Senjata Tajam di Tangan Bocah Unyu

Halaman yang tak begitu luas itu mulai disemuti anak-anak usia sekolah dasar dari empat sekolah dasar yang berada di dalamnya. Keramaian seperti ini, hingga memacetkan arus lalu-lintas di depan sekolah, selalu terjadi di jam-jam pulang sekolah. Mendekati pintu gerbang yang dijaga satpam, terlihat wajah tegang dari beberapa orangtua murid.

“Ada apa, Pak?” tanya suami saya.
“Ada anak es em pe membawa badik ditangkap,” jawaban mengagetkan ini diberikan seorang bapak yang menuju ke arah kami.

Saya berjalan kaki melewati gerbang sementara suami saya memarkir Mega Pro-nya. Saya melihat seorang anak berseragam es em pe tengah diinterogasi satpam sekolah. Anak laki-laki itu bertubuh bongsor, berpipi tembam. Wajah unyu-nya terlihat demikian polosnya. Rasanya tak percaya ia ditangkap tangan membawa senjata tajam tadi.


Sumber: antique-swords.eu
Sekilas terdengar si bongsor itu mencoba melemparkan kesalahan pada temannya. Temannya mujur, bisa kabur sementara ia yang kena getahnya. Harus diinterogasi satpam dan kepala sekolah beserta guru-guru di sekolah dasar kompleks itu.

Saya sampai berpikir, bisa jadi si bongsor berwajah unyu itu hanya korban, ia mau saja menemani kawannya. Saya teringat seorang kawan Affiq – sebut saja Aris (bukan nama sebenarnya), waktu masih duduk di SD tertangkap basah di sekolah sedang menghirup lem bersama beberapa temannya. Karena peristiwa ini, bisa jadi Aris dicap anak nakal tapi sebenarnya ia bukan anak yang erat dengan lingkungan anak-anak pengisap lem itu. Ia hanyalah seorang anak yang suka berteman dengan siapa saja dan mencoba-coba hal-hal baru.

Aris adalah anak yang baik hati. Pernah Affiq tiba-tiba sakit di sekolah. Karena biasanya dijemput oleh suami saya, Affiq tak punya cukup uang untuk membayar ojek (saya tak pernah memberikannya uang berlebih). Dengan senang hati Aris memberikan uang lima ribu rupiah kepada Affiq untuk ongkos ojek. Affiq pulang ke rumah dengan diantar pak Samad – penjaga sekolah yang nyambi menjadi tukang ojek bagi anak-anak di sekolah Affiq.

Keesokan harinya saya meminta Affiq untuk mengembalikan uang Aris karena saya tahu meski tak kekurangan, Aris bukanlah anak yang berkelebihan. Saya pun tahu Aris doyan makan. Memberikan lima ribu rupiahnya kepada Affiq bukanlah hal yang mudah bagi Aris. Tapi Aris tak mau uangnya dikembalikan. Affiq mengembalikan lembaran lima ribu rupiah itu kepada saya.

“Belikan Aris jajanan, Fiq. Belikan apa yang dia mau,” saya memberi usulan. Keesokan harinya, Affiq mencoba membelikan Aris jajanan. Tapi Aris menolak. Dengan cara apapun uang itu hendak dikembalikan, Aris tetap tidak mau.

Kembali ke bocah-bocah pembawa senjata tajam itu. Kami mendapatkan informasi, ada dua orang anak laki-laki usia SMP mencoba memasuki area sekolah dasar yang terletak di pusat kota itu. Mereka bersekolah di sebuah SMP negeri yang jaraknya kira-kira 4 kilometer dari situ. Tidak begitu lama menempuhnya dengan bersepeda. Berbeda jika mereka menggunakan pete’-pete’ (angkutan kota), jarak kedua sekolah tersebut memanjang menjadi dua kalinya karena jalur kendaraan umum yang memutar. Keduanya membawa badik dan clurit. Entah siapa yang hendak mereka cari.

Saya bergidik. Terbawa perasaan sebagai seorang ibu, di benak saya berputar-putar sejumlah pertanyaan:

Membawa senjata tajam, mencari seseorang. Begitu kuat niat mereka. Dendam apa yang hendak dibalaskan oleh anak-anak ini?

Mereka pasti tak mengerti sanksi hukum yang bisa jatuh kepada mereka. Tidakkah pernah mereka dengar tentang penjara anak-anak?

Orangtua dari anak-anak ini, bagaimana perasaan mereka jika tahu anak-anaknya tertangkap tangan sedang mencoba menyelundupkan senjata tajam ke sebuah sekolah dasar?


Makassar, 6 September 2013




Share :

24 Komentar di "Senjata Tajam di Tangan Bocah Unyu"

  1. Waktu adik iparku SMA, pernah dipalak oleh anak-anak berseragam SMP. Tapi menurut adikku, dari wajahnya tidak menunjukkan kalau mrk anak SMP. Setelah diusut, ternyata anak-anak itu mau mengadu domba antara sebuah SMP dgn sekolah adik iparku. Etah apa yang dia dapat dari hal itu.

    Miris sekali apa yang berkembang dikalangan remaja kita. Makin ingin memeluk anak-anak dengan kasih sayang agar mereka tidak mencari hal-hal yang "aneh" di luar rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang2 gitu mbak, ngakunya dari sekolah mana padahal preman. Di kampus pernah dengar yang kayak gitu, mau mengadu domba antar fakultas.

      Iya mbak Niken, pinginnya mereka gak usah ke mana2 ya. Tapi gak mungkin juga ya.

      Delete
  2. Bund, ngeri sekali ya...bisa jadi mereka terpengaruh kefulgaran berita di televisi tentang tindak kejahatan, balas dendam dll...anak es em pe yang masih getol=getolnya main futsal di sore hari bersama teman-temannya, kok sudah berani membawa SeJam....

    ReplyDelete
  3. santri saya yang SMP kemaren malah mau menindik telinganya... haduh haduh anak SMP zaman sekarang

    minta like atau komennya ya http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201030675703918&set=o.50254030763&type=1&ref=nf

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ck ck ck .... mau tambah gaya ya, padahal kan aneh :|
      Ok, meluncur ya mas ..

      Delete
  4. ya Allah, ngeri ya Bun.
    anak-anak sekarang kalau nggak dijaga kuat-kuat. memang rawan terpengaruh lingkungan yg nggak baik.
    tadi saya lihat berita malah ada anak smp yang tega membunuh temannya sendiri di Bogor

    ReplyDelete
  5. repot memang dengan anak anak sekarang. kayaknya sudah tak ada lagi figur yang disegani. ga kaya dulu yang katanya guru itu tidak manusiawi, namun nyatanya mampu mengendalikan anak-anak. yang dibilangin orang tua ngeyel biasanya nurut kalo guru yang kasih nasehat.

    atau mereka jadi korban media yang selama ini terlalu memojokan makasar. soalnya sebagai orang luar, kalo dengar kata makasar, yang pertama melintas di benakku itu tawuran. siapa salah..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak juga guru sekarang yang tidak mampu membentuk image untuk disegani mas.

      Btw ....

      Ada beberapa data, bisa tolong diricek:

      - Mbak Aisyah di komentar di atas menuliskan: siswa SMP di Bogor tega membunuh temannya

      - Di Boyolali ada anak membacok anggota keluarganya
      http://www.solopos.com/tag/anak-membacok-keluarga

      - Di Jakarta, bocah SD membacok temannya
      http://www.tempo.co/read/news/2012/02/18/064384856/Habis-Menusuk-Teman-Bocah-SD-Serahkan-Diri

      - Anak membacok orangtuanya, di Kediri
      http://news.liputan6.com/read/96138/anak-membacok-orang-tua-karena-emosi

      - Anak membacok ayahnya di Banyuwangi
      http://bola.liputan6.com/read/100869/di-banyuwangi-anak-membacok-ayah

      - Anak menikam ayahnya, di Bandung http://www.lodaya.web.id/?p=14237

      Banyak juga tuh berita di luar MAkassar. Barangkali mas Rawins mau berubah pikiran???

      Delete
  6. ya Allah mbk,kok ngeri gitu ya..sampe bawa senjata tajam gitu,anak2 sekarang ya...

    ReplyDelete
  7. waduh gawat nih, mulai besok senjata harus ditumpulin nih.

    ReplyDelete
  8. kalo saya mah kasihan sama ortunya.

    ReplyDelete
  9. Mbak, aku kok jadi ngeri baca tulisan di atas ya? Segitu seremnya kah anak2 kita saat ini? Pergaulan kudu dijalani dg ekstra hati2... salah2 bisa merugikan diri sendiri. Jadinya kok aku malah paranoid begini, mbak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bikin paranoid memang yang kayak begini :|

      Delete
  10. terus kelanjutannya gimana tante?
    wah ga setuju aq mosok bocah bawa badik dibilang unyu.. -_-'
    kalo aq di bilang unyu ya setuju ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelanjutannya ... gak tahu juga, belum mewawancarai sang satpam :D

      Yaah, unyu kalian itu beda :D

      Delete
  11. mngkin kurangnya pngawasa ortu dan lingkungan, faktor pegaulan paling berperan, ini sudah keterlaluan

    ReplyDelete
  12. mungkin peranan orang tua kembali berbicara dalam kasus ini

    ReplyDelete
  13. kadang kejadian seperti itu hanya karena diajakin teman akrabnya saja. itu sebabnya, saya mesti tahu siapa saja teman2 dari murid2 saya di kelas, dia dekat sama siapa. kadang hal2 semacam ini luput dari perhatian para guru dan orang tua di rumah. perhatian yg ekstra dari ortu/guru akan membuat anak merasa disayangi, kalau perasaan "disayang" itu hilang dari anak, biasanya, anak2 mencari cara untuk diperhatikan orang yg lebih tua walau dengan perbuatan salah

    ReplyDelete
  14. terlalu, emang ya.. bingung mau komentar apa setuju sama bunda mugni.. begitulah terkadang anak kalau salah pola asuh dan teman ... keluguan mereka hars bener2 diperhatikan

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^