Bercanda dengan Perplexity - Karena penasaran saat melihat Kak Bisot, teman blogger meng-upload hasil rekayasa foto menggunakan Perplexity, saya juga mencoba mengaksesnya. Perplexity AI adalah platform kecerdasan buatan (AI) yang berfungsi sebagai mesin pencari percakapan dan chatbot. Perplexity ini dirancang untuk memberikan jawaban yang cepat, akurat, dan relevan atas pertanyaan pengguna, dengan mengutip sumber-sumber terpercaya dari berbagai platform di internet[1].
Sebenarnya
mirip sih dengan ChatGPT. Selama ini saya menggunakan ChatGPT untuk
banyak hal. Uniknya, Perplexity bisa digunakan di WhatsApp, seolah-olah kita
bercakap—cakap dengan teman sendiri. Eh, lebih mirip dengan Meta AI sih
ya. Dengan Meta AI kan kita bisa bercakap-cakap di WA. Hanya saja
Meta AI masih belum akurat seperti ChatGPT.
Dikarenakan
informasi tidak saya dapatkan dengan lengkap, saya mencoba bertanya pada Meta
AI nomor WhatsApp Perplexity ... eh dikasih dong. Berarti kan memang
resmi ya. Langsung saja saya mencoba chatting dengan Perplexity:
Saya (N): Halo. Bisa berbahasa
Indonesia?
Perplexity (P): Hai! Saya Perplexity, asisten AI Anda di WhatsApp. Cara
menggunakan bot ini:
- 🤔
Tanyakan apa saja dan dapatkan jawaban cepat dan akurat
- 🖼️
Buat dan edit gambar langsung di obrolan
- 🎤
Kirim catatan suara dan dapatkan balasan suara AI
Halo! Tentu saja, aku bisa berbahasa
Indonesia 😊. Ada yang bisa aku bantu hari
ini? Tenang, aku paham kok! 😊 Kamu mau
tanya atau cari info tentang apa nih?
N: terima kasih ya, nanti saya
hubungi kamu kalau saya ada pertanyaan.
P: Siap, sama-sama! 😊
Kapan pun kamu butuh bantuan, tinggal chat aja ya. Semoga harimu menyenangkan!
Ada rencana seru hari ini?
N: Ada dong. Saya mau pergi dengan
teman-teman kuliah. Di bawah komentar ini, Perplexity memberikan emotikon
tertawa gembira. Di sini saya takjub.
P: Wah, seru banget! Semoga acara sama
teman-temannya lancar dan menyenangkan ya 🤗. Mau
nongkrong di mana nih kali ini?
N: Ada deh. Mau tahu saja kamu. Nanti
kamu memata-mataiku 😅. Di bawah komentar ini dia kasih lagi
emotikon tertawa dengan satu bulir keringat di sebelah kanan.
P: Haha, tenang aja, aku nggak bisa
ngintip-ngintip kok 😄 Semua obrolan di sini privasi sepenuhnya, jadi
santai aja! Kalau butuh tips nongkrong atau rekomendasi tempat, kabari
ya! Lagi suka nongkrong di kafe atau outdoor, nih?
N: Oke deh. Makasih yaa. Di bawah
komentar ini lagi-lagi dia berikan emotikon. Kali ini emotikon senyum.
P: Sama-sama! 😊
Senang bisa ngobrol sama kamu. Kalau butuh apa-apa nanti, langsung aja chat
aku ya. Have fun bareng teman-teman!
Percakapan
ini ku-screenshot dan jadikan status Facebook. Sejumlah teman
menanggapi, termasuk yang penasaran jika disampaikan atau ditanyakan sesuatu,
kira-kira si Perplexity ini menjawab apa. Maka saya buka lagi percakapan:
N: Oya, ada salam dari Rahmi. Pada
komentar ini dia beri emotikon senyum manis.
P: Wah, makasih banget!
Salam balik buat Rahmi ya 😊 Seru nih
kalau bisa ngobrol bareng kalian berdua. Lagi pada ngumpul di
mana nih?
N: Belum ngumpul kok.
Semoga secepatnya. Di bawah komentar ini Perplexity memberikan emotikon
tertawa dengan 1 bulir keringat di sebelah kanan atas.
P: Amin, semoga bisa ngumpul bareng
Rahmi dan teman-teman segera ya! 🙌 Kalau udah
jadi ngumpul, jangan lupa update aku, siapa tahu butuh ide seru.
Lagi pada kangen ngobrol santai aja, atau ada acara khusus?
Lucu,
ya. Lumayan buat hiburan di kala gabut. 😊
Saya tidak menyangka Perplexity segaul ini. Saya beberapa kali menggunakan Meta
AI tetapi gaya bahasanya serius. Saya pikir pembawaan si Meta demikian namun kata
Mbak Indah, Meta gaul juga kok gaya bahasanya. Baru saya sadari, saya
menggunakan bahasa formal ketika nge-chat si Mbak Meta ini.
Saya
yang makhluk generasi X takjub dengan perkembangan teknologi saat ini. Beberapa
waktu yang lalu saya dapat informasi adanya jasa teman buatan yang bisa diajak chat
WA. Jasa ini tentunya berbayar. Sayangnya ada yang salah gunakan, menjadikannya
alat untuk melakukan eksploitasi seksual. Sekarang, jasa ini bisa ”diperoeh
gratis” melalui AI (kecerdasan buatan) seperti Meta AI dan Perplexity.
Tentunya,
AI ini sekadar alat bantu ya. Jangan sampai dijadikan teman sejati. Biar
bagaimana pun juga, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia
lain, bukan manusia jadi-jadian alias mesin yang menyaru sebagai manusia yang
pandai berkomunikasi.
Kita manusia adalah makhluk sosial. Kita lahir ke dunia sebagai hasil dari tindakan orang lain. Kita bertahan hidup di sini dengan bergantung pada orang lain. Suka atau tidak, hampir tidak ada momen dalam hidup kita di mana kita tidak mendapatkan manfaat dari tindakan orang lain. Karena alasan ini, tidak mengherankan bahwa sebagian besar kebahagiaan kita muncul dalam konteks hubungan kita dengan orang lain.
— Dalai Lama XIV
Makassar, 29 Juli 2025
[1] https://s1sing.fbs.unesa.ac.id/post/apa-itu-perplexity-ai-dan-bagaimana-perannya-dalam-dunia-pendidikan
Share :
0 Response to "Bercanda dengan Perplexity"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^