5 Kekonyolan dalam Kompetisi Menulis

Anda blogger/penulis yang senang berlomba dan mengirimkan tulisan ke media? Kalau iya, sama dong dengan  saya. Hingga saat ini, sejak memutuskan aktif sebagai blogger (kembali) pada awal tahun 2011 lalu, saya sudah mengikuti banyak sekali lomba. Ratusan. Saya sudah tidak ingat lagi apa saja itu saking banyaknya. Ya lomba blog, ya audisi menulis untuk menerbitkan buku, baik itu pada penerbit mayor maupun pada penerbit indie.

Selain itu saya juga senang mengirim tulisan ke media untuk mengadu nasib, kali-kali saja dimuat di media (cetak). Saya juga sudah beberapa kali mengirimkan naskah buku ke penerbit mayor. Bagi saya, semua ini hal yang menyenangkan karena dilakukan sembari mengerjakan kesenangan saya ngeblog.

Saya lebih sering kalah daripada menangnya. Juga lebih sering ditolak di media cetak, daripada dimuatnya. Begitu pun pengiriman naskah buku saya, lebih sering ditolak daripada diterima. Tapi sampai saat ini – alhamdulillah – saya belum berputus asa. Karena merasakan banyak manfaat dari kegiatan-kegiatan itu. Meskipun sering kalah, ternyata efek penerimaan kekalahan berdampak secara langsung kepada keadaan psikis saya: saya lebih mudah menerima kegagalan/kekalahan pada saat ini. Saya pun lebih mudah bangkit untuk kembali menulis/berkompetisi lagi. Bahkan efeknya dalam kehidupan sehari-hari pun ada, yaitu ketika saya mengalami kegagalan, saya juga lebih mudah menerimanya untuk kemudian bangkit kembali.
Baca selengkapnya

Keanehan dan Solusi Saat Pulsa Mendadak Habis

Saya kaget. Seingat saya, sehari sebelumnya pulsa masih ada Rp. 6.000-an. Seharusnya pada pagi itu masih bisa dipakai, paket menelepon ke sesama Telkomsel bisa diperoleh dengan hanya Rp. 2.500 saja, masih bisa pula beli paket SMS yang harganya cuma Rp. 1.000. Tapi tiba-tiba saja, pulsa nyaris habis. Hanya tersisa beberapa ratus rupiah.
Baca selengkapnya
Ikut Rapat dengan Orang Tua

Ikut Rapat dengan Orang Tua

Tadi sore, spontan Afyad mengejar Oma ke arah masjid. Athifah sebagai kakak, merasa berkompeten eh bertanggung jawab untuk mengejar dan menjaganya di sana. Sekalian main juga.

Mama tergopoh-gopoh mengejar kedua bocah itu. Ke mana mereka mengerjar Oma? Apakah ke rumah pak Ustadz Haryadi?

Saat melihat ke dalam masjid, Mama melihat ada kumpulan orang di dalamnya. Terlihat seorang bocah lelaki memakai baju persis dengan baju yang dipakai Afyad tadi. Eh, itu Afyad ding.

Mama bergegas ke masjid. Di teras masjid, melalui jendela masjid yang tak berkaca, Mama memanggil-manggil anak-anaknya supaya mau pulang ke rumah. Mereka tampak dekil sehabis bermain pasir tadi, sementara di dekat mereka duduk orang-orang tua pengurus masjid yang kesemuanya berpakaian elok.
Baca selengkapnya
Senjata Mama

Senjata Mama

Suatu malam, Athifah tidur di kamar Oma. Dia memang senang “mencari pengalaman baru” dengan tidur di tempat yang bukan kamar tidurnya (di dalam rumah saja, maksudnya). Tapi kalau di kamar Kakak Affiq, hanya berdua saja, dia tak boleh lagi karena Kakak Affiq sudah masuk usia remaja. Dan dalam Islam, anak lelaki dan anak perempuan tak boleh tidur sekamar.

Keesokan harinya, Mama menggodanya, “Nanti tidur di kamar Oma lagi ya, biar Mama bisa tidur dekat Papa.”

“Jangan, ndak boleh! Mama tidak boleh tidur dekat Papa!”

“Lho tadi malam kan Athifah tidur di kamar Oma, jadi Mama tidur dekat Papa.”

“Tidak boleh!”
Baca selengkapnya
Akankah Bocah Ini Menjadi Pria Metroseksual?

Akankah Bocah Ini Menjadi Pria Metroseksual?

Pria metroseksual! Frase ini yang terbayang ketika mengamati polah si bungsu Afyad. Bocah 5 tahun ini tak mau memakai baju rumahnya di dalam rumah sudah sekitar setahunan lebih ini. Maunya memakai baju untuk jalan-jalan di dalam rumah!

Begitu pun celana. Celana rumahnya yang terbuat dari kain katun dan bahan kaos adem, sama sekali tak mau dipakainya. Yang dia mau pakai hanyalah celana yang dipakai untuk keluar rumah! Agak-agak pesolek anak ini menurut pengamatan saya.

Memilihkan baju untuknya pun tak selalu mudah. Setiap ada baju bersih disodorkan kepadanya, serta-merta ia berteriak, “BAU!!!” Sembari menggeleng kuat-kuat. Sekali pun  bajunya masih berpewangi pelembut pakaian, dia tetap menolaknya. Biarpun sekuat tenaga saya meyakinkannya bahwa bajunya bersih, baru dicuci, dia tetap menolak.
Baca selengkapnya

Waspada, Raja dan Ratu Tega Ada di Mana-Mana!

Prihatin nonton berita tentang pengosongan paksa sebuah rumah oleh aparat kepolisian. Melihat ada aparat kepolisian di lokasi, saya menduga bahwa kesalahan ada pada pemilik rumah yang tengah disengketakan. Maksudnya, secara legal, rumah tersebut bukanlah milik orang yang menempatinya. Disebut-sebut sebuah BUMN adalah pemilik sah dari rumah itu. Ah, mengapa ngotot kalau bukan miliknya?

Seorang perwira tinggi tampak beradu mulut dengan seorang lelaki – anak pemilik rumah. Anak pemilik rumah itu mungkin sepantaran dengan saya usianya atau tak jauh beda. Dengan beraninya, anak pemilik rumah tersebut mengadu argumennya dengan perwira polisi itu. “Waktu bapak saya masih menjadi direksi, rumah ini sudah dibelinya. Ada kesalahan pada administrasi BUMN!” ujar lelaki itu. Saat ribut-ribut terjadi di luar rumah, seorang ibu digotong ke luar rumah. Ibu itu mengalami serangan jantung!

Saya terkesiap. Bapak tua pensiunan pegawai BUMN itu pasti sudah berkarya sedemikian lama di BUMN itu dulu. Dari pihaknya mengatakan sudah membeli rumah itu. Tapi apa yang  lantas diperolehnya dari orang-orang yang berwenang di BUMN itu? Sebuah “ketegaan”!
Baca selengkapnya
2014: Blogger Gado-Gado, Ide, dan Menulis

2014: Blogger Gado-Gado, Ide, dan Menulis

Butuh waktu 3 tahun lebih untuk kemudian saya memutuskan membeli domain dot com. Tak bisa ditunda lagi karena PR (page rank) pelan-pelan merangkak dan alexa rank pelan-pelan melangsing. Saya sudah bulat, ingin menjadi blogger yang lebih profesional lagi. Akhirnya, setelah semingguan memelototi cara melakukannya di sebuah website perusahaan penyedia jasa ganti nama domain, nama blog saya pun berpindah ke dot com.

Saya tidak begitu paham mengenai teknis blog. Yang saya tahu hanyalah mengisi blog saya dengan tulisan-tulisan. Beberapa orang mengatakan harus punya spesialisasi tertentu untuk branding tapi saya tak mau menentukan. Spesialisasi saya ya apa adanya saya dengan blog yang isinya gado-gado ini. Saya hanya yakin, saya spesial dengan keunikan saya, dengan gaya menulis saya, dan dengan ide-ide yang saya tuangkan lewat tulisan.

Toh alhamdulillah page views blog ini meningkat cukup tajam. Waktu memasuki tahun 2014 page views (toyal tayangan laman) blog ini baru menembus angka 100.000 dan sekarang, di awal tahun 2015 sudah dekat dengan angka 500.000. Ini merupakan salah satu berkah menjadi Srikandi Blogger Favorit 2014. Dan ... bukankah ini nikmat yang amat nyata untuk seorang blogger gado-gado macam saya ini? J
Baca selengkapnya

Aesop: Pahlawan Dongeng Rakyat Jelata

Judul: Story oh the World: Aesop’s Fables
Ditulis kembali oleh: Keisuke Nishimoto (pada tahun 1987)
Diterjemahkan oleh: Wiwi Martalogawa
Dari buku aslinya yang diterbitkan oleh Poplar Publishing, Japan (1987)
Yang berjudul: Kodomo Sekai Meisaku Dowa Aesopi Fabrlae
Diterbitkan dalam Bahasa Indonesia oleh: PT. Elex  Media Komputindo
Tahun terbit: 2001
ISBN: 979-20-2903-6
Ketebalan: 104 + 6 halaman
Ukuran: 18 cm x 11,5 cm

Cerita tentang Anjing yang Menggigit Daging ini masih membekas di ingatan saya. Saya membacanya pertama kali waktu duduk di sekolah dasar, pada sebuah buku cerita bergambar yang memuat kumpulan fabel. Begini ceritanya:
Seekor anjing yang sedang menggigit daging lewat di pinggir sungai. Pada saat itu, bayangannya terpantul di permukaan air. Anjing yang tolol ini tidak menyadari kalau itu bayangannya sendiri. “Wah ada anjing lain yang menggigit daging yang lebih besar ketimbang punyaku,” pikirnya. Ia merasa iri. “Baiklah! Akan kuambil daging itu!”
Baca selengkapnya

Dagelan Politik ala Wayang Masa Kini

Judul: Giliran Petruk Jadi Presiden
Penulis: Guskar Suryatmojo
Penerbit: Halaman Moeka Publishing
Tahun terbit: 2014 (cetakan ke-2, April)
ISBN: 978-602-26907-0-2
Ketebalan: 208 + x halaman
Ukuran: 20 cm x 14 cm

Bukanlah hal mudah bagi saya untuk membaca cerita pewayangan walaupun sejak kecil sudah tahu tentang wayang sebagai budaya Jawa. Sejak kecil saya melihat acara Ria Jenaka di TVRI (tahun 1980-an) yang menampilkan tokoh-tokoh Gareng, Petruk, Bagong, dan Semar, pernah pula beberapa kali nonton film India “Mahabharata” di TPI (tayang tahun 1990-an), dan juga beberapa kali nonton penggalan-penggalan cerita wayang di TV. Tetapi saya sulit mengingat nama dan watak para tokoh pewayangan sehingga sulit bagi saya menelaah cerita, dikaitkan dengan karakter, dan pesan yang hendak disampaikan.

Tetapi buku ini membuat cerita-cerita wayang menjadi lebih mudah untuk dicerna. Karena mengadaptasinya dengan situasi dan kondisi politik saat ini. Buku ini disusun sebagai kumpulan cerita yang terdiri atas 41 cerita wayang. Tiap cerita mengandung satu sesi pendek yang fokus, memuat pesan khusus yang ingin disampaikan penulisnya.
Baca selengkapnya