Kultwit dan Kuis Buku ADSLSK di Twitter

Sabtu malam ini, atas dukungan komunitas Be a Writer dan penerbit yang menerbitkan buku duet saya bersama Vina, kami mengadakan kuis buku di twitter. Kuis buku ini diawali dengan kultwit yang sudah saya siapkan sebelumnya. Di akhir kultwit, ada kuis berhadiah buku Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah (yang langsung disponsori oleh penerbit).

Bagi teman yang ingin tahu tentang buku ini, bisa baca kultwit saya tadi:

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Perkenalkan, saya @Mugniar, saya mewakili kawan duet saya @NdaSyahdu (1) #Buku ADSLSK @BAWCommunity

Utk ngobrolin buku kami yang berjudul Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah terbitan @BIP Gramedia (2) #Buku ADSLSK @BAWCommunity

Buku ini tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia. Cocok utk siapa saja yg mau belajar ttg peran istri(3) #Buku ADSLSK @BAWCommunity
Baca selengkapnya

PLN, Antara Krisis Energi dan Ketersediaan Listrik

Pernah hidup tanpa listrik? Saya pernah. Pada awal tahun 1989, ketika saya mengikuti orang tua pindah ke rumah baru milik orang tua saya. Waktu itu kami bisa hidup berbulan-bulan tanpa listrik, juga tanpa telepon. Rasanya biasa saja. Happy-happy saja.

Kalau sekarang hidup tanpa listrik …. Waaah, rasanya kesulitan hidup bertambah. Pasalnya karena saya harus mengurusi ketiga buah hati saya dan menyelesaikan aneka pekerjaan rumah sendirian. Kalau di masa sekolah dulu ada yang mengurus urusan dapur dan cucian, sekarang harus mengurus sendiri. Belum lagi berbagai urusan menjadi lebih terkendala manakala telepon genggam kehilangan dayanya. Makanya kesulitan lebih terasa.

Akhir-akhir ini pemadaman listrik di berbagai daerah terjadi. Bila diusut-usut, penyebabnya bermuara pada KRISIS ENERGI. Produksi listrik oleh PLN membutuhkan energi yang sebagian besar berasal dari sumber energi fosil (batu bara – sebesar 43% dan minyak bumi – sebesar 24%).
Baca selengkapnya
Pertanyaan Tentang Pekerjaan Mayang Prasetyo

Pertanyaan Tentang Pekerjaan Mayang Prasetyo

Wajar, bila sebuah keluarga besar membincangkan berita yang sedang hangat. Seperti ketika keluarga besar saya mengobrol tentang kasus Mayang Prasetyo yang di paspornya berjenis kelamin lelaki dan tertera nama Febri Adriansyah di ruang tengah kemarin pagi.

Sosok trans gender itu kini menjadi buah bibir karena ditemukan terbunuh dengan cara mengenaskan di Australia, oleh pasangannya sendiri, seorang lelaki Australia. Berbagai perasaan tak enak timbul ketika menyimak kisahnya. Ada rasa sedih, tentu saja, apalagi ketika melihat wajah ibundanya diwawancarai di televisi.

Sebuah berita mengatakan kalau Mayang ini bekerja sebagai PSK legal di Australia. Maka dalam perbincangan kami itu terlontar kata “pelacur”. Athifah yang suka menyimak berita yang tengah hangat di televisi saat itu ada di  antara kami. Spontan ia bertanya, “Apa itu pelacur, Mama?”
Baca selengkapnya

Anak SMP: Dulu Bikin Gank, Sekarang Reunian

Bertemu sahabat-sahabat semasa SMP adalah hal yang membahagiakan. Kalau di masa sekolah dasar saya asli kuper sampai-sampai guru kelas 5 menceritakan kekuperan saya kepada ibu saya saking parahnya saya, nah di masa SMP saya mengalami perubahan.

Bersahabat dengan keempat perempuan ini di SMPN 6 Makassar (1986 – 1989) menjadikan hari-hari saya lebih ceria sebagaimana keceriaan yang layaknya dialami seorang anak remaja. Kalau mau dibilang kami membentuk gank, mungkin ada benarnya. Ke mana-mana kami selalu berlima. Kalau ada kegiatan kelas, seperti PORSENI atau MADING (majalah dinding), kami semua pasti terlibat dan cukup mendominasi. Apalagi di antara kami ada Ifayanti (Ifa) – yang sekarang sudah jadi doktor Pertanian, sejak dulu bakat pemimpinnya menonjol sekali.

Apa nama gank kami? Hm, kalau ingat nama itu, rasanya pengen tertawa. Kami berlima dulu menjuluki diri kami 5 DARA. Pasti pada ketawa deh baca ini *nuduh, wkwkwk*. Oya, saya perkenalkan dulu nama-namanya selain Ifa ya. Ada Yulia Ekawati (Uli), Rini Indrayanti (Rini), dan Ira Miranti (Ira).
Baca selengkapnya

Ekspektasi untuk Komika Lokal

Sudah lama saya lihat stand up comedy, pada film-film Amerika. Kira-kira tahun 90-an. Hanya saja waktu itu saya belum tahu kalau itu namanya stand up comedy. Saya mengingatnya sebagai acara yang aneh. Ada seseorang menjadi public speaker, menceritakan sesuatu dan sesekali membuat audiensnya tertawa tetapi saya tidak mengerti apanya yang lucu padahal saya jelas-jelas paham dengan teks berbahasa Indonesia yang ditampilkan. Belakangan baru saya mengerti, mengapa saya tidak mengerti di mana letak kelucuannya, adalah karena adanya perbedaan budaya. Yang dibawakan stand up comedian di film-film itu humor khas Amerika, jelas saja saya tidak mengerti karena tak memahami budaya dan cara berpikir orang Amerika.

Saya tahu istilah stand up comedy sejak dipopulerkan oleh Kompas TV, sejak tahun 2011 pada kompetisi bertajuk Stand Up Comedy Indonesia (SUCI). Waktu itu saya nonton hampir semua penampilan finalisnya (di sesi 1). Salut sekali dengan penyampaian komedi dengan cerdas ala SUCI ini. Berbeda sekali dengan kebanyakan acara lawak di televisi yang kebanyakan suka menampilkan saling ejek/cela, adegan jatuh, dan memodifikasi tampilan fisik yang dipaksakan sekali supaya terkesan lucu (padahal tidak).
Baca selengkapnya
Ogah Punya Bapak Tiri

Ogah Punya Bapak Tiri

Seorang kawan kami (kami di sini maksudnya, saya dan suami saya) – sebut saja namanya Pak Aju telah menikah sebanyak 4 kali. Dengan istri pertama saat berada di Malaysia, ia dianugerahi satu anak, dengan istri kedua ia dianugerahi 5 anak. Setelah bercerai dengan istri ketiganya, ia kini hidup bahagia dengan istri keempatnya. Dua istri terakhirnya tidak/belum memberinya anak.

Dengan istri kedua, ia bercerai dan istrinya meninggalkan anak-anaknya begitu saja dan melanjutkan petualangannya dengan beberapa lelaki lain. Pak Aju dengan sabar merawat kelima anak-anaknya dengan mengandalkan pekerjaannya sebagai sopir pribadi.

Mantan istri keduanya – sebut saja namanya Tinni, meninggalkan anak-anaknya dengan suami barunya di rumah ibunya. Ia kemudian menikah lagi dan pindah ke pulau lain. Ibunda Tinni terkena stroke, otomatis ia tak bisa lagi merawat cucu-cucunya dan pindah ke panti jompo. Anak-anak pak Aju membawa adik-adiknya yang semula dirawat neneknya ke rumah Pak Aju.
Baca selengkapnya

Anak-Anak Tukang Bully Makin Banyak Saja

Diamanahi 3 anak dengan karakter berbeda-beda itu menakjubkan. Semuanya unik. Dari yang punya kemiripan sedikit dengan saya, dengan papanya, dengan neneknya, dengan kakeknya, dan om/tantenya, menjadi pribadi utuh dengan karakter unik.

Si tengah Athifah sudah punya banyak pengalaman dengan karakter-karakter unik lain di lingkungan sekolahnya. Mulai dari yang baik sampai yang tukang bully. Kalau dibandingkan dengan masa saya sekolah dulu, rasanya di zaman ini makin banyak saja anak tukang bully. Mulai dari yang suka memukul sampai yang mulutnya culasnya minta ampun (bayangkan, yang culas itu ada sejak Athifah kelas 1 SD, sampai sekarang kelas 2. Kalau keterusan culasnya sampai besar, betapa profesionalnya mereka nanti di usia dewasa!).

Yang culas itu ada yang tiada angin tiada hujan, seenaknya mengejek sembari menyombongkan dirinya yang paling cantiklah, yang orang kayalah. Nah, ada juga yang aneh, tanpa tedeng aling-aling (ini anak sekolah lain yang gedungnya bersebelahan, tapi dalam satu kompleks) mengejek dalaman di balik jilbab Athifah itu jelek.
Baca selengkapnya