Jaringlah Ide, Jadikan Tulisan

Jaringlah Ide, Jadikan TulisanNgeblog itu asyik karena gaya bahasa penulisan di blog bebas. Yang penting tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku dan dimengerti banyak orang.

Mencari idenya pun sebenarnya tak sulit. Di sekeliling kita bertebaran ide, tinggal bagaimana kepekaan kita saja dalam menjaringnya, menangkapnya, dan menjadikannya tulisan.

Sering sekali status-status facebook saya jadikan bahan tulisan di blog. Nah, berikut ini saya berikan dua contoh status-status yang kemudian bisa saya tuangkan ke dalam bentuk tulisan:

Status yang idenya berasal dari sebuah tulisan jurnalis warga

Status ini saya buat pada tanggal 20 Maret:

Cerita seorang anak manusia yang mencari jejak masa lalu di upacara adat Maccera Tana & Mallangi Arajang di desa Umpungeng, Soppeng.
Tulisan dari La Bolong
http://makassarnolkm.com/jejak-peninggalan-arung-palakka-di-umpungeng/
Tulisan yang saya jadikan status
Dari: http://makassarnolkm.com/jejak-peninggalan-arung-palakka-di-umpungeng/
Saya membuat status ini karena menaruh apresiasi besar pada usaha jurnalis warga dalam menulis. Baru-baru ini saya mengikuti pelatihan menulis dan meneliti yang digelar oleh para admin website Makassar Nol Kilometer. Ini merupakan website yang merekam jejak-jejak dan denyut kehidupan yang khas dan unik di Kota Makassar.

Melalui pelatihan tersebut dan dari hasil membaca buku-buku terkait dengan jurnalisme warga (saya pernah membaca buku berjudul Makassar di Panyingkul dan Jurnalisme Sastrawi), saya tahu sekali kalau tak mudah menerapkan kaidah-kaidah jurnalisme warga ke dalam sebuah tulisan. Butuh usaha serius karena harus mencari data yang akurat hingga bisa menulikan fakta yang juga akurat. Agar tulisan bisa dinikmati dan pembaca mendapatkan pengetahuan atau wawasan baru dari tulisan tersebut. Bila terkait sejarah, harus membaca buku-buku sejarah dan menelusuri kebenaran hal yang dituliskan.


Tulisan yang saya share itu dituliskan oleh teman bernama Ahmad yang akrab disapa Made. Di facebook, ia memakai nama La Bolong. Beberapa hari sebelumnya saya  mendengar kabar ia menempuh perjalanan lebih 100 kilometer dari Makassar menuju kabupaten Soppeng untuk menyaksikan sebuah ritual upacara adat dan itu hendak dituliskannya ke website Makassar Nol Kilometer.

Saya sangat salut dengan usahanya. Berbeda dengan jurnalis profesional yang mendapatkan biaya perjalanan dari perusahaan media tempatnya bekerja, Ahmad tidak demikian. Perjalanan yang dilakukannya pasti atas biaya sendiri. Di samping itu medan yang dilaluinya tak ringan.

Satu lagi yang menarik dari tulisan ini adalah karena ritual ini dilakukan di kabupaten Soppeng, daerah asal nenek saya. Bukan tidak mungkin apa yang dituliskannya dan sejarah yang ditelusurinya ada hubungannya dengan nenek moyang saya. Ini hal menarik bagi saya.

Saya yang lahir dan besar di kota besar (Makassar), biar bagaimana pun juga masih merasa punya ikatan dengan kampung ayah saya.

Sumber: citizen-journalism-therealsingapore.com
Hanya ada satu komentar di status ini, berasal dari Aida al-Fath, berbunyi demikian:

Saya percaya tidak percaya dengan cerita rakyat ini mak Niar … jauh dari keyakinan saya. Entah benar atau tidak, saya kembalikan saja sama orang disana.

Saya menjawabnya demikian:

Ini ulasan tentang ritual adat yang dihubungkan dengan sejarah Arung Palakka. Bukan cerita rakyat. Saya punya keyakinan sendiri. Saya tidak bicara tentang benar atau salahnya keyakinan orang-orang yang masih memegang adat ini. Hanya bentuk apresiasi saya sama orang-orang yang masih memegang adat yang mereka yakini dan sama penulisnya yang mencoba menuliskan jejak sejarah dalam website jurnalis warga karena biar bagaimana pun dalam tubuh saya ada darah Bugis, ada darah Soppeng.

Yup, menyebarkan tulisan ini bagi saya bukan berarti membenarkannya. Saya hanya berusaha menghargai “akar” saya. Bagi saya, menghargai akar berarti memupuk nasionalisme. Karena akar saya tumbuh di bumi Indonesia.

Status yang idenya berasal dari berita-berita kampanye di televisi

Untuk mendapat banyak pemilihlah pesta itu digelar
Sumber: www.jendelasastra.com

Status ini saya buat pada tanggal 21 Maret lalu:
Istilahnya "Pesta Demokrasi" ..
Berita tivi diramaikan dengan aneka usaha menarik hati masyarakat yang pastinya biayanya tak sedikit.
Ada yang menggelar acara hiburan, persis di sebelah SMK sampai-sampai kegiatan belajar-mengajar dibubarkan karena polusi suara mengganggu kegiatan di sekolah itu.
*Berpesta di waktu yang tidak tepat .. hiks*
Ada pula yang nyata-nyatanya tertangkap kamera sedang membagi-bagikan duit di tengah masyarakat
*Pesta duit  *
Pesta demokrasi memang mahal ya ...

Status ini saya buat berdasarkan keprihatinan saya menonton ajang pesta demokrasi kita. Teriris rasanya mengetahui bahwa begitu banyak uang yang berhamburan di negeri tercinta ini untuk sebuah pesta padahal entah esensinya apa untuk kemaslahatan bangsa ini.

Pagelaran hiburan tepat di samping SMK itu misalnya, tentu saja mengganggu para siswa. Sayangnya, saat pihak sekolah protes, pelaksananya tak ambil pusing. Jadi terpaksa sekoah dibubarkan karena iklim belajar menjadi tak kondusif.

Miris pula mendapati fakta bahwa ternyata untuk menjaring simpati, banyak sekali orang memakai uang. Paham materialis begitu suburnya di negeri ini. Para caleg berlomba-lomba merebut hati para calob pemilih dengan menghambur-hamburkan uang. Sementara banyak calon pemilih yang memilih setelah diberi sesuatu yang membutuhkan biaya. Malah ada yang mau saja memilih caleg setelah diberi uang. Duh, pesta apa ini negeriku tercinta?

Satu komentar diberikan oleh Mikyal Suyuthi, dan membacanya membuat saya semakin miris saja:

Saya pernah mengalaminya....saya ngajar jam pertama...masih pagi , tapi suara saya kalah sama musik dangdut...anak-anak jadi gak konsen lah suaranya  keras sekali. Saya keluar kelas dan minta tolong sama yang punya hajatan sosialisasi untuk mengecilkan volume dikecilin tapi tetap aja … dalam hati saya … dari caramu saja sudah tidak mencerminkan tidak ada tenggang rasa.....

Wahai para politikus, bagaimana ini? Baru kampanye saja sudah banyak yang tak simpatik begini? Katanya ingin menyejahterakan? Apa memang benar?


***

Begitu banyak topik berita, perbincangan, kejadian, kegiatan, dan hal-hal lain di sekitar kita. Menjaring ide untuk dijadikan bahan ngeblog itu mudah kan, Kawan?

Makassar, 24 Maret 2014

 Artikel ini diikutkan dalam Giveaway Blogger Dengan Dua Status di BlogCamp





Share :

30 Komentar di "Jaringlah Ide, Jadikan Tulisan"

  1. Wah cepet sekali menjawab tantangan dari pakde Mak?
    Semoga berjaya lagi yaa...
    Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan pernah ada rencana menuliskannya Mak cuma perhatian beralih ke hal lain lagi .. makasih ya mak Ren, ikutan yuk ^__^

      Delete
  2. Wah untuk orang sekaliber Mak Niar, ide bisa diolah begitu indah dan tertata apik, sebaliknya saya ide seabreg-abreg namun mentah doang dan untuk eksekusi ide-ide liar terasa sangat susah banget :) Sukses untuk GAnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh mak Christanty merendah nih ... lha tulisannya keren2 koq :)
      Ikutan yuk, Mak :)

      Delete
  3. mbak Niar mah statusnya selalu oke punya, nih buktinya jadi postingan yg oke banget kan ;)
    sukses GA mbak, aku menyusul ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Muna juga oke lho .. sukses juga ya mbak :)

      Delete
  4. Terima kasih atas partisipasi sahabat
    Segera didaftar
    Keep blogging
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah .. sohibul GA sudah berkunjung. Terima kasih ya Pakdhe ^__^

      Delete
  5. Mak Niar tulisannya selalu bagus dan bermutu...terkadang sp sy hanya cm bs membaca sj tanpa bs mengomentari lg....Sukses dg GA-nya mak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mak Irowati juga tulisannya bagus. Terima kasih ya sudah mampir, Mak :)

      Delete
  6. Wah, jeli sekali Mak Niar ini :) sukses Mak

    ReplyDelete
  7. Memang kadang2, kampanye itu mengganggu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak ... mereka tidak tahu apa ya, di belakang banyak yang ketawain

      Delete
  8. Mbak mugniar ini paling peka emang

    ReplyDelete
  9. maaak, ide memang di mana-mana, cumaa sayaa inih kadang malaas huaaaaa *self toyor*, jadi kemarin ngadep lappy karena kerjaan setelah selsai saya jadi neg utk nyentuh lappy dulu. skarang baru bisa apdet :D

    sukses untuk GA ya mak ^.^

    ReplyDelete
  10. idenya mbak Niar ada aja ya untuk menulis, keren

    ReplyDelete
  11. Kondisi kedua lagi rame-ramenya, Bun. politik uang sudah berhasil merampas suara pemilih, di beberapa daerah masih mudah terpengaruhi oleh kenikmatan sesaat. miris sekali. berbagai cara dilakukan untuk mengejar kedudukan. calon yang gak layak dipilih. kalau di awal sudah berlaku seperti itu, apa jadinya nanti.

    Sukses untuk GAnya yah, Bun :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menyedihkannya, hal2 ini dianggap wajar di negara ini :(
      Terimakasih ya. Gak ikutankah?

      Delete
  12. kata Dee Lestari, ide itu seperti sungai yang mengalir tanpa henti di alam bawah sadar kita.
    kita hanya harus berhenti sejenak, merendahkan diri dan duduk di tepi sungai itu lalu mengambil sedikit aliran sungai bernama ide itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keren ya analoginya. Iya .. kira-kira seperti itu :)
      Malah bisa jadi seperti udara di sekeliling kita, tinggal tutup mata, maka kita bisa merasakannya bergerak di sekeliling kita.

      Delete
  13. Duh, mba Mugniar sih status nya emang selalu keren keren, jadi panteslah kalo dijadiin ide posting...

    Kalo aku sih..ehm...ya gitu deeeh...hihihi...
    *gak tega sendiri mau lanjutinnya...hihihi...*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dirimu super kereeeen mbak Erry. Bisa bikin tulisan yang asyik :)

      Delete
  14. Tuh kan jadi lebih enak dibacaaaa ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaah untung mengikuti saranmu ya Mak.
      *Coba dari dulu ya*
      Terimakasih ya :)

      Delete
  15. jeli, teliti & akurat

    ReplyDelete
  16. Buat yg otaknya encer seperti mak Mugniar sih mengolah ide jadi mudah ya.. Kalau aku masih suka kesulitan maaakk :p ide banyak, cuma mengolahnya itu yg ribet..

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^