7 Macam Konten Hoax yang Harus Diwaspadai

Saking banyaknya kabar tak jelas beredar di dunia maya, melalui berbagai platform media sosial maupun berita online, saya malah tak bisa segera menjawab ketika Geril Dwira – salah seorang fasilitator pada Half Day Basic Workshop “Hoax Busting and Digital Hygiene” bertanya tentang berita hoax seperti apa yang pernah saya lihat.


Pertanyaan dadakan seperti membuat saya gelagapan tapi memang, saya jarang memperhatikan hal-hal yang tidak sedang saya anggap penting yang berseliweran di depan saya ketika membuka handphone. Saya membiasakan diri memilah yang mana yang mau saya buka dan mana yang tidak, dengan mengeset WA tidak otomatis men-download gambar dan video, memasang mode gratis pada Facebook, dan tidak banyak berselancar di browser dan media-media sosial. Soalnya terlalu banyak yang harus saya lakukan dalam mengelola blog dan media sosial saya. Berselancar terlalu lama akan membuat saya banyak kehilangan waktu dan membuat saya tenggelam dalam “ketidakjelasan”. Tahu sendiri, kan. Membaca feed di media sosial saja bisa menenggalamkan kita sehingga menghabiskan waktu bermenit-menit hingga berjam-jam untuk menelusuri semua informasi yang berseliweran.

Half Day Basic Workshop itu berlangsung pada tanggal 20 April lalu, di Auditorium KH Muhammad Ramly yang terletak di lantai 3 Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (FTI UMI). Penyelenggaranya adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, bekerja sama dengan Google News Initiative, Internews, dan FTI UMI.

Qodriansyah Agam Sofyan - Ketua AJI Makassar
Saya dan kawan saya – Abby Onety tiba di lokasi menjelang pukul 2 siang. Tak lama kemudian acara dimulai, dengan sambutan dari Qodriansyah Agam Sofyan (Agam) – ketua AJI Makassar. “Akses internet mudah dijangkau dan terkait hoax sulit ditahan penyebarannya. Di sisi lain, media mainstream yang diharap akurat dan kredibel malah jadi penguat hoax, fake news, dan false news. Upaya ini bisa kita perangi dengan sejumlah tools di internet,” ucap Agam.

Sunarti Sain (Una), jurnalis senior yang kini aktif sebagai pemimpin redaksi Radar Selatan – menjadi nara sumber pertama yang berbicara tentang program Google News Lab, “Google News Lab tahun ini melatih 1800 jurnalis seluruh Indonesia agar bisa menggunakan tools Google untuk melakukan verifikasi.” Seperti yang kita ketahui, dunia digital “luar biasa gaduh” sekarang – demikian istilah yang digunakan trainer bersertifikat yang bekerja untuk AJI Makassar dan Internews ini. Dengan demikian, informasi yang sampai akan dikonsumsi banyak orang – baik itu “bergizi” ataupun tidak. Maka melalui Halfday Basic Workshop ini, Google menjalankan misinya – bagaimana pengguna internet memanfaatkan teknologi menjadi hal yang bermanfaat, bukannya yang buruk agar yang tampil di halaman-halaman pencarian bukan merupakan informasi hoax.

Sunarti Sain (yang berdiri), Geril Dwira (duduk, paling kiri)
“Karena hoax selalu muncul,” kata Geril Dwira (dari AJI Indonesia) – menjelaskan mengenai alasan Half Day Basic Workshop “Hoax Busting and Digital Hygiene” penting diselenggarakan di 8 kota, termasuk Makassar. Melalui half day workshop ini pula diharapkan peserta dapat mengenal beragam jenis misinformasi dan disinformasi, memahami cara menyikapinya, dan mampu melakukan verifikasi mandiri atas informasi yang meragukan.

Oya, misinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya percaya bahwa itu benar. Sedangkan disinformasi adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya percaya kalau itu salah, malah sengaja menyebarkannya.

Sayang sekali, banyak yang sudah mendaftar tidak hadir.
Korban dari misinformasi ini bukan hanya orang yang “tingkat pendidikannya rendah”. Orang yang pendidikannya tinggi pun bisa menjadi korban, bahkan seorang pejabat sekali pun. Nah, ada 7 macam dis-misinformasi (konten hoax) yang harus diwaspadai:
  1. Satire/parodi. Lucu-lucuan, tidak ada niat untuk menyakiti tapi berpotensi membodohi.
  2. Konten yang menyesatkan (misleading). Konten yang dibuat sengaja untuk menyesatkan untuk membingkai sebuah isu atau untuk menyerang individu. Beritanya “dipelintir”. 
  3. Misleading, bisa juga dengan menghubung-hubungkan, misalnya menghubung-hubungkan kedatangan presiden Jokowi dengan bencana yang terjadi di tempat yang didatanginya.
  4. Konten ASPAL. Seolah-olah sumbernya asli padahal palsu. Misalnya isu tentang vaksin yang memberitakan seorang dokter ahli padahal dia (yang konon bernama dr. Bernard Mahfoudz) bukanlah dokter yang sesungguhnya melainkan seorang aktor film porno (Johny Sins).
  5. Gak nyambung, antara judul berita, foto, caption, dan isi beritanya. Misalnya pada berita online berjudul Sidang Cerai Kedua, Veronica Bongkar Kebohongan Ahok.
  6. Konteksnya salah. Konteks aslinya dihilangkan, lalu disebar. Akibatnya orang menangkap informasinya di luar daripada yang sebenarnya.
  7. Konten manipulatif. Informasi asli atau kontennya dimanipulasi. Contoh yang diberikan adalah ketika seseorang berkostum Helloween dikatakan sedang menghina al-Qur’an padahal orang tersebut sama sekali tak melakukannya, dia sedang ber-helloween.

Contoh konten hoax yang pernah viral
Lalu, apa saja alasan dibalik mis-disinformasi? Ini dia 7 alasannya:
  1. Jurnalisme yang lemah.
  2. Buat lucu-lucuan.
  3. Sengaja membuat provokasi.
  4. Partisanship.
  5. Cari duit (click bait, iklan).
  6. Gerakan politik.
  7. Propaganda.
Ada 7 alasan dan itu nyata, membuat aneka hoax berseliweran di depan mata kita. Masih mau melahap semua informasi yang datang?

Makassar, 3 Mei 2018

Bersambung ke tulisan selanjutnya, tentang tips melawan hoax



Share :

4 Komentar di "7 Macam Konten Hoax yang Harus Diwaspadai"

  1. Dari judulnya saja biasanya akan terlihat kalau berita hox itu terlalu dilebihkan, hmm. Jadi harus waspada banget sama berita hoax.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, kalau sudah sering mengamati, jadi mudah terlihat ya, Mbak Nisa?

      Delete
  2. Hoax itu ngeselin. Yang tadinya saya aman-aman aja makan kangkung, terus ada yg pamer foto 'bahaya makan kangkung' padahal saya udah tahu foto itu lama banget dan udah dibilang itu hoax.

    ReplyDelete
  3. Hoax yang bikin gemash dan banyak yang mudah kena hoax, mana(yg kena) kalo dibilangin ngeyel (kalo itu hoax) pula hmm ku tak tau harus macam mana lagi

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^