 |
Mobil-mobilan yang hampir 30 tahun bersama kami |
Percaya tidak, ada mainan yang bertahan hingga hampir tiga puluh tahun lamanya di rumah kami? Ada yang tidak percaya? Ada saya sertakan fotonya, coba disimak yah ... J
Mainan itu milik adik lelaki saya – Muhyi (Uyi), yang tersimpan dengan manis di dalam sebuah lemari di rumah kami. Mobil-mobilan polisi yang memiliki sirine, lengkap dengan suara dan lampu di atas kap mobil dijalankan dengan memakai dua buah batere ukuran besar.
Sayangnya setelah lama tersimpan dengan aman tenteram dan damai, saat mobil-mobilan itu keluar untuk menemani Affiq - anak saya (sekarang berusia 10 tahun) bermain, hanya selang beberapa hari body-nya yang sebenarnya masih aduhai terpaksa memanen kerusakan di mana-mana. Masih mendingan nasib mobil-mobilan itu, nasib mainan kereta api milik Uyi lebih apes lagi, ia rusak hanya dalam hitungan jam di tangan Affiq!
Uyi dan Affiq memiliki persepsi yang berbeda tentang ‘bermain’. Jika bermain sesuai dengan kaidah-kaidah ibu kami (seperti jangan sampai rusak, habis main dikembalikan di tempat tertentu), maka Affiq bermain dengan kaidah saya yang lebih bebas. Pada dasarnya saya tidak begitu mempedulikan bagaimana cara Affiq bereksplorasi dengan mainan. Yang lebih penting di atas kerapian dan rusak tidaknya sebuah mainan adalah, anak saya bisa mengembangkan daya nalarnya melalui eksplorasinya. Ini sagat cocok dengan Affiq yang tipikal bocah the explorer. Eits ... tapi kalau 'merusak'-nya kelewatan, saya bisa menegur dan bahkan bisa murka juga lho he he he.
 |
Beginilah kalau permainan-permainan ini
sedang berantakan :) |
 |
Permainan-permainan yang melatih motorik halus |
Dalam memilihkan mainan bagi ketiga anak saya, saya lebih mementingkan aspek apakah mainan itu memiliki fungsi pendidikan. Misalnya apakah itu melatih motorik kasar/halusnya atau melatih imajinasi dan daya nalarnya. Dan permainan itu tidak harus dibeli atau tidak harus mahal.
 |
Mainan kayu - sudah ada
komponennya yang hilang |
Misalnya saja saat Affiq sibuk menggunting-gunting kertas dalam jumlah banyak dengan ukuran kecil-kecil, meski di benak saya tanda tanya besar sedang menggelayut – saya membiarkan saja perbuatannya karena ia pasti sedang memiliki ide yang perlu dieksplorasi. Begitu pun saat ia membuat mainan berupa tempat meluncur mobil-mobilan kecil dari kardus yang digunting-gunting dan disambung-sambung dengan lem, saya membiarkannya saja.
 |
Mainan masak-masakan milik Athifah |
Permainan anak-anak saya kadang-kadang dengan menggunakan benda-benda yang ada di dalam rumah, seperti payung dan kursi. Mereka suka membuka beberapa payung sekaligus dan membuat kemah-kemahan dalam rumah, lengkap dengan tali jemurannya. Atau menjejerkan beberapa kursi membentuk pola seperti tempat tidur atau penjara dengan menyertakan bantal-bantal dari dalam kamar, atau sekadar melilitkan tali skiping ke sana ke mari.
 |
'Skateboard' kreasi ayah
untuk cucu-cucunya |
Ada pula mainan yang dibuatkan oleh ayah saya. Walaupun sederhana, mainan ini sangat digemari anak-anak saya malah sering membuat mereka bertengkar karenanya. Mainan itu semacam skateboard yang terbuat dari roda-roda bekas kereta bayi yang dihubungkan dengan sebilah papan. Dengan skateboard itu anak-anak bebas meluncur di dalam rumah sekehendak hati.Saya membiarkan semua adegan ini selama satu hal mereka penuhi: membereskan segala kekacaun yang mereka buat dengan mengembalikan segala sesuatunya ke tempat semula. Yang sering terjadi adalah: pada akhirnya saya yang lebih banyak mengembalikan segala sesuatunya itu ke tempat semula pada malam hari sementara badan saya sudah terasa remuk redam oleh rasa lelah setelah seharian bergelut dengan pekerjaan rumahtangga dan meladeni keperluan ketiga buah hati ini. Grrr betapa menggemaskannya.
Affiq dan Athifah (5 tahun) gemar menikmati permainan di layar komputer. Papanya yang telaten memilihkan permainan yang bemutu bagi mereka yang memiliki fungsi yang baik seperti Dora the Explorer, atau Angry Birds. Kami tidak menyukai permainan yang mengekspos adegan perkelahian karena tak ada gunanya buat anak-anak maka kami tak membiarkan anak-anak memainkannya.
 |
Salah satu game komputer |
Oya, selain permainan-permainan itu, Affiq sekarang punya ‘mainan’ baru di dunia maya lho. Ia sekarang mulai suka ngeblog. Tanpa saya ketahui, ia membuat sendiri blog pribadinya tanpa bantuan siapa pun. Ini dikerjakannya saat saya atau papanya meninggalkan komputer sejenak untuk melakukan sesuatu.
 |
Mainan-mainan warisan si sulung |
Jangankan Affiq dan Athifah, Afyad (2 tahun) pun mulai menyukai permainan komputer. Ia sangat bersemangat menonton kakak-kakaknya main, malah seringkali berusaha ikut duduk di kursi di depan komputer agar bisa lebih dekat dengan komputer dan ikut memegang mouse. Namun dari ketiga anak saya, Afyad yang paling jarang dibelikan mainan Ini karena mainan ‘warisan’ kakak-kakaknya masih ada. Kasihan ya, begitulah nasib anak bungsu. JMakassar, 30 Oktober 2011
Artikel ini diikutsertakan pada Mainan Bocah Contest di Surau Inyiak
Share :
Related Posts :
Sang Peniru
Menarik
sekali memperhatikan perilaku tiga kakak beradik berinisial A ini. Terlihat
sekali kalau kakak memang jadi ukuran sang adik dalam b… Selengkapnya...
Bocah Mandi Sampo
Punya
anak tiga itu seru. Ngos-ngosan tiap hari itu sebuah kepastian. Apalagi di
masa-masa balita mereka. Ketiga anak saya tak ada yang ten… Selengkapnya...
Afyad Bebas Lagi
Masih
terdengar suara Afyad sedang mengutak-atik pintu berjeruji besi di ruang tamu.
Saya bisa mendengarnya dari kamar kami. Saat sedang as… Selengkapnya...
Merah Muda Bernoda
Jam dinding menunjukkan
pukul empat belas lewat.
“Mama … Saya baru
pulang,” Athifah menghampiri saya. Sesungging senyum terbentuk di bibir… Selengkapnya...
Bolang Tetangga
Anak-anak
sekitar rumah saya bagai bolang. Mereka bermain sejak melek sampai mau tidur,
dengan berpindah-pindah tempat. Bisa mulainya di … Selengkapnya...
ihh... Affiq ada blognya sendiri... kereeennn ^^d
ReplyDeleteketawa pas liat gambar teletubbiesnya :))
memang lebih baik menyibukkan anak anak dengan mainan edukatif di waktu luang mereka dibanding membiarkan mereka menonton tv yang sekarang program acara berkualitasnya bis adihitung jari ^^a
Waah miss U sudah berkunjung di sini :)
ReplyDeleteMereka masih suka nonton TV :( tapi bisa kuat2an sama papanya juga. Papanya tdk suka kalau lagi/mau nonton berita, channelnya dipindahkan :)
Ikut lomba yang ini tdk mbak ?
Oke uda Vizon, sudah saya edit :)
ReplyDeleteTerimakasih banyak bang Vizon ... sukses yah :)
ReplyDeleteSkateboard itu yang saya kenal! Kenal dari postingan sebelumnya..heheh..
ReplyDeletewow...sepertinya ini menarik, saya suka cara anda memaparkan, bila dizinikan, saya akan mereview tulisan/blog anda, mencari titik inspirasi lalu membagikannya kepada org lain, begitu pula blog anak anda, selama sy ngeblog baru pertama kali saya menemukan anak seumur anak anda jd blogger.
ReplyDeletesalam knal, salam buat suami dan keluarga anda dimakassar, dan mungkin saya mengajak anda mencoba eksis di http://blogdetik.com/ (jika anda belum punya akun blogdetik. Beritahu saya segera, bila izin review diberikan
By Hardiyanto Takula, Gorontalo
http://takula.blogdetik.com
Terimakasih atas kunjungan dan apresiasinya bang Haryanto. Suatu penghargaan bagi saya jika ada yang berminat me-review blog saya, baru kali ini ada yang mau me-review-nya :).
ReplyDeleteSilakan, dengan senang hati.
Hm .. maksudnya, saya pindah ke blogdetik?
Wah bagaimana yah, saya makin betah di sini ...
Btw, terimakasih sekali atas kunjungannya.
Salam dari Makassar.
@ Mama Rani: Betul sekali, sudah pernah di-posting foto skateboardnya :D
ReplyDeleteNtar kalo jadi ke rumah bisa kenalan betulan sama si skateboard :D
teruslah meulis, teruslah berkreasi
ReplyDeletehttp://takula.blogdetik.com/2011/11/01/blogging-review-menemukan-inspirasi/
Hardiyanto Takula
Terimakasih bang Hardiyanto
ReplyDeleteTerimakasih banyak untuk review blog dan sarannya ^^