Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts
Showing posts with label Memantaskan yang Pantas. Show all posts

Habis Main, Rapikan Ya

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

“Habis main, rapikan ya!”

Itu titah saya bila teman-teman Athifah datang bermain. Bukan tanpa alasan saya harus menjadi galak saat mereka ada. Jika tidak, semua mainan diporak-porandakan oleh anak-anak ini. Untuk mengambil mainan saja mereka mesti mengeluarkan bunyi “BRAK” dan “BRUK”, tidak ada halus-halusnya.

Pertama kali menerima mereka bermain di rumah, saya stres karena harus merapikan sendiri mainan yang berhamburan di mana-mana dan juga kursi-kursi yang tergeser ke sana ke mari. Jauh lebih berantakan dibanding jika yang bermain anak-anak saya saja. Makanya saya harus membuat aturan dan tak bosan-bosan mengingatkan anak-anak ini. Sebab jika saya lupa mengingatkan, bagi mereka itu berarti “boleh tak merapikan”.
Baca selengkapnya

Godaanmu Menggangguku


Sebelumnya, mohon maaf kepada orang-orang yang merasa terkait dengan kisah dalam tulisan ini. Bukan bermaksud membongkar aib masa lalu. Melainkan sebagai pengingat kepada yang lain sekaligus ini merupakan kesempatan bagi saya untuk menjelaskan alasan dari sikap saya saat itu. Mengingat kisah ini sesuai tema “dua sisi” maka tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mungkin kebanyakan orang yang mengenal saya mengira sikap saya bisa selamanya seperti ini. Saya tak suka berdebat. Dalam berbicara, suara saya cenderung kecil. Saya tak suka konflik. Saya sering kali ingin menyenangkan semua pihak, tak kuasa berkonfrontasi dengan siapa pun. Sebagian orang mungkin mengira saya tipe orang yang hanya bisa diam dan menangis bila terganggu.

Padahal tidak selalu demikian. Saat hal prinsipil dalam diri saya diusik, saya bisa bersikap keras, laksana harimau yang mengaum dan mengambil ancang-ancang untuk membalas. Inilah sisi lain dalam diri saya yang tak banyak diketahui orang.
Baca selengkapnya

Apakah Semua Pakaian Harus Diseterika?

Apakah semua pakaian yang sudah dicuci harus diseterika?
Tidak! Siapa yang mengharuskan?

Tapi kan ...
Tapi kan apa?

Apakah ada orang yang terkena penyakit yang amat berat hanya karena pakaiannya tak diseterika?
Tidak.

Apakah ada orang yang terkena bencana maha dahsyat gara-gara pakaiannya tak diseterika?
Tidak.
Baca selengkapnya

Menahan Geliat Miras di Dunia Maya

Syukurlah, hal yang saya takutkan tidak terjadi pada tahun ini. Bulan Februari tahun lalu, minuman keras (miras) beriklan di dunia maya! Panel sisi kanan facebook gencar mempromosikannya dalam beberapa bentuk, salah satunya bertema valentine. Sepanjang hari iklan-iklan itu muncul berkali-kali. Blog coba dijamahnya pula. Bayaran untuk setiap kliknya sungguh menggiurkan. Jauh di atas yang biasanya diberikan produsen lain.

Saat itu saya coba mengingatkan beberapa orang. Tak terduga ada yang menganggap saya berlebihan atau “menghalangi rezeki orang lain”. Padahal yang saya lakukan semata-mata karena kegelisahan sebagai muslim. Miras itu haram, tak ada tawar-menawar. Sebuah hadits menyebutkan:

“Rasulullah SAW melaknat tentang arak, 10 golongan: yang memeras, yang minta diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang minta diantarkan, yang menuangkan, yang menjual, yang makan harganya, yang membeli, yang minta dibelikan.” (HR Tarmizi &  Ibnu Majah)
Baca selengkapnya
Terbuai Voucher dan Bonus Senilai Jutaan Rupiah

Terbuai Voucher dan Bonus Senilai Jutaan Rupiah

Tulisan ini merupakan kisah nyata. Nama-nama orang yang mengalami disamarkan.

Pesawat telepon leased line[1] berdering. Suara seorang perempuan terdengar.

“Selamat pagi, Bu. Saya Ana. Selamat, nomor telepon Ibu terpilih di antara seratus nomor yang beruntung. Ibu bisa datang ke kantor Kami untuk mengambil hadiahnya,” perempuan itu menjelaskan.

“Apa ini? Kenapa nomor telepon Saya?” tanya bu Ramlan, seorang nenek berusia 70 tahun.
“Komputer Kami mengacaknya, Bu. Di antara banyak nomor di kota ini, nomor Ibu termasuk yang beruntung. Kami mengadakan program pemeriksaan gratis hanya selama beberapa hari. Selain mendapatkan hadiah, Ibu dan Bapak terpilih untuk mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis di klinik Kami.”

Ana – perempuan berusia dua puluhan tahun memberikan nomor telepon dan alamat kantornya yang ia sebutkan sebagai klinik X.

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Ana, bu Ramlan memberitahukan berita itu kepada suami dan anaknya Ratih. Baik pak Ramlan (73 tahun) maupun Ratih bisa menebak, itu pasti tenaga sales yang ingin mempromosikan produk yang dijualnya.

Bu Ramlan yang punya karakter suka penasaran dengan hal-hal yang menurutnya hanya diketahui sedikit tak berhenti bertanya-tanya. Argumen yang diberikan suami dan anaknya tidak bisa menahan rasa penasarannya.

“Kenapa nomor telepon kita? Ibu menelepon bu Kadri yang tinggal dekat klinik itu tapi ia tak ditelepon klinik itu? Juga tante Sarah yang tinggal di dekat situ. Kenapa mereka tak ditelepon?” cecar bu Ramlan.
Baca selengkapnya