Hari Ibu: Perempuan Tangguh dari Pulau Garam

Perempuan tangguh itu
sedang menyendok songkolo' pesanan saya.
Dikutip pada 12 November 2011

Namanya mbak Mar. Ia seorang perempuan sederhana paruh baya yang tinggal di petak kontrakannya yang sekaligus menjadi warung tempatnya berjualan di dekat rumah saya. Saya mengagumi ketangguhan perempuan heroik ini dari percakapan-percakapan singkat dengannya di kala saya membeli songkolo’ (penganan khas Makassar yang terbuat dari beras ketan yang ditaburi kelapa sangrai) atau lauk rumahan (ikan goreng, tempe goreng, atau sayur) hasil racikannya. Meski bukan asli Makassar, ia piawai mengolah songkolo’. Orang-orang seisi rumah menyukai songkolo’ buatannya. Sulung saya Affiq bahkan berencana membawa songkolo’ buatan mbak Mar untuk acara makan-makan menjelang penerimaan rapor di sekolah tanggal 23 besok.

         Lebih dari dua puluh tahun yang lalu ia datang dari pulau garam – Madura. Logat Maduranya sudah sangat samar sehingga orang yang baru mengenalnya pasti mengira ia orang Makassar asli karena lidahnya sudah sedemikian fasihnya mengucapkan dialek Makassar. Ia telah beberapa kali menikah. Suami-suami terdahulu ada yang bercerai dengannya dan ada yang meninggalkannya demi perempuan lain. Ah ... sungguh miris mendengar kisah perempuan yang dizalimi perempuan lain.
Ia memiliki dua anak perempuan sepantaran saya, mereka tinggal di Madura. Sekarang ia mengasuh anak bungsu suami terakhirnya yang diperlakukannya seolah anak sendiri. Walau mengetahui siapa ibu kandung yang sebenarnya, anak laki-laki berumur tujuh tahun itu memanggilnya ‘Mama’.
Di petak kontrakan itu, ia rela berbagi ruang dengan seorang laki-laki berusia menjelang dua puluh beserta istri dan anak perempuannya yang masih bayi. Laki-laki itu tak lain adalah anak tirinya yang juga diperlakukannya seolah anak sendiri. Saya pun kerap menyaksikan ia memperlakukan mereka selayaknya keluarga sendiri. Saat si bayi sakit, saya membaca raut khawatir di wajahnya. Saat orangtua si bayi tengah bertengkar hebat, saya menangkap raut prihatin dan sedih di matanya yang merona merah lagi berembun.
         Sebelum ayam berkokok ia sudah sibuk memasak penganan yang hendak dijual hari itu. Walau sakit, ia tak pernah bermanja diri, rutinitas tetaplah rutinitas baginya. Ia tak pernah berkemul[i] sepanjang hari untuk menepis penyakit. Baginya, penyakit harus diusir dengan cara tetap bekerja keras. Pukul setengah delapan pagi ia berjalan kaki ke pasar, guna berbelanja sebagian bahan yang hendak dimasaknya untuk jualan hari itu. Pulang dari pasar, ia kembali sibuk memasak.
           Saya senang mengorek kisah-kisah heroik darinya. Bagi saya, ia seolah khazanah[ii] hikmah mengenai ketangguhan seorang perempuan. Baginya tak ada istilah menadahkan tangan kepada suaminya yang seorang buruh. Segala kebutuhan rumahtangga dipenuhinya sendiri tanpa mengeluh. Di saat-saat sulit di mana suaminya sedang tak berpenghasilan pun ia tetap melayani sang suami dengan baik.
         Selain itu ia cukup menguasai pengobatan herbal tradisional. Beberapa kali ia menceritakan kepada saya mengenai jenis-jenis tanaman tertentu yang bisa diramu dan digunakan sebagai obat untuk penyakit-penyakit tertentu. Ah, bebal sekali saya, mbak Mar. Saya tak pernah mencatat ilmu pengobatan yang engkau bagi kepada saya. Jika suatu ketika saya menyambangimu dan ‘mewawancarai’-mu lagi, bersediakah kau mengulanginya untuk saya?
Makassar, 22 Desember 2011
"Potret ini di ikut sertakan dalam Kontes Perempuan dan Aktivitas yang di selenggarakan oleh Ibu Fauzan dan Mama Olive




[i] Berselimut
[ii] Kekayaan; perbendaharaan


Share :

29 Komentar di "Hari Ibu: Perempuan Tangguh dari Pulau Garam"

  1. Sukses ya mbak...
    Wah dia jauh dari anak dong :D

    ReplyDelete
  2. bener2 perempuan tangguh ya ..

    Salam buat mbak Mar..
    Selamat hari ibu.

    Terima Kasih sudah berpartisipasi di acara kami.

    ReplyDelete
  3. @Untje:
    Sama2 Na ...
    Saya sudah lama tak mendengar cerita ttg anaknya.

    ReplyDelete
  4. @Dey:
    Terimakasih kunjungannya mbak.
    Salam hari ibu juga ^_^

    ReplyDelete
  5. hebat ya mba Mar ini mba... punya hati seluas samudera. Tangguh dan sungguh berjiwa besar.

    Selamat hari ibu untuk mba, mba Mar dan para ibu lainnya di seantero negeri ini....

    dan sukses juga untuk kontesnya ya...

    ReplyDelete
  6. @Nchie:
    Terimakasih sudah masuk daftar, mbak. Alhamdulillah ^_^

    ReplyDelete
  7. @Alaika:
    Iya mbak, saya bersyukur sekali dipertemukan dengannya. Saya suka ngobrol dengannya saat membeli jualannya. Meski sebentar saya menangkap ketangguhannya.

    ReplyDelete
  8. Tawwa..adami postingannya..
    Mau k' juga ikuttt :O

    ReplyDelete
  9. @Mama Rani:
    Ayo buruan nulis, tinggal besok ^_^
    Eits ... tapi jangan begadang, ingat kesehatan :)

    ReplyDelete
  10. Foto sederhana dari sosok yang luar biasa..

    Semoga sukses ya Mbak..

    ReplyDelete
  11. Sangolo' ini makanan apa Mbak?
    hebatnya Mbak Mar sudah bisa saya rasakan setelah membaca tulisan ini..
    saluttt

    ReplyDelete
  12. Dengan segala pengorbanan dan perjuangan seorang ibu yang dilandasi cinta, kasih sayang dan keikhlasan, maka sangat layak jika surga ditempatkan di bawah telapak kakinya.

    Muliakanlah ibumu, ibumu, ibumu kemudian ayahmu. Jangan sakiti hatinya karena ridho Allah ada pada mereka.

    Mother, how are you today?
    Semoga ridho Allah selalu ada padamu, bukan saja di hari ini, tapi di setiap waktu yang kau lewati.

    ReplyDelete
  13. @Masbro:
    Mudah2an juri berkenan Masbro karena hasil jepretan saya tidak ada apa-apanya, hanya bermodalkan kamera dari HP sederhana. Mudah2an juri berkenan dengan kisah luar biasa dari sosok yang ada di dalam foto ini.
    Terimakasih sudah berkunjung ^_^

    ReplyDelete
  14. @Apikecil:
    Songkolo' itu dari beras ketan, bisa yang beras ketan yang mana saja. Yang dimasak seperti memasak nasi. Nanti di atasnya ditaburi kelapa sangrai (yang sudah dibumbui tentunya). Rasanya mantaaps, apalagi bikinann mbak Mar, uenak baget. Lalu dimakan pakai sambal ... hmm slurp ... aduh jadi kepingin. Tapi songkolo'nya sudah habis, tadi diborong Affiq - sulung saya, dibawa ke sekolahnya untuk acara makan-makan menjelang penerimaan rapor besok.
    Terimakasih sudah mampir ya Apikecil ^_^

    ReplyDelete
  15. salut deh pada perempuan perempuan seperti ini

    ReplyDelete
  16. hidup perempuan!!!!

    Dija juga perempuan, hihihihihi

    ReplyDelete
  17. @Abi Sabila:
    Mudah2an bisa meneladani ketangguhan mbak Mar. Mudah2an bisa menginspirasi perempuan2 yang membaca tulisan ini. Terimakasih kunjungannya Abi Sabila ^_^

    ReplyDelete
  18. @Choirul:
    Ternyata di sekeliling kita banyak perempuan sederhana yang tangguh2 yah ^_^
    Terimakasih sudah berkunjung

    ReplyDelete
  19. wajah baru blognya jadi lebih seger lihatnya ^^
    makasih infonya k'niar :)

    ReplyDelete
  20. @Elsa:
    Iya mbak, dari mereka yang sederhana ini .. ternyata ada khazanah pelajaran yang sungguh tak ternilai ...
    Terimakasih kunjungannya ^_^

    ReplyDelete
  21. @b:
    Ini 'Baby Dija' yah ... ?
    Hidup Dija ... semoga jadi perempuan tangguh kelak yah ... tante sudah pernah main ke blog Dija lho ^_^

    ReplyDelete
  22. @Icha:
    Iya nih Cha, lagi mo ganti baju ... soalnya beberapa kali saya ketemu blog yang bajunya persis sama hehehe.
    Terimakasih juga sudah mampir Icha ^_^

    ReplyDelete
  23. Hebatnya Ibu Mar, tetap gigih dan siap berbagi dengan tanpa pamrih. Orang-orang dr PUlau garam cukup terkenal dengan skill'nya di bidang pengobatan herbal tradisional.

    Btw, selmat hari ibu buatsemua kaum perempuan dan Ayah yang karena takdir harus mengambil peran 'menjadi' ibu. Semoga kita bisa jd anak-anak yg lebih berbakti pd ortu kita masing-masing

    ReplyDelete
  24. @Ririe Khayan:
    Iya ... mbak. Terimakasih ya. Selamat hari ibu juga ^_^

    ReplyDelete
  25. @Shireishou:
    Oya? Saya jadi minder setelah keliling blog peserta kontes ini. Foto mereka keren2 :)
    Terimakasih ... mbak Mar memang sosok yang menginspirasi ...

    ReplyDelete
  26. meski telat, ucapan selamat "mother's day" to you mudah2an masih terasa. Sosok ibu apapun perannya sangat super dimataku (termasuk ibunya Affiq), manusia yang tegar, lembut, kasihnya sepanjang masa orang yang mengenalnya. Bila dikatakan prosentase wanita lebih banyak dari pria, berarti bisa membawa dunia ini lebih damai dengan bertebarannya penebar kasih sayang. Negara akan kuat setegar ibu Mar dan ibu Mug... semakin mendapat cobaan, tiang penyangganya semakin tebal tertanam. Terima kasih ibu, walau engkau telah dialam sana.. kasihmu selalu berbekas dilubukku dan pelupukku yang akan kuteruskan kepada anak-anakku kelak

    ReplyDelete
  27. @Anonim
    Hai, siapakah dirimu? :)
    Maaf, rasanya saya tidak layak dipuji seperti itu. Saya hanyalah manusia biasa yangtak pernah luput dari khilaf. Bisa lembut pun bisa garang.
    Namun demikian, terimakasih atas motivasinya yang indah :)

    ReplyDelete
  28. Salute untuk Beliau, dan seluruh perempuan tangguh di muka bumi :-)

    Selamat hari ibu juga Mba. Maap telat hehehe

    ReplyDelete
  29. @Zulfadhli's Family:
    Betul mbak ... kita angkat topi sama perempuan seperti ini ... selamat hari ibu (lebih telat lagi hehe)

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^