakan sportivitas (ada kompetisi barongsai, di mana di dalamnya sudah pasti ada menang dan kalah).
- Seni harmonisasi tarian, kungfu, dan musik (sebagai sebuah kemasan entertainment).
- Perdamaian dan persaudaraan.
- Cinta keluarga.
- Rasa hormat.
- Asimilasi dengan budaya asli Indonesia.
- Bebas berekspresi.
- Harmoni di antara para pemain harus bagus dan enak didengar.
- Team work harus solid (kalau ada yang berbuat kesalahan, pertunjukan akan kacau-balau).
- Dahulu para pemain hanya mengenakan baju kaus putih dan berselana hitam, melambangkan yin dan yang. Namun sekarang disainnya macam-macam. Bahkan penyelenggara barongsai menerima ide dari luar tentang disain pakaian.
Erlina Ayu Sumber: Facebook TEDx Makassar |
Erlina Ayu tampil mewakili komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan
Nulis) Makassar. Ia membawakan presentasinya yang berjudul Menulis dari Nol Bakat.
Ayu mengawali presentasinya dengan menceritakan awal mulanya ia menjadi
penulis buku anak. Diawali dengan pengunduran dirinya dari sebuah perusahaan
tempatnya bekerja, ia ikhlas menjadi ibu rumahtangga tulen demi keluarga.
Meski sempat menanyakan pandangan teman-teman facebooknya dan banyak
mendapat jawaban “kecewa berprofesi” sebagai “ibu rumahtangga biasa”, Ayu tetap
meyakini bahwa menjadi ibu rumahtangga bukan berarti tak bisa beraktivitas
selain urusan domestik. Justru ibu rumahtangga sebenarnya punya peluang untuk
berkarya dari rumah, yaitu melalui menulis.
Ayu sendiri mulai menulis cerita anak setelah memutuskan keluar dari tempat
kerjanya. Ia berangkat dari “nol bakat”. Ayu pun bisa membuktikan bahwa menulis
itu bisa dari nol bakat dan bahwa dengan menjadi ibu rumahtangga saja, ia bisa
berkarya dari rumah. Ini terbukti dengan 15 buku (solo) cerita anak dan 1 buku
antologi yang dihasilkannya.
Ayu bergabung dengan komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) yang berpusat di
Bandung. Komunitas ini didirikan oleh Indari Mastuti – seorang ibu rumahtangga
yang memiliki visi mencerdaskan perempuan-perempuan Indonesia melalui menulis.
Selain itu ia juga bergabung dengan komunitas PBA (Penulis Bacaan Anak).
5000-an anggota IIDN kini tersebar di seluruh Indonesia bahkan seluruh
dunia, terbagi dalam 22 wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh
koordinator wilayah. Untuk Makassar sendiri, Ayulah koordinatornya. Saya
mengetahui sendiri, ibu muda yang cantik ini berusaha membuka jalan bagi IIDN
Makassar untuk lebih dikenal oleh orang-orang Makassar.
Ayu membagikan sedikit tipsnya dalam menulis. Setelah mendapatkan ide apa
yang hendak ditulis, ia membuat mind
mapping. Setelah itu biasanya bisa disusun daftar isi.
Oya sebelum presentasi, Ayu membagikan kartu kepada 4 orang. Dua orang,
termasuk saya diminta menuliskan kata benda. Dua orang lainnya dimintanya
menuliskan kata sifat. Menjelang presentasi berakhir, keempat kartu itu
dikumpulkan. Ada 4 kata di sana: CANGKIR, LAPTOP, SENANG, dan TENANG.
Ayu menggabungkannya menjadi dua frasa: CANGKIR SENANG dan LAPTOP TENANG.
Dengan cepat ia mencontohkan cerita anak yang bisa dibuat dari kedua frasa
tersebut. CANGKIR SENANG bercerita tentang sebuah cangkir cantik yang sedang
dipajang di toko. Sang cangkir senang, ia yakin akan segera terjual karena
kebagusan rupanya. Rupanya ia salah, karena harganya mahal, ia tak segera
terjual.
LAPTOP TENANG, dibuatnya cerita tentang sebuah laptop milik seorang
penulis. Laptop yang mulanya tenang itu kemudian memutuskan lari dari kamar
sang penulis karena kecapaian selalu dipergunakan oleh penulis tersebut.
Kedua contoh menghasilkan tulisan dari ide yang dicomot “begitu saja”
mengantar Ayu pada klimaks presentasinya. Satu quote diucapkannya menutup presentasi ini, “Menulis itu tak sulit. Menulislah yang positif dari
sekarang. Karena itu akan terus diingat orang dan membuktikan kita pernah ada
di dunia.”
Bagi yang berminat bergabung dengan IIDN Makassar, silakan browsing:
https://www.facebook.com/groups/IIDNMakassar/
Jangan lupa bergabung juga dengan IIDN Interaktif di: https://www.facebook.com/groups/ibuibudoyannulis/
Makassar, 30 Desember 2012
Silakan juga disimak:
Update 12 Februari 2020
Share :
bener-bener mengagumkan ya melihat anak kecil itu maen gendang...
ReplyDeletehhmmm... cerita.. masih pengen banget bisa cerita aku kayak ibu ayu itu....
kalo belajar bisa koq mas Huda :)
Deleteapapun filosofinya yang jelas saya suka liat atraksi barongsai :)
ReplyDeleteUnik ka Cha, dan dinamisnya itu lho ...
Deletebaru ngeh ini tuh ternyata kyk event komunitas gitu yak?
ReplyDeleteiya nggak sih?
masih bingung T.T
Tema tahun 2012 ini ttg komunitas. Tiap tahun temannya beda :)
Deleteternyata ada filosofinya ya. Tak kirain hanya pertunjukan kesenian semata.
ReplyDeleteIya, ternyata sarat filosofi :)
DeleteWow lebih ruwet ya pak? Pantesan cerpennya bapak keren2
ReplyDeletewah br merintis tedX kampus dulu.. tp bingung my bikin gebrakan/event apa... :(
ReplyDeleteWaah keren tuh, mudah2an bisa terpikir idenya yaa :)
Deletekerenna tulisanta. detil seperti saya ada di situ saja hehehehe
ReplyDeleteAih terimakasih Hima, hidungku kembang-kemppis ini ^__^
Delete