Hantu Raksasa Itu Tak Selalu Menakutkan

Ini cerita tentang problem psikologis saya. Masalah yang menjadi hantu raksasa bagi saya. Hantu raksasa yang tumbuh dan berkembang biak dalam diri. Yang sering menguasai diri, menyebabkan potensi saya sulit mengemuka.

Defensif. Penggugup. Pemalu. Minderan. Tidak percaya diri. Tertutup. Tidak berani berpendapat. Itulah saya dulu. Tapi sesekali saya merasakan karakter lain, lawan dari ketujuh karakter itu. Entahlah, semacam perlawanan atau usaha membebaskan diri dari hal-hal yang sebenarnya menyiksa itu.

Ada banyak hal yang membuat saya tumbuh menjadi gadis dengan karakter seperti itu, tapi bukan itu yang hendak saya ceritakan. Kesadaran diri saya menggugat, ini harus dibereskan.

Apakah mudah? Tidak. Teramat sulit malah.
Saya takut bicara, takut salah, takut terdengar atau terlihat bodoh. Takut mengecewakan orang lain. Serba salah dalam bertindak. Semua yang lebih kaya, lebih pintar, lebih cantik terlihat hebat. Sementara saya ... hanya seonggok sosok tak berarti apa-apa. Tak punya kemampuan apa-apa. Begitu menurut saya.

Sungguh menyebalkan. Saya sering gemas pada diri sendiri.

"Pose" para senior ^__^

Untungnya prestasi saya di sekolah sejak SD hingga kuliah lumayan. Saya bukan yang terpintar, tapi tidak tergolong bodoh. Saya bisa masuk sekolah-sekolah dan kampus/fakultas favorit (fakultas Teknik) lalu lulus dengan IPK 3 koma. Hanya itu bekal kepercayaan diri saya.

Syukurlah saya punya sedikit bekal kepercayaan diri. Namun kepercayaan diri itu berulang kali tumbang oleh sebab-sebab yang tak bisa saya ceritakan di sini. Bukan hanya itu, harga diri saya sering kali ikut tumbang bersamanya.

Saya beberapa kali mengalami nyaris depresi ... pernah depresi malah.

Masuk lingkungan kampus, organisasi mahasiswa jurusan (HMJ) menjadi harapan bagi pengembangan diri saya. Senang sekali melihat para senior yang bisa berbicara dengan cerdas tentang banyak hal di berbagai forum mahasiswa. Saya ingin seperti mereka. Ya ... minimal, berani bicara di depan orang. Berani mengemukakan perasaan dan pikiran.

Bagaimana mereka bisa sepercaya diri itu dalam berpendapat? Bahkan saat berdebat mereka bisa dengan yakinnya mempertahankan pendapat mereka? Bagaimana mungkin?

Bagi banyak orang, ini bukan hal yang sulit. Tapi bagi saya ... teramat sangat sulit!

Program Pengembangan Diri HMJ
Saya tertarik untuk ikut-ikut kegiatan HMJ, juga menjadi pengamat diskusi-diskusi seru. Baik itu diskusi tentang program pengembangan diri (PPD) mahasiswa, seperti bentuk-bentuk pengkaderan, format pengkaderan. Bahkan diskusi seru tentang “permainan kotor” petinggi akademika juga tentang politik yang biasanya membahas kebobrokan orde baru.

Walau menjadi penonton saja, saya bahagia. Saya biasanya tak punya pendapat. Rasanya tak ada lagi stok pendapat unik yang bisa saya “pegang”, semuanya sudah “diambil” oleh mereka yang berdiskusi. Saya mencoba terus belajar bagaimana menentukan sikap, bagaimana mematok nilai-nilai, bagaimana memiliki ide, dan bagaimana mencetuskannya.

Saya pun merasa nyaman di lingkungan HMJ. Sungguh banyak hal yang memperkaya pengembangan diri di situ. Saya terlibat di berbagai kepanitian sebagai pelaksana (organizing committee) dari seminar ke seminar. Bahkan ada satu masa, kepanitian seminar di fakultas dipegang oleh teman-teman dari HMJ kami dan saya terlibat di dalamnya.

Saya juga terlibat di pengkaderan HMJ. Ikut terlibat di pembuatan format dan strategi pengkaderan sebagai panitia pengarah (steering committee), yang bekerja di tataran konsep, bukan praktis. Beberapa kali saya ditunjuk menjadi salah satu pembawa materi dalam pelatihan pengembangan diri HMJ. Materi administrasi, akuntansi, berpikir kreatif, dan psikologi populer. Tidak mudah, tetapi saya menikmatinya karena ini juga proses belajar bagi saya.

Selalu sulit untuk berbicara di depan orang banyak meski itu yunior. Selalu salah tingkah bila lebih dari puluhan sampai seratusan pasang mata menatap lurus ke arah saya.

Organisasi kami ketika itu adalah organisasi ideal bagi saya. Tempat yang sangat menyenangkan dan penuh idealisme untuk belajar. Tak ada kepentingan yang merusak di sana. Semua punya kepentingan sama: belajar dan mengembangkan potensi diri.

Sejak itu, saya terus berproses. Saya menyenangi hal-hal – termasuk bacaan yang berbau pelatihan, pengembangan diri, pendidikan praktis, dan psikologi populer. Hingga sekarang meski di mata orang-orang saya “hanya” ibu rumahtangga biasa. Bagi saya, itulah pembelajaran saya. Saya ingin terus belajar karena sejatinya manusia harus tetap belajar hingga ajal menjemput. Hal ini juga penting bagi model pengasuhan saya terhadap ketiga anak saya karena saya mendamba sinergisme dengan mereka di dunia dan akhirat.

Di flyer dan baliho ini, nama saya ikut terpajang
bersama nama penulis-penulis keren
Satu pengalaman tak terlupakan adalah ketika saya memberanikan diri mendaftar sebagai penulis partisipan pada sebuah ajang bergengsi: Makassar International Writers Festival (MIWF) pada bulan Juni lalu. Saya dipercayakan satu sesi diskusi buku di mana saya membawakan buku solo saya untuk didiskusikan di situ, berpanel dengan seorang penulis – sahabat Tasaro, bernama Rampa Maega.

Moderator kami adalah Khrisna Phabicara, seorang penulis terkenal yang sudah menulis belasan buku dan baru-baru ini menerbitkan buku Sepatu Dahlan – menceritakan tentang sosok Dahlan Iskan yang bukunya sudah dicetak ulang. Sungguh gugup saya sebelum mulai acara ketika itu. Membayangkan dimoderasi seorang penulis terkenal saja, jantung ini gemetaran.

Seandainya saya tak punya pengalaman berproses sejak zaman kuliah, saya pasti tak mengambil langkah senekad itu. Terasa sekali, bekal pengalaman sejak di HMJ sangat berguna di MIWF. Pun sangat berguna dalam keseharian saya, dalam mengatasi segala kelemahan saya, dalam pengasuhan anak-anak, juga dalam menulis.

Lalu, bagaimana karakter saya sekarang? Jujur, saya masih defensif, penggugup, pemalu, minderan, tidak percaya diri, tertutup, dan tidak berani berpendapat. Di sebuah forum kopdar di mana saya harus memperkenalkan diri saja, jantung saya masih terasa melompat-lompat kencang. Tetapi keadaan saya sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu. Saya pun masih yakin bahwa manusia tidak boleh berhenti belajar hingga malaikat maut datang menjemput.

Makassar, 3 Oktober 2012

Tulisan ini diikutsertakan pada Lovely Little Garden's First Give Away   



Bila berminat, silakan dibaca tulisan-tulisan berikut:



Share :

34 Komentar di "Hantu Raksasa Itu Tak Selalu Menakutkan"

  1. Memang tiada sesuatu yang sempurna dan tanpa kekurangan di dunia ini, tapi kita sebagai makhluk yang terus berkembang lewat proses pembelajaran berharap dapat mengatasi atau setidaknya mengurangi kelemahan itu...
    Saya sangat senang membaca cerita dan penggunaan kata-kata dalam artikel ini :) Tulisannya bagus buk!! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita sendiri yang berusaha mengatasi kekurangan itu ya Pak Guru? Terimakasih banyak sudah menyimak :)

      Delete
  2. Woasik cool banget, kok gak ada foto diskusi bukunya mbak :D
    Aku juga minderan nih T.T
    dan memang menyiksa T.T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Weeh .. tapi Una keren lho, sering menang lomba. Yang menang lomba blog VOA itu wuiiih keren banget. Blognya juga keren abiiss. Foto diskusi buku ada di tulisan ttg itu koq :)

      Delete
  3. Sebab2 yang tak bisa diceritakan disini? Padahal bisa jadi itu buat pelajaran lho Mbak :)

    Gudlak di GA ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sangat pribadi, Yunda. Tdk bisa saya buka di sini :D
      Terimakasih, Yunda ... :)

      Delete
  4. saya pikir hantu raksasa beneran mbak

    ternyata hantu itu adalah ketakutan dan ketidakPDan ya mbak

    sukses ya mbak mugniar utk GA nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap. Seperti hantu raksasa tak berwujud yang bisa menuasai dan mengalahkan akal sehat, Imam :D
      Terimakasih ya, sukses juga buat Imam.

      Delete
  5. semoga sukse mb....

    ^_________^ @_n

    ReplyDelete
  6. Terima kasih mbak Mugniar,
    tercatat sebagai peserta Lovely Little Garden's First Give Away...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih mbak Niken ... komen ini sempat masuk spam mbak .. baru sy temukan :)

      Delete
  7. sama dong kaya stupid monkey, suka minder kalo ketemu gunung yang caem, hehehehe :D
    asik ya acaranya :D

    Sukses selalu ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wiih, baru tahu ada gunung yang bisa bikin mas Stumon minder :D

      Terimakasih yaa

      Delete
  8. http://curhatz.blogspot.com/ : Thread yang bagus Om .. nice lah pokoknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yahh ... dirimu tak membaca tulisan ini ya. Saya bukan "om-om" hiks ...

      Tapi ... terimakasih ya sudah berkomentar.

      Delete
  9. kadang kita harus slengean biar pede
    hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang2 kayaknya perlu begitu ya, bapakne Citra. Kalo slengean, PD bisa terpancing keluar dengan sendirinya :D

      Delete
  10. Lama nggak berkunjung ke sini Mbak :) Semoga sukses kontesnya ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya, lama tak "bertemu" ... apa kabar? :)
      Terimakasih ya

      Delete
  11. hmmm, lg ikutan kontes ya, semoga menang ya sob..

    ReplyDelete
  12. Ada tipe orang yang gugup dalam berbicara, tapi dia berani mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya lewat tulisan. Dan itu sudah membuktikan keberanian kamu kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih nyaman lewat tulisan, soalnya mas Hadi :D
      Untung sekarang berani lewat tulisan. Kalo tidak ... payah hehehe

      Delete
  13. mbaaaak...tosss dulu ah...saya juga termasuk pemalu, minderan dan sering nggak pede jika harus berpendapat di depan banyak orang.

    saya pun kadang gemes denga diri sendiri mbak, tapi semenjak jadi emak-emak pelan-pelan saya juga berusaha terus belajar memperbaiki semua itu mbak. sampai sekarang pun masih terus belajar nih...;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tossss ... sama kita ya mbak. Sebagai emak2 tetap harus semangat ya, apalagi setelah tahu ada temannya begini :D

      Delete
  14. sy juga kalo di suruh bicara di depan umum masih suka gemeteran mbak.. Malah bs2 ngeblank.. Kayaknya sy lebih cocok bicara di blkg layar aja deh.. Jari2 sy lebih mahir berbicara :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wiii .. sama persis saya tuh mbak. Sudah dikonsepkan, tapi bisa ngeblank hihihi kacaw. Sy juga merasa lebih nyaman bicara lewat jari2 ... tosss aah :D

      Delete
  15. aku juga gak pede kok mbak kalau bicara didepan umum, semoga menang ya kontesnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah nambah teman satu lagi. Jangan2 kebanyakan emak2 blogger seperti kita ya mbak Lidya? :D

      Delete
  16. setiap jiwa bersemayam hantu raksasa sejenis itu ya Niar... dan hanya kemauan yang kuat dari si individu itu sendirilah yang akan mampu mengusir si hantu itu...
    aku juga masih seperti itu kok... dan masih belajar untuk mengusir si hantu raksasa....

    Keren euy, bisa tampil sebagai salah satu panelis diskusi buku, mendiskusikan buku sendiri pula. Hebat! Sukses untuk kontesnya yaaaa :)

    ReplyDelete
  17. Woww,..saya malah menahan diri untuk bicara. Tetapi ya ujung-ujungnya sama terkadang "silau" melihat. Padahal yang namanya keberhasilan, dan tujuan itu beda-beda bagi tiap orang. Berhasil bagi dia belum tentu bernilai keberhasilan bagi saya,..demikian juga sebaliknya.

    ...Semoga menang Bun. Tapi 1 keberhasilan Bunda yang udah "Pasti"..(berhasil membuat saya nge blok...muacch)

    ReplyDelete
  18. Wahh.. Selamat yah.. Berhasil menang.. :)

    ReplyDelete
  19. Luar biasa...

    Dari sekian banyak tulisan yang saya baca di blog ini, belum saya temukan tulisan tentang "Medan Listrik, Matematika Teknik, Kalkulus, Rankaian Listrik, dll yang berhubungan dengan Teknik Elektro.

    Tapi jujur,
    Justru ini yang membuat menarik blog ini. Pemikiran-pemikiran positif lahir dari seorang yang secara formal berkecimpung di dunia keteknikan.
    hmmm.... andai saja saya tidak banyak belajar selama ini, mungkin saya akan mencap anda salah jurusan waktu kuliah... hehehe...

    Tapi satu hal, apa yang anda gambarkan tentang 7 kekurangan anda di atas, justru menurut saya merupakan 7 kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. 7 sifat anda tersebutlah yang bisa membuat anda melahirkan tulisan-tulisan di blog ini yang banyak dinilai orang sebagai tulisan2 dengan bahasa yang santun dan menyejukkan hati. Jauh dari sifat kesombongan dalam menulis tentang diri sendiri. 7 karakter yang menurut anda sebagai kekurangan itu justru menjadi roh dalam tulisan2 anda...

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^