“Nyalon di Thailand”, Antara Ancaman dan Peluang

Pada KTT ASEAN Ke-12 di Cebu Filipina pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 sejalan dengan Visi ASEAN 2020 dan BALI CONCORD II. Mereka menandatangani Cebu Declaration on Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. Secara khusus, para pemimpin ini sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan mentranformasikan kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan dimana terdapat aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil, serta aliran modal yang lebih bebas.

Pada tahun tahun 2015, akan terbentuk era baru Komunitas ASEAN yang ditopang oleh 3 pilar komunitas bersama yaitu komunitas keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam komunitas besar yang disepakati akan terealisasi pada 31 Desember 2015 ini segala aspek kehidupan seluruh rakyat ASEAN yang kini berjumlah 600 juta jiwa akan terkoneksi. Semua saling terhubung baik dalam berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan sosial budaya hingga keterkaitan secara fisik dan infrastruktur.

Sumber: www.zenredsalonbangkok.com
Para negara anggota ASEAN membutuhkan kerjasama yang solid demi menciptakan stabilitas, keamanan dan perdamaian. Ketiga faktor ini sudah tentu akan berdampak positif pada perkembangan kesepuluh negara yang terletak di Asia Tenggara ini. Efeknya akan signifikan pada persaingan dengan aliansi-aliansi lain yang lebih besar dalam kancah internasional seperti NATO dan Uni Eropa.

KEA (Komunitas Ekonomi ASEAN) akan membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif. Sebagai pasar tunggal dan basis produksi, ASEAN memiliki lima elemen utama yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi,  aliran modal yang lebih bebas, dan  aliran bebas tenaga kerja terampil.

Segala bea masuk, pajak, pentarifan, dan pengurusan visa tenaga kerja terampil akan dipermudah untuk sesama anggota ASEAN. Sekian tahun ke depan, segala bentuk usaha juga tenaga kerja Indonesia bisa saja berbaur sekaligus bersaing dengan tenaga-tenaga kerja ASEAN dalam berbagai bidang, termasuk usaha kecantikan: SALON.

Ya, SALON! Terbayangkankah Kawan jika suatu saat nanti Kalian tak perlu jauh-jauh ke Thailand untuk nyalon pada orang Thailand? Tahukah kawan jika orang-orang Thailand sekarang belajar bahasa Indonesia untuk lebih kompetitif nantinya?

Kalau orang-orang Thailand bisa berbahasa Indonesia dan memiliki peluang  yang sama besarnya dengan orang-orang Indonesia untuk mengadu nasib di Indonesia. Seperti menjalankan usaha salon di Indonesia, berdampingan dengan salon-salon lokal apa yang terjadi?

Adalah fakta yang saya ketahui di sekitar saya: para pendatang dari Jawa mampu menjalankan usaha salon di Makassar. Mereka mampu mempelajari tata busana dan upacara adat Bugis/Makassar dan setelah sekian tahun mereka mampu bersaing dengan salon lokal yang didirikan oleh orang-orang asli Bugis/Makassar.


Nah, apa yang bakal terjadi dengan para pengusaha salon lokal? Yup, hukum rimba bisa saja berlaku: YANG KUAT MENJADI PEMENANG. YANG LEMAH MENJADI PECUNDANG. Kuat dan lemah dalam hal apa? Ya dalam hal kemauan dan kemampuan belajar serta daya saing!

Terlebih lagi masyarakat kita biasanya lebih suka mengerubuti sesuatu yang baru dan “bening”. Lihat saja bagaimana masyarakat bolak-balik di mart-mart modern yang “cling” lantainya dan menjanjikan aneka diskon dan bonus, meninggalkan mini market lokal yang lebih dulu berdiri? Di dekat rumah saya ada lho mini market lokal yang akhirnya mati karena kalah bersaing dengan mart modern yang hanya berjarak 5 meter dari mini market lokal itu.

Hati kecil saya tak ingin salon-salon lokal, terutama di dekat rumah saya (di sekitar rumah saya, walaupun terletak di dalam gang, ada 3 salon lokal untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah di lingkungan kami) kelak kalah bersaing dengan pengusaha salon dari Thailand.

Tapi ancaman sebaiknya disikapi, dijadikan tantangan untuk merebut peluang. Bagaimana caranya? Ya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi iklim kompetisi era KEA. Dengan cara apa? Dengan memperkuat daya tahan.

Misalnya, dengan meningkatkan kreatifitas dan teknik/kemampuan dalam bisnis kecantikan, menciptakan inovasi secara teknis, dan meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen. Satu kekurangan pengusaha lokal di sekitar kita adalah dalam hal peayanan yang suka seenak dengkul mereka. Senyuman dan tutur ramah seolah barang mewah yang harus mereka beli di luar negeri.

Kalau para pengusaha dan pekerja salon lokal mampu memperkuat daya tahannya, saya kira mereka kelak akan mampu bersaing dan tak bakal tergeser apalagi tergusur oleh pengusaha salon dari Thailand. Satu hal yang patut diingat, masih banyak koq konsumen yang punya semangat nasionalisme tinggi. Masih banyak koq orang yang lebih suka memakai produk dalam negeri. So, tak perlu takut kan?


Makassar, 26 Agustus 2013


Referensi:
  • CETAK BIRU KOMUNITAS EKONOMI ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT), Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI 2009 dalam bentuk file PDF
  • Artikel berjudul Komunitas ASEAN dan Stabilitas di harian Kompas, Jumat 28 Juni 2013.



Share :

28 Komentar di "“Nyalon di Thailand”, Antara Ancaman dan Peluang"

  1. mbk niar memang top ye....geleng2 baca ini :D

    ReplyDelete
  2. persaingan memang akan menumbuhkan si kalah dan si menang mbak

    masyarakat Indonesia juga harus mampu bersaing, agar para kita juga nggak kalah dari mereka, dan tentu saja bagi yang berdana terbatas harus bekerjasama dan gotong royong secara terpadu agar data terbatas itu menjadi dana yang tak terbatas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya ... mudah2an "yang berdana terbatas" yang dimaksud mas Imam pada nyadar ya. Kalo tidak waduh ...

      Delete
  3. kereeenn mak, semoga pengusaha salon lokal mampu bertahan dengan meningkatkan kualitas. Aamiin...

    ReplyDelete
  4. Wahh kl org thailand aj smgat blj bisa Indonesia, kt jg hrs mulai smgat blj bisa tagalog jg dong.. Jgn smp klh....
    Btw tulisanya swwiiippp dyeeehh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa kalah kita ya mak kalo tidak ikutan belajar bahasa mereka? Paling tidak bahasa Inggris yah. *Jd ingat bahasa Inggrisku sekarang gagap total hiks*

      Delete
  5. keren.. fokus dan informatif..
    *makin bingung mau nls apa ttg ini.. huhu

    ReplyDelete
  6. Artinya bangsa Indonesia harus memiliki daya saing yang cukup tinggi. BAngsa Indonesia harus mau untuk belajar dan belajar untuk tidak kalah dengan bangsa lain, terutama dalam hal kemampuan.

    MBa Niar, keren ouy

    ReplyDelete
  7. hihi.. sukses mba.. saya masi nyari ide :D

    ReplyDelete
  8. Menganga bacanya :D sayangnya orang-orang Indonesia masih takut bersinergi dengan alasan malah takut tersaingi sesama teman. Perlu kerja keras untuk membuka kesadaran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup: Kesadaran, itu yang pertama2 yang harus ada. Mudah2an para blogger bisa membangkitkannya L)

      Delete
  9. itu tantangan bukan ancaman, harus diatasi bukan dihindari. ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ancaman yang bisa "diubahhaluankan" menjadi tantangan ^__^

      Delete
  10. keren nian analisisnya mba,... #jiper :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh mbak Irma, ini analisis ibu rumahtangga biasa saja koq ....

      Delete
  11. Weleh3x, apa yang akan bunda tulis nih coz pengetahuan tentang ini tuh gak nyangkut di benakku. Postingannya top markotop nih, Niar. Bunda salut, dan bakal jadi Pemenang lagi deh nih. Brave, Niar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bunda, ini juga dari browsing2 saja. Bunda coba browsing2 dulu, siapa tahu dapat ide

      Delete
  12. langsung melipir sehabis baca tulisan mbak Niar, wkwkwk...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih pasti punya mbak Ecky lebih keren ... berkunjung balik aaah ^^

      Delete
  13. Semoga ada pengusaha salon kita yang membaca tulisan mbak Niar ini lalu mulai mempersiapkan pertahanan kuat dan mengambil peluang untuk lebih maju melawan serbuan salon Thailan ya mbak. Dan kita juga dong harus dukung usaha dalam negeri ^^d

    Sukses mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ada pengusahan salon mau baca2 blog ya mbak :)

      Delete
  14. Iya, sekarang sekolah-sekolah di Thailand sudah gencar mengajarkan Bahasa Indonesia ke siswanya. Saya tahunya kemarin waktu teman kerja suami saya dapat beasiswa dari perusahaan untuk S2 di Thailand, beliau bercerita banyak tentang Bahasa Indonesia yang mulai merambah Negeri Gajah Putih itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak mempertegas ttg info orang Thailand belajar bahasa Indonesia. Sementara kita di sini tidak belajar bahasa Thailand ya mbak

      Delete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^