Rintik-Rintik Mutiara Syahdu

Manusia bisa berubah. Ya, saya percaya itu. Karena saya juga mengalami banyak sekali momen yang mengubah pola pikir saya terhadap banyak hal, terutama sejak aktif ngeblog. Saya merasakan wawasan saya semakin berkembang. Salah satu yang berubah dari diri saya adalah cara saya memandang diri saya sendiri – mungkin bisa diartikan dengan “citra diri”. Saya juga menemukan cara baru untuk meningkatan rasa percaya diri.

Kegiatan menulis dan ngeblog memegang peranan penting dalam hal ini. Karena jatuh cinta pada dunia menulis maka saya harus banyak-banyak membaca. Karena saya blogger, maka saya harus blog walking (BW), dari kegiatan BW ini, saya membaca beragam hal dari blog para kawan blogger.

Sementara itu, di rumah saya harus menghadapi ibu yang punya pola pikir sendiri tentang "ibu rumah tangga". Beliau minder dengan kondisi saya yang “hanya” ibu rumah tangga. Ini berulang kali terlihat saat bertemu dengan orang lain. “Ini Niar, anak saya. Dia cuma ibu rumah tangga padahal dia sarjana teknik,” begitu beliau memperkenalkan saya walau tak ada yang mempertanyakan profesi saya. Mendengar ini, tak ada yang saya inginkan kecuali memiliki mantera menghilang atau jubah yang bisa menyembunyikan wajah saya dari tatapan kasihan orang-orang. Apalagi jika mereka memperbincangkan saya dengan menyudutkan dan mengasihani saya begitu rupa, aih sepertinya tak ada orang yang semalang saya di dunia ini.
Baca selengkapnya

Jaringan Siap, Komunikasi Mantap

Demi melihat suasana di Coffee Toffe La Madukelleng, tempat acara berlangsung masih sepi, saya kaget. Di run down yang saya terima tertera waktu mulai acara adalah pukul 5 sore sementara jam HP saya sudah menunjukkan pukul 5. Aish, ada yang salah nih.

“Acaranya mulai jam berapa?” tanya saya kepada seorang lelaki berkulit terang dan berpostur besar yang sedang mengatur posisi X banner Indosat.

“Jam enam,” dengan ramah lelaki itu menjawab.

“Jam enam? Waduh, di brief yang saya terima tertulis jam lima,” saya yakin tak salah melihat brief yang saya baca di e-mail kira-kira pukul setengah empat tadi.
Baca selengkapnya

Membangun Percaya Diri Anak Sebagai Rangkaian Kebiasaan Bermakna

Judul: Membangun Rasa Percaya Diri Anak
Penulis: Henny Puspitarini
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-3956-9
Ketebalan: 258 + X halaman
Ukuran: 21 cm x 14 cm

Bahwa yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Membangun rasa percaya diri pun merupakan rangkaian kebiasaan orang tua, dipandu kesabaran dan percaya sepenuhnya pada anak (halaman V).

Pendapat yang disarikan dari pengalaman dan pengamatan penulis kepada kedua buah hatinya dan anak-anak di daycare yang dikelolanya itu sejalan dengan pendapat Kak Seto – ketua Komnas Perlindungan Anak, bahwa: percaya diri anak memang harus ditumbuhsuburkan karena dapat mengasah kreativitas. Ini sangat penting agar anak-anak bisa menjadi kidpreneur. Kidpreneur yang dimaksud bukan hanya untuk menjadi pengusaha tetapi lebih luas lagi, agar anak mampu menggali potensi dirinya dan mengembangkannya agar bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (halaman 6).
Baca selengkapnya

Bukan Labu, Bukan Mangga

Ini bukan labu ya, juga bukan mangga J

Ini penghapus pinsil Athifah yang dipotong-potong. Biarlah ada yang bilang emaknya super irit atau pelit hehehe. Ini buat mengajarinya supaya lebih menghargai barang, uang, dan orang tuanya.

Berkali-kali penghapusnya, pinsilnya, dan barang-barang lainnya hilang di sekolah. Berkali-kali itu pula Mama dan Papa harus menggantikannya, sebab kalau tidak, bagaimana Athifah bisa belajar?
Baca selengkapnya
Kami Tidak Kasar

Kami Tidak Kasar

Masih ada juga orang yang memandang negatif daerah lain (seprovinsi-provinsi-nya) gara-gara berita di media. Padahal kalau mau berpikir lebih bijak sedikit, berita tentang beragam kekerasan itu ada di semua daerah. Bahkan orang itu sampai dua kali menyindir suami saya di facebook (untuk 2 peristiwa berbeda, yang terjadi dalam kurun waktu yang berbeda) dengan kalimat yang seolah-olah semua orang di sini tak memiliki hati nurani.

Peristiwa tentang ketakutan orang terhadap orang dari daerah kami pernah juga dialami suami saya di tempatnya dulu. Pernah juga dialami oleh ibu saya waktu di sebuah daerah ditanyakan kepadanya: "Tidak takut tinggal di sana, Bu?" (kebetulan ibu saya perantau, ayah saya yang "penduduk asli" provinsi ini, waktu itu ibu saya mengakui kalau beliau pendatang).

Ibu dari kawan saya juga pernah mengalami, bertemu dengan seorang pemuda yang ketakutan setengah mati saat berada di atas pesawat yang tengah menerbangkannya ke sini.
Baca selengkapnya

Kultwit dan Kuis Buku ADSLSK di Twitter

Sabtu malam ini, atas dukungan komunitas Be a Writer dan penerbit yang menerbitkan buku duet saya bersama Vina, kami mengadakan kuis buku di twitter. Kuis buku ini diawali dengan kultwit yang sudah saya siapkan sebelumnya. Di akhir kultwit, ada kuis berhadiah buku Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah (yang langsung disponsori oleh penerbit).

Bagi teman yang ingin tahu tentang buku ini, bisa baca kultwit saya tadi:

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Perkenalkan, saya @Mugniar, saya mewakili kawan duet saya @NdaSyahdu (1) #Buku ADSLSK @BAWCommunity

Utk ngobrolin buku kami yang berjudul Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah terbitan @BIP Gramedia (2) #Buku ADSLSK @BAWCommunity

Buku ini tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia. Cocok utk siapa saja yg mau belajar ttg peran istri(3) #Buku ADSLSK @BAWCommunity
Baca selengkapnya

PLN, Antara Krisis Energi dan Ketersediaan Listrik

Pernah hidup tanpa listrik? Saya pernah. Pada awal tahun 1989, ketika saya mengikuti orang tua pindah ke rumah baru milik orang tua saya. Waktu itu kami bisa hidup berbulan-bulan tanpa listrik, juga tanpa telepon. Rasanya biasa saja. Happy-happy saja.

Kalau sekarang hidup tanpa listrik …. Waaah, rasanya kesulitan hidup bertambah. Pasalnya karena saya harus mengurusi ketiga buah hati saya dan menyelesaikan aneka pekerjaan rumah sendirian. Kalau di masa sekolah dulu ada yang mengurus urusan dapur dan cucian, sekarang harus mengurus sendiri. Belum lagi berbagai urusan menjadi lebih terkendala manakala telepon genggam kehilangan dayanya. Makanya kesulitan lebih terasa.

Akhir-akhir ini pemadaman listrik di berbagai daerah terjadi. Bila diusut-usut, penyebabnya bermuara pada KRISIS ENERGI. Produksi listrik oleh PLN membutuhkan energi yang sebagian besar berasal dari sumber energi fosil (batu bara – sebesar 43% dan minyak bumi – sebesar 24%).
Baca selengkapnya